- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
DEATH TRANSPORT 2: GHOST TOWN FINAL CHAPTER


TS
asii
DEATH TRANSPORT 2: GHOST TOWN FINAL CHAPTER
Quote:
halo agan-agan penggemar cerita zombie. setelah kemaren-kemaren sempat terhenti nih proyek (padahal tinggal 2 chapter lagi
) dikarenakan ane nggak ada waktu buat nerusin (baca; males) akhirnya ane berhasil namatin setelah melihat komen kasukser yang setia nunggu ceritanya bahkan ada yang nungguin ampe 3 BULAN!!! akhirnya dengan semangat berapi-api ane meneruskan ceritanya sampe tamat HORE!!!

bagi yang belum baca cerita sebelumnya silahkan dilihat disini
Death Transport 1
Death Transport 2
Nah berikut chapter 17 dan finalnya;
Spoiler for Chapter 17:
DEATH TRANSPORT 2: Ghost Town (Episode 17: Bounty Hunter)
Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Zuhri sang polisi misterius, saat akan sampai ke tempat perlindungan, Zombie mengeroyok kami sementara peluru kami terus menipis.
Kayuputih, 4 April 2014. Pukul 17:10
Kami melanjutkan berjalan ke depan, mengikuti Zuhri yang berada di depan. Sambil terus waspada terhadap kemungkinan serangan zombie yang tiba-tiba. Suasana jalan kecil di tengah perkampungan ini begitu sunyi senyap. Seorang zombie keluar dari dalam sebuah rumah di belakang kami. Demi menjaga kesunyian, Tri aku perintahkan untuk melesatkan panahnya membunuh zombie itu. Tri menancapakan panahnya di kepala zombie itu dan zombie itu pun rubuh. Kami melanjutkan berjalan hingga kami keluar dari gang itu. kami di kejutkan zombie yang jumlahnya sangat banyak di depan. Kami semua menembak semua zombie itu sambil mundur kebelakang.
“Anjing mereka banyak bener za!” teriak Hadi.
“Mundur aja riza!” perintah Rini kepadaku
“Woy elo Riza kan? Gua pinjemin pistol elu cepet!” Zuhri berteriak kepadaku tapi, aku tidak menghiraukannya dan memerintahkan semuanya untuk mundur.
“Mundur semua” Perintahku kepada yang lain.
Merasa di hiraukan Zuhri mendekatiku dan menarik kerah bajuku.
“Woy monyet! Gue pinjem pistol elu nyet!” bentak Zuhri sambil mencoba mencabut pistol yang ada di pinggangku.
Aku langsung menepis tangannya. Aku masih belum percaya dengannya.
“Diem lu!” aku lalu melanjutkan menembaki zombie di depan sambil terus mundur.
“Sial lo! Ini pisau elo gua balikin gua gak butuh” bentak Zuhri lagi sambil menyodorkan pisau yang ku pinjamkan tadi dan berlari ke belakang mencari mengikuti alur mobil-mobil yang berbaris di jalan.
Aku mengambil pisau itu darinya. Lalu berjalan lagi kedepan ke arah jembatan penyebrangan busway, karena ku lihat disisi sebaliknya tidak ada zombie. Selain itu, supaya zombie bisa lebih mudah di tembak dari atas. Setelah sampai diatas kami semua mencoba menembak zombie-zombie yang ada di bawah.
“Tembak terus jangan berhenti!” Tri berteriak.
“Eh keparat, gua pinjem pistol lu. Gua mau bantu kalian cepet!” bentak Zuhri kasar kepadaku.
“Diem ah!” kataku sambil mengganti peluru.
Lama kami menembaki mereka sekitar 20 menit sudah kami menembaki zombie-zombie itu dari atas dan peluru kami semakin menipis. Zuhri membentakku lagi, “Riza cepet kasihin gua tuh pistol! Percaya ama gua napa sih. Gua kan POLRI setan!”.
Aku merenung sambil memandangnya dengan perasaan tidak percaya.
“Okey” kataku sambil memberikan pistol di pinggangku dengan perasaan ragu.
Zuhri langsung menyabet pistol yang ada di tangan ku. Lalu ia mengarahkan pistolnya padaku, gawat! Dia mencoba membunuhku. Tiba-tiba dia menembakkan pistol kebelakangku, setelah aku menengok kebelakang, ternyata yang dia incar adalah zombie di belakangku. Aku pun bernafas lega ternyata dia tidak seburuk yang aku pikirkan. Dia lantas langsung membantu kami, menembaki zombie-zombie itu. Begitu amunisi Zuhri habis, ia langsung meminta magazine yang ada di tasku. Hingga akhirnya tinggal 3 zombie tersisa dan peluru kami semua habis,kecuali Zuhri yang kemudian mencoba menembaki mereka tak tersisa. Setelah itu, tiba-tiba ia berbalik kebelakang dan pandangannya menyeringai ke arah Yanti. Lalu ia mendongkan pistolnya ke arah Yanti.
“Kyaaaaa” Yanti berteriak kaget.
“Apa-apaan ini???” aku membentak Zuhri.
“Diem lo Riza!!!” Zuhri balik membentak sambil mengacungkan pistolnya ke arahku.
“Brengsek udah gua duga lu nggak bener!” kataku.
“Cuih, gw disini sebenarnya nggak cuma ikut misi penyelamatan. Tugas utama gw ikut misi Cuma buat nyari kalian!” Zuhri mulai menjelaskan
“Ma...Ma...Maksud el..loo?” yanti terbata-bata.
“Gua dapet misi dari atasan gua, buat nyari kalian berdua, Riza Sutakwa dan Nurul Arviyanti itu cewek itu kan?”
“Atasan? Siapa atasan lo njing?”kataku kasar
“Persetan dengan atasan gue kalian nggak perlu tau”
“Terus kenapa harus gue kenapa harus Riza juga?”
“Atasan gua pingin semua penumpang yang selamat dari SS Banyu Emas di bunuh. Gue denger itu karena Jokowi ingin menggunakan salah satu dari Penumpang yang selamat buat melawan pemerintah”
Aku dan Yanti kaget sementara yang lain bingung dengan apa yang dimaksud oleh Zuhri.
“Maksudnya apa nih?” tanya Tri.
“Yang lain nggak usah tau!”
“Oh iya kalian ingat waktu kalian terjatuh dari heli? Itu karena sabotase dari atasan gua. Tapi nggak nyangka kalian masih hidup”
Zuhri mulai menarik pelatuk perlahan, sementara Yanti berjongkok dan menutup kepalanya dengan tangan sambil berteriak histeris. Aku nekat untuk melibas tangan Zuhri kearah atas, dia menembak pistolnya keatas karena tangannya terlempar keatas setelah ku tampik. Semuanya panik termasuk diriku yang mulai berteriak keras, sambil mendorongnya ke pnggir jembatan. Tanpa di duga kami terjatuh kebawah. Kudengar semua orang meneriakiku ketakutan. Aku dan Zuhri yang ada dibawahku jatuh tepat di atas atap mobil yang mengakibatkan mobil itu membunyikan alarm anti malingnya. Atap mobil itu ringsek. Zuhri berteriak kesakitan sementara aku terjatuh kebawah mobil tanpa luka karena aku menjadikan tubuh Zuhri sebagai pijakan dan pistolnya terjatuh kebawah entah kemana. Setelah aku menyadarkan diriku dengan menggelengkan kepalaku, aku melihat pistolnya terjatuh di bawah mobil yang tadi kami jatuhi. Aku mencoba meraihnya dengan tangan, tapi terlalu jauh, aku pun menggeser tubuhku dan sedikit lagi aku bisa meraihnya. Tiba-tiba tanganku diinjak oleh Zuhri yang kemudian mengambil pistol itu. Aku langsung bangkit dan mencoba berlari kebelakang, tapi Zuhri mencegatku di depan sambil mengacungkan pistolnya.
“Mati lo Riza!” Zuhri berkata sambil menarik pelatuk. Sementara, orang-orang diatas berteriak melihat kejadian itu. Mereka lalu berjalan turun tapi, mereka melihat ada segerombolan zombie yang datang dari pagar-pagar gedung di kanan-kiri. Mungkin mereka tertarik dengan suara alarm mobil tadi. Zuhri lalu menarik pelatuknya, tapi untungnya pistol itu tak lagi berpeluru. Aku langsung mencengkram tangan kanannya yang memegang pistol itu sambil meninjunya tepat di bagian wajah.
“Berhenti semuanya!!! Mundur, mundur semuanya” teriak Hadi.
“Nggak! tolongin Riza dulu please” Yanti memelas.
“Nggak akan cukup Yanti kita nggak punya senjata apa-apa” kata Rini menyeru Yanti.
Yanti nekat turun kebawah tapi Hadi memegang tangannya. “Jangan Yanti, lo bisa mati kalo lo nekat”
“Semuanya cepet kalo nggak tangga turun di seberang keburu di rubung zombie” Tri tiba-tiba berteriak.
“Rizaaa maafin gueee” teriak Yanti menangis sambil berlalu mengikuti yang lain.
Sementara aku masih bergulat dengan Zuhri. Kebetulan tinggi badanku sama dengannya jadi pertarungan seimbang.
“Mati lo berengsek!” kataku sambil meninjunya.
Saat ini aku sedang menindihnya. Aku mendengar kegaduhan di belakangku. Aku dan Zuhri langsung melihat kebelakangku. Ternyata zombie bertebaran dan berlari kearah kami berdua lalu, aku meninju Zuhri sekali lagi.
“Berengsek!!!” umpatku sambil berlari kedepan meninggalkan Zuhri.
Tapi, Zuhri tidak menyerah dia memegang pergelangan kakiku hingga aku terjatuh lalu ia menindih ku dan kemudian meninju-ninju wajahku. Sementara, aku melihat zombie semakin dekat.
“Gawat bagaimana ini bisa-bisa kami berdua mati” pikirku.
Bersambung...
FINAL CHAPTER LANJUT DI BAWAH GAN
0
3.9K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan