- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Indonesia diyakini tak lagi masuk daftar ekonomi rapuh


TS
worldofdota
Indonesia diyakini tak lagi masuk daftar ekonomi rapuh
Merdeka.com - Fundamental perekonomian Indonesia mendapat sorotan positif media asing, setelah kinerja triwulan I diumumkan pekan ini. Surat kabar Sydney Morning Herald, Sabtu (5/4), melansir indikator yang menunjukkan bahwa Indonesia tak lagi masuk deretan lima negara dengan ekonomi rapuh (fragile five).
Indikator pertama adalah nilai tukar Rupiah, kini berkinerja terbaik kedua sejagat dengan penguatan 7,6 persen. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki akhir triwulan III telah melonjak 13 persen, dan jadi salah satu bursa paling menonjol di Asia.
"Bila kita melihat tren positif ini berlanjut, maka ekonomi Indonesia akan sangat menjanjikan sepanjang tahun," kata Joshua Crabb, manajer portofolio dari perusahaan sekuritas Australia, BlackRock.
Fragile Five adalah istilah lembaga keuangan Morgan Stanley, untuk menggambarkan negara mana saja patut dihindari investor dalam menanamkan portofolio. Indonesia masuk dalam deretan itu, bersama Brasil, Turki, Afrika Selatan, dan India.
Alasannya, indeks bursa, kurs, hingga neraca perdagangan anjlok akibat penarikan stimulus likuiditas bank sentral Amerika Serikat (The Fed), Juli tahun lalu. Sebagai contoh, Rupiah sempat terdepresiasi 20 persen, sehingga tembus Rp 12.000 per USD.
"Tapi seluruh tanda-tanda menunjukkan dari awalnya bermasalah, Indonesia telah bangkit kembali dalam beberapa bulan," kata salah satu analis JP Morgan yang dikutip Sydney Morning Herald.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah lebih jauh meyakini fundamental ekonomi Tanah Air memang sudah menguat. Pendapat itu dari hasil perbandingannya atas kondisi tahun lalu, ketika semua indikator makro anjlok.
"Secara umum perekonomian nasional dapat terjaga positif dan stabil di tengah tekanan ekonomi dunia, ujarnya seperti dikutip dari lama setkab.go.id, kemarin.
Indikator lain digunakan Firmanzah adalah catatan Bank Indonesia, bahwa dana asing masuk mencapai Rp 54 triliun selama Januari-Maret 2014. Angka ini jauh lebih besar dari jumlah dana asing yang masuk ke Indonesia sepanjang tahun 2013 yang mencapai Rp 28 triliun. Artinya, investor meyakini Indonesia akan pulih setelah sempat dihantam isu penarikan stimulus.
Justru, ketika China dilaporkan akan mengalami perlambatan ekonomi bulan ini, dan mengancam stabilitas global, Firmanzah mengklaim negara ini akan tetap bisa menjaga pertumbuhan.
"Dampak sentimen eksternal hanya bersifat sesaat dan relatif kecil pengaruhnya khususnya bagi negara-negara dengan fundamental yang kuat," kata guru besar Universitas Indonesia itu.
TKP
===========================================================
Indonesiah Stlooooooooooongg

Berkat siapa ini? beye ?

Indikator pertama adalah nilai tukar Rupiah, kini berkinerja terbaik kedua sejagat dengan penguatan 7,6 persen. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki akhir triwulan III telah melonjak 13 persen, dan jadi salah satu bursa paling menonjol di Asia.
"Bila kita melihat tren positif ini berlanjut, maka ekonomi Indonesia akan sangat menjanjikan sepanjang tahun," kata Joshua Crabb, manajer portofolio dari perusahaan sekuritas Australia, BlackRock.
Fragile Five adalah istilah lembaga keuangan Morgan Stanley, untuk menggambarkan negara mana saja patut dihindari investor dalam menanamkan portofolio. Indonesia masuk dalam deretan itu, bersama Brasil, Turki, Afrika Selatan, dan India.
Alasannya, indeks bursa, kurs, hingga neraca perdagangan anjlok akibat penarikan stimulus likuiditas bank sentral Amerika Serikat (The Fed), Juli tahun lalu. Sebagai contoh, Rupiah sempat terdepresiasi 20 persen, sehingga tembus Rp 12.000 per USD.
"Tapi seluruh tanda-tanda menunjukkan dari awalnya bermasalah, Indonesia telah bangkit kembali dalam beberapa bulan," kata salah satu analis JP Morgan yang dikutip Sydney Morning Herald.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah lebih jauh meyakini fundamental ekonomi Tanah Air memang sudah menguat. Pendapat itu dari hasil perbandingannya atas kondisi tahun lalu, ketika semua indikator makro anjlok.
"Secara umum perekonomian nasional dapat terjaga positif dan stabil di tengah tekanan ekonomi dunia, ujarnya seperti dikutip dari lama setkab.go.id, kemarin.
Indikator lain digunakan Firmanzah adalah catatan Bank Indonesia, bahwa dana asing masuk mencapai Rp 54 triliun selama Januari-Maret 2014. Angka ini jauh lebih besar dari jumlah dana asing yang masuk ke Indonesia sepanjang tahun 2013 yang mencapai Rp 28 triliun. Artinya, investor meyakini Indonesia akan pulih setelah sempat dihantam isu penarikan stimulus.
Justru, ketika China dilaporkan akan mengalami perlambatan ekonomi bulan ini, dan mengancam stabilitas global, Firmanzah mengklaim negara ini akan tetap bisa menjaga pertumbuhan.
"Dampak sentimen eksternal hanya bersifat sesaat dan relatif kecil pengaruhnya khususnya bagi negara-negara dengan fundamental yang kuat," kata guru besar Universitas Indonesia itu.
TKP
===========================================================
Indonesiah Stlooooooooooongg



Berkat siapa ini? beye ?



0
2.3K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan