MENJELANG perayaan hari raya Ceng Beng, pemakaman Hindu/Buddha di Cikadut mulai ramai dikunjungi warga etnis Tionghoa. Mereka pun mulai melakukan ritual sembahyang di depan makam leluhurnya.
Semerbak wewangian dari berbagai macam bunga tercium harum di sekitar kawasan makam. Pemakaman yang banyak dikenal orang dengan sebutan makam Cina tersebut, bersiap menyambut perayaan Ceng Beng.
Salah seorang warga Tionghoa, Ira mengatakan, ritual Ceng Beng sudah dilakukan pihak keluarga sejak dua minggu sebelum puncak perayaan Ceng Beng yang jatuh pada Sabtu (5/4) mendatang. Ritual-ritual yang salah satunya dengan melakukan sembahyang penghormatan kepada sanak keluarga maupun orang tua yang telah meninggal, sudah dilakukan sejak hari ini, Rabu (26/3).
"Tradisinya hanya untuk mengenang dan menghormati yang meninggal," ujar Ira kepada INILAH di kawasan pemakaman Hindu/Budha, Jalan Cikadut Kota Bandung, Rabu (26/3).
Dia menambahkan, penghormatan yang dilakukan disertai persembahan yang disukai mendiang saat masih hidup. Selain itu, makna sesajian seperti buah-buahan serta kue manis, bertujuan agar arwah yang meninggal mendapatkan hal yang positif.
Mempersembahkan sesajian pun menjadi salah satu hal penting dalam tradisi Ceng Beng. Disisi lain, setiap perayaan Ceng Beng pun dimanfaatkan sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga besar. Pasalnya, keseharian disibukan dengan aktivitas sehari-hari.
"Dengan sesajian, diharapkan orang tua yang sudah meninggal mendapatkan tempat yang lebih baik," katanya.
Sementara dari pantauan INILAH, beberapa persembahan serta perlengkapan sembahyang disiapkan anggota keluarga. Seperti kertas sembahyang berwarna perak, kertas berwarna putih, kertas berwarna kuning, hio sembahyang, kue jajanan, ayam rebus utuh satu ekor, apel, jeruk, cangkir teh yang kemudian diisi teh, dan lilin merah dari plastik berwarna hitam.
Semua perlengkapan sembahyang pun diletakkan di altar pemakaman.
Selanjutnya dibakar beberapa hio yang diapit dengan kedua belah tangannya dan menyembah altar pemakaman dengan membungkukan hingga bersujud sebanyak tiga kali. Setelah itu ditancapkan hio yang telah dibakar tersebut di altar. (ang)
http://www.inilahkoran.com/read/deta...g-beng-dimulai