- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pria Terhormat dari Kalimantan


TS
donnyhehe
Pria Terhormat dari Kalimantan

Spoiler for No repsol !!:
Setelah membaca kasih


Ane Bikin TS ini karena ane brasal dri Kalimantan Tengah
langsung aja ya gan
Quote:

Nama: Tjilik Riwut
Lahir: Kasongan, Kalimantan Tengah, 2 Februari 1918
Jabatan: Gubernur Kalimantan Tengah
Meninggal: 17 Agustus 1987
Pangkat kehormatan: Laksamana (marsekal) Pertama Angkatan Udara RI
Pendidikan: Sekolah Perawat di Purwakarta dan Bandung
Karir: Pimpinan redaksi majalah Suara Rakyat Wedana Sampit
Bupati Kotawaringin
Gubernur Kalimantan Tengah
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Organisasi: Pakat Dayak
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Perjuangan/Jasa-jasa: Merintis perjuangan di Kalimantan Tengah
Gelar kepahlawanan: Pahlawan Nasional (SK Presiden RI No. 108/TK/Tahun 1998, tanggal 6 November 1998)
Spoiler for Baca Sejarah:
Menyiarkan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta hingga ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia bukanlah hal mudah, mengingat pada masa itu akses komunikasi belum secanggih saat ini.
Rencananya teks proklamasi yang telah diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Bung Karno dan Proklamator, Wakil Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1956)
Bung Hatta akan dibacakan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Banteng). Namun, karena situasi keamanan yang kurang mendukung, rencana itu akhirnya batal. Proklamator, Wakil Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1956)
Bung Hatta kemudian memerintahkan seorang Lihat Daftar Wartawan
wartawan bernama Burhanuddin Mohammad Diah (BM Diah) agar segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan itu supaya seluruh rakyat Indonesia, paling tidak masyarakat di Jakarta lebih dulu mengetahuinya.
Mendapat tugas tersebut, BM Diah bergegas menuju ke sebuah percetakan di daerah Pecenongan. "Tolong Bung cetak teks proklamasi ini!" katanya seraya mengeluarkan kertas berisi tulisan tangan sebelum naskah diketik. Proses cetak itu pun dapat diselesaikan dengan menggunakan sebuah mesin kecil "Vorm".
Kertas itu bertuliskan "Berita Istimewa. Pada hari ini tanggal 17 boelan 8, 1945 di Djakarta dioemoemkan proklamasi kemerdekaan Indonesia jang bunjinya:.."ProklamasiS E N S O Rst" Itulah teks proklamasi yang dicetak pertama kalinya.
BM Diah didampingi sejumlah pemuda berkeliling Jakarta untuk menyebarkan lembaran proklamasi menggunakan mobil De Soto yang dikemudikan seorang supir bernama Boos. Ketika melewati lapangan di dekat Gambir, tampak para serdadu Jepang menjaga lapangan itu dengan bayonet terhunus. Di tengah situasi yang kian genting, naskah proklamasi akhirnya berhasil dibacakan oleh Ir. Soekarno, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Berita tentang kemerdekaan Indonesia lalu tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Tjilik Riwut, seorang pemuda yang berasal dari luar Jawa bersama para pemuda Kalimantan yang ada di Jawa pulang ke kampung halamannya untuk memberitakan perihal proklamasi kemerdekaan. Mereka tak hanya pulang membawa kabar bahagia tersebut, namun juga untuk menggelorakan semangat juang saudara-saudaranya di Kalimantan Tengah. Dipelopori oleh Mayor Tjilik Riwut bersama teman-teman seperjuangannya mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berlokasi di Kotawaringin.
Tokoh kelahiran Kasongan, Kalimantan Tengah pada tanggal 2 Februari 1918 ini menamatkan pendidikan dasar di kota kelahirannya. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Perawat di Purwakarta dan Bandung. Untuk meningkatkan citra masyarakat Dayak, Tjilik Riwut bersama dengan para pemuda dari daerah asalnya pada tahun 1938 mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Pakat Dayak. Pakat Dayak menerbitkan sebuah majalah yang bernama Suara Rakyat dengan Tjilik Riwut selaku pemimpin redaksinya.
Dengan adanya majalah tersebut sebagai salah satu sarana komunikasi, pembinaan dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat juang dan harga diri sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang waktu itu masih terjajah. Melalui berbagai upaya itu, rasa kesatuan pemuda-pemuda dari Kalimantan dengan perjuangan masyarakat dari daerah lain dapat dibina. Tak heran, proklamasi kemerdekaan yang telah lama diidam-idamkan disambut dengan penuh semangat.
Meskipun kemerdekaan telah berhasil diproklamirkan, ancaman terhadap kedaulatan republik masih terus membayangi para pemuda pejuang. Oleh karena itu, sekembalinya ke kampung halaman, ia mendirikan kelompok pasukan bersenjata yang terlibat dalam serangkaian Wakil Panglima Besar (1962-1965) Ketua MPRS (1966-1972)
perang gerilya. Tjilik Riwut beberapa kali terlibat dalam pertempuran. Ia juga melakukan pertemuan dengan para kepala suku Dayak sambil memimpin sejumlah pertempuran melawan Belanda. Hasil pertemuan dengan para kepala Suku Dayak itu adalah Sumpah Setia Masyarakat Suku Dayak terhadap Negara RI.
Tjilik Riwut kembali ke Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta pada awal Desember 1946 guna melakukan koordinasi lebih baik dengan pemerintah pusat. Ia berperan sebagai penunjuk jalan ketika Angkatan Udara RI melakukan operasi penerjunan pasukan ke Kalimantan pada 17 Oktober 1947. Berkat kerjasama itu, para prajurit AURI berhasil memasuki kawasan Kotawaringin. Penerjunan pasukan itu merupakan penerjunan pertama yang dilakukan AURI. Tjilik Riwut kemudian diangkat menjadi Wedana Sampit setelah perang mempertahankan kemerdekaan berakhir. Kiprahnya dalam pemerintahan daerah terus beranjak naik. Ia diberi amanah untuk menjadi Bupati Kotawaringin selanjutnya Gubernur Kalimantan Tengah.
Ketika menjabat sebagai gubernur, ia mencatat prestasi yang cukup membanggakan dengan melakukan peningkatan kesejahteraan dan kemajuan pendidikan masyarakat Kalimantan Tengah. Ia berjasa membangun Palangkaraya sebagai ibukota Kalimantan Tengah. Ia juga pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Karena jasanya di lingkungan AURI dan merintis perjuangan di Kalimantan Tengah, Angkatan Udara RI memberinya anugerah berupa pangkat Laksamana (marsekal) Pertama kehormatan. Tjilik Riwut menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada perayaan HUT RI ke 42, pada 17 Agustus 1987.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Tjilik Riwut dianugerahi gelar Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan Nasional berdasarkan SK Lihat Daftar Presiden Republik Indonesia
Presiden RI No. 108/TK/Tahun 1998, tanggal 6 Nopember 1998.
Rencananya teks proklamasi yang telah diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Bung Karno dan Proklamator, Wakil Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1956)
Bung Hatta akan dibacakan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Banteng). Namun, karena situasi keamanan yang kurang mendukung, rencana itu akhirnya batal. Proklamator, Wakil Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1956)
Bung Hatta kemudian memerintahkan seorang Lihat Daftar Wartawan
wartawan bernama Burhanuddin Mohammad Diah (BM Diah) agar segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan itu supaya seluruh rakyat Indonesia, paling tidak masyarakat di Jakarta lebih dulu mengetahuinya.
Mendapat tugas tersebut, BM Diah bergegas menuju ke sebuah percetakan di daerah Pecenongan. "Tolong Bung cetak teks proklamasi ini!" katanya seraya mengeluarkan kertas berisi tulisan tangan sebelum naskah diketik. Proses cetak itu pun dapat diselesaikan dengan menggunakan sebuah mesin kecil "Vorm".
Kertas itu bertuliskan "Berita Istimewa. Pada hari ini tanggal 17 boelan 8, 1945 di Djakarta dioemoemkan proklamasi kemerdekaan Indonesia jang bunjinya:.."ProklamasiS E N S O Rst" Itulah teks proklamasi yang dicetak pertama kalinya.
BM Diah didampingi sejumlah pemuda berkeliling Jakarta untuk menyebarkan lembaran proklamasi menggunakan mobil De Soto yang dikemudikan seorang supir bernama Boos. Ketika melewati lapangan di dekat Gambir, tampak para serdadu Jepang menjaga lapangan itu dengan bayonet terhunus. Di tengah situasi yang kian genting, naskah proklamasi akhirnya berhasil dibacakan oleh Ir. Soekarno, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Berita tentang kemerdekaan Indonesia lalu tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Tjilik Riwut, seorang pemuda yang berasal dari luar Jawa bersama para pemuda Kalimantan yang ada di Jawa pulang ke kampung halamannya untuk memberitakan perihal proklamasi kemerdekaan. Mereka tak hanya pulang membawa kabar bahagia tersebut, namun juga untuk menggelorakan semangat juang saudara-saudaranya di Kalimantan Tengah. Dipelopori oleh Mayor Tjilik Riwut bersama teman-teman seperjuangannya mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berlokasi di Kotawaringin.
Tokoh kelahiran Kasongan, Kalimantan Tengah pada tanggal 2 Februari 1918 ini menamatkan pendidikan dasar di kota kelahirannya. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Perawat di Purwakarta dan Bandung. Untuk meningkatkan citra masyarakat Dayak, Tjilik Riwut bersama dengan para pemuda dari daerah asalnya pada tahun 1938 mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Pakat Dayak. Pakat Dayak menerbitkan sebuah majalah yang bernama Suara Rakyat dengan Tjilik Riwut selaku pemimpin redaksinya.
Dengan adanya majalah tersebut sebagai salah satu sarana komunikasi, pembinaan dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat juang dan harga diri sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang waktu itu masih terjajah. Melalui berbagai upaya itu, rasa kesatuan pemuda-pemuda dari Kalimantan dengan perjuangan masyarakat dari daerah lain dapat dibina. Tak heran, proklamasi kemerdekaan yang telah lama diidam-idamkan disambut dengan penuh semangat.
Meskipun kemerdekaan telah berhasil diproklamirkan, ancaman terhadap kedaulatan republik masih terus membayangi para pemuda pejuang. Oleh karena itu, sekembalinya ke kampung halaman, ia mendirikan kelompok pasukan bersenjata yang terlibat dalam serangkaian Wakil Panglima Besar (1962-1965) Ketua MPRS (1966-1972)
perang gerilya. Tjilik Riwut beberapa kali terlibat dalam pertempuran. Ia juga melakukan pertemuan dengan para kepala suku Dayak sambil memimpin sejumlah pertempuran melawan Belanda. Hasil pertemuan dengan para kepala Suku Dayak itu adalah Sumpah Setia Masyarakat Suku Dayak terhadap Negara RI.
Tjilik Riwut kembali ke Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta pada awal Desember 1946 guna melakukan koordinasi lebih baik dengan pemerintah pusat. Ia berperan sebagai penunjuk jalan ketika Angkatan Udara RI melakukan operasi penerjunan pasukan ke Kalimantan pada 17 Oktober 1947. Berkat kerjasama itu, para prajurit AURI berhasil memasuki kawasan Kotawaringin. Penerjunan pasukan itu merupakan penerjunan pertama yang dilakukan AURI. Tjilik Riwut kemudian diangkat menjadi Wedana Sampit setelah perang mempertahankan kemerdekaan berakhir. Kiprahnya dalam pemerintahan daerah terus beranjak naik. Ia diberi amanah untuk menjadi Bupati Kotawaringin selanjutnya Gubernur Kalimantan Tengah.
Ketika menjabat sebagai gubernur, ia mencatat prestasi yang cukup membanggakan dengan melakukan peningkatan kesejahteraan dan kemajuan pendidikan masyarakat Kalimantan Tengah. Ia berjasa membangun Palangkaraya sebagai ibukota Kalimantan Tengah. Ia juga pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Karena jasanya di lingkungan AURI dan merintis perjuangan di Kalimantan Tengah, Angkatan Udara RI memberinya anugerah berupa pangkat Laksamana (marsekal) Pertama kehormatan. Tjilik Riwut menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada perayaan HUT RI ke 42, pada 17 Agustus 1987.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Tjilik Riwut dianugerahi gelar Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan Nasional berdasarkan SK Lihat Daftar Presiden Republik Indonesia
Presiden RI No. 108/TK/Tahun 1998, tanggal 6 Nopember 1998.
Ane bangga punya pahlawan dri Kalimantan
Sekian TS dri ane gan
Quote:
budayakan 
TS tidak mengharapkan


TS tidak mengharapkan


0
4.2K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan