REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegagalan PDI Perjuangan (PDIP) menembus angka 20 persen dianggap karena kesalahan Joko Widodo (Jokowi). Capres partai moncong putih itu dianggap kurang mahir melakukan komunikasi politik.

Sehingga tak memberi pengaruh besar pada perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif 9 April 2014. Blusukan yang dianggap jadi keunggulan Gubernur DKI Jakarta itu pun dianggap hanya untuk pencitraan.

"Datang hanya untuk salaman, foto-foto, basa-basi sebentar kemudian masuk televisi. Komunikasi yang dilakukan terlihat tulus dan empati. Tetapi kering karena publik membaca ada motif lain yang tersembunyi," jelas pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra dalam keterangan resminya, Kamis (10/4).

Menurutnya, Jokowi selama ini hanya mengandalkan pencitraan melalui berbagai kegiatan yang diliput media. Namun, kurang melakukan komunikasi dengan rakyat.

Saat diberi mandat menjadi capres PDIP, ujar dia, Jokowi seharusnya lebih meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi pada rakyat. Terutama menjawab sentimen negatif yang ditujukan padanya.

Apalagi, lanjut dia, setelah mendapat mandat dari PDIP untuk menjadi capres, justru serangan ke Jokowi semakin gencar. Mulai dari rakyat yang menagih janji Jokowi mengurus Jakarta hingga mengungkit kembali penggunaan mobil Esemka saat ia menjadi Wali Kota Solo.

"Terhadap serangan tersebut Jokowi hanya menjawab ‘Aku rapopo’. Jawaban tersebut memang menjadi populer. Tetapi kontraproduktif karena tidak menjawab substansi berbagai tuduhan yang diarahkan padanya," ujar Iswandi.

Seharusnya, kata dia, Jokowi mampu menangkis semua tuduhan yang diarahkan padanya dengan cerdas. Beberapa tuduhan yang bersifat faktual, seharusnya dijawab oleh Jokowi dengan tangkas dan cerdas.

Karena untuk jadi presiden, Jokowi harus lebih banyak berkomunikasi pada rakyat. Seperti menyampaikan visi dan misinya jika terpilih menjadi presiden.

"Rakyat sepertinya masih bingung dengan visi dan misi Jokowi sebagai capres. Dalam sejarah, Sukarno itu juga suka blusukan. Tapi saat bertemu dengan rakyat Sukarno mampu memberi harapan karena menyampaikan visinya tentang Indonesia merdeka," contoh Iswandi.

Quick count sementara menempatkan PDIP mendapat suara di kisaran 19 persen. Capaian suara tersebut meleset jauh dari perkiraan internal sebanyak 27 persen. Malah, sejumlah survei sebelumnya memprediksi PDIP akan meraup 35-40 persen suara karena adanya Jokowi.

http://www.republika.co.id/berita/pe...salahan-jokowi

di pasangin ama daun sih