- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[UST.MANSYUR LEWAT] DIBALIK KESUKSEAN UST. HILMI , KETUA MAJELIS SYURO PKS


TS
ivbsav
[UST.MANSYUR LEWAT] DIBALIK KESUKSEAN UST. HILMI , KETUA MAJELIS SYURO PKS
TAULADAN BERBISNIS USTADZ Hilmi Aminuddin , BOS PKS
Merdeka.com - Beginilah kehidupan Hilmi Aminuddin sepulang menamatkan kuliah pada akhir 1979 dari Fakultas Syariah Universitas Islam, Madinah, Arab Saudi.Dia menjadi juru dakwah di Kedutaan Besar Saudi di Jakarta.
Hilmi saat itu masih hidup merana. Istrinya tidak bekerja. Mereka mengontrak rumah petakan tanpa dilapisi ubin di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Hidupnya mengandalkan pendapatan bulanan sebagai dai. "Motor saja dia tidak punya," kata Yusuf Supendi, salah satu pendiri Partai Keadilan sebelum berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), saat ditemui merdeka.com di tempat tinggalnya, Jalan Lapan V nomor 28, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin malam pekan lalu.
Dia lantas pindah menyewa rumah agak lebih besar di daerah Kalimalang, Jakarta Timur. Sang istri, Nining, mulai membantu suaminya dengan berjualan busana muslimah. Istri Yusuf Supendi termasuk rekanan bisnisnya. Meski begitu, kehidupan Hilmi masih jauh dari sejahtera.
Motor pertama dia peroleh dari jatah kredit seorang guru kader PKS bernama Bali Pranowo. Kemudian mendiang Sarwizih, pengusaha ban sekaligus murid Hilmi, membelikan dia mobil Kijang seharga Rp 4,6 juta. Lantas dia mendapat mobil jip Rocky dengan uang muka dan cicilan bulanan dibayarkan oleh mantan Menteri Riset dan Teknologi Suharna. Suharna tidak bisa ditemui di rumahnya, Depok, Jawa Barat, saat merdeka.com ingin meminta konfirmasi mengenai cerita ini.
Yusuf menegaskan dia termasuk orang paling dekat dengan Hilmi. Saking karibnya, Hilmi memanggil Yusuf dengan sebutan ayi (adik dalam bahasa Sunda) dan Yusuf memanggil Hilmi akang (kakak). Menurut dia, Hilmi sering memanggil dia ke rumah jika ingin menumpahkan perasaannya terhadap pelbagai persoalan dan itu bisa berlangsung dalam hitungan jam. "Akang masih banyak utang," ujar Yusuf menirukan ucapan Hilmi pada satu waktu.
Setelah mendirikan Partai Keadilan pada 1998, Hilmi mulai rajin mencari dana buat menghidupi partai baru itu. Yusuf mengungkapkan Hilmi rajin mondar-mandir Timur Tengah. Menurut informasi dia peroleh, setoran itu berasal dari lembaga sosial atau donatur pribadi di Kuwait, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan belakangan Qatar. "Hilmi sendiri cerita sama saya. Kalau nggak salah pernah ada setoran Rp 800 juta."
Perlahan kehidupannya merangkak naik. Dia bisa membangun rumah tiga lantai di dekat kontrakannya di Kalimalang. Kemudian pada 2003, dia membangun vila di Cinangka, Pantai Karang Bolong, Banten. Hingga 2004, rapat majelis syuro sering menggunakan vila itu. Yusuf mengatakan vila itu terdiri dari belasan bangunan dan masing-masing meliputi dua lantai. Vila itu berdiri di atas lahan milik orang NII (Negara Islam Indonesia) yang diserahkan kepada Danu Muhammad Hasan, ayah Hilmi, dan diakui sebagai wakaf Haji Malik (tokoh Banten).
Ketika dihubungi melalui telepon selulernya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Mas'ah Toyib awalnya berbelit-belit saat ditanya soal vila itu. Dia akhirnya mengakui keberadaan bangunan itu, namun tidak tahu asal usulnya.
Empat tahun kemudian, dia membangun rumah dan penginapan dilengkapi pelbagai fasilitas di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Konon ukuran luasnya bukan hektar tapi bukit. "Lima bulan lalu ada yang cerita ke saya sudah memiliki dua bukit, mau membeli bukit ketiga," tutur Yusuf. Dia juga memperoleh informasi Hilmi memiliki peternakan sapi di Desa Cibodas, Lembang, dan kabarnya pabrik susu miliknya lebih canggih ketimbang pabrik Indomilk di Pasar Rebo.
Menurut Yusuf, kekayaan Hilmi mulai melonjak sejak 2004. Menjelang kampanye, dia menerima Rp 500 juta dari pengusaha Arifin Panigoro. "Hilmi Aminuddin bercerita kepada istri saya." Namun telepon seluler Arifin Panigoro tidak aktif saat merdeka.com berupaya meminta konfirmasi soal kebenaran kisah ini.
Mengutip edisi khusus majalah Tempo, Desember 2006, Hilmi dan komplotannya dicurigai menerima RP 21 miliar lantaran menyokong pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid pada putaran pertama pemilihan presiden 2004. Menurut Yusuf, informasi adanya uang politik itu juga diperoleh Ketua Dewan Kewanitaan PKS Nursanita Nasution dari teman kuliahnya menjadi tim sukses Wiranto. Padahal, kata dia, 70 persen anggota majelis syuro sepakat mendukung pasangan Amien Rais-Siswono Yudohusodo.
Dengan alasan fulus pula, Yusuf menambahkan, Hilmi menjatuhkan pilihan kepada pasangan Susilo Bambang Yuhoyono-Muhammad Jusuf Kalla dalam babak kedua. Dia mendapatkan informasi dari Hasan Basyir, orang Sudan yang membantu dakwah di Indonesia, yang diceritakan langsung oleh wartawan stasiun televisi Aljazeera Othman al-Batiri, Hilmi menerima Rp 34 miliar atas dukungan itu. "Yang terima Luthfi (mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq). Othman menyaksikan penyerahan Rp 34 miliar itu.
Pada akhir Juni 2004, Yusuf menyampaikan kepada Salim Seggaf al-Jufri untuk segera mengaudit agar jelas mana kekayaan Hilmi, uang jamaah, dan uang partai. "Ini akan bermasalah bila Hilmi mati," katanya. Pada pertengahan Maret 2011, dia juga sudah melaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi soal Hilmi rajin menerima setoran.
http://www.merdeka.com/pemilu-2014/d...inuddin-3.html
Merdeka.com - Beginilah kehidupan Hilmi Aminuddin sepulang menamatkan kuliah pada akhir 1979 dari Fakultas Syariah Universitas Islam, Madinah, Arab Saudi.Dia menjadi juru dakwah di Kedutaan Besar Saudi di Jakarta.
Hilmi saat itu masih hidup merana. Istrinya tidak bekerja. Mereka mengontrak rumah petakan tanpa dilapisi ubin di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Hidupnya mengandalkan pendapatan bulanan sebagai dai. "Motor saja dia tidak punya," kata Yusuf Supendi, salah satu pendiri Partai Keadilan sebelum berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), saat ditemui merdeka.com di tempat tinggalnya, Jalan Lapan V nomor 28, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin malam pekan lalu.
Dia lantas pindah menyewa rumah agak lebih besar di daerah Kalimalang, Jakarta Timur. Sang istri, Nining, mulai membantu suaminya dengan berjualan busana muslimah. Istri Yusuf Supendi termasuk rekanan bisnisnya. Meski begitu, kehidupan Hilmi masih jauh dari sejahtera.
Motor pertama dia peroleh dari jatah kredit seorang guru kader PKS bernama Bali Pranowo. Kemudian mendiang Sarwizih, pengusaha ban sekaligus murid Hilmi, membelikan dia mobil Kijang seharga Rp 4,6 juta. Lantas dia mendapat mobil jip Rocky dengan uang muka dan cicilan bulanan dibayarkan oleh mantan Menteri Riset dan Teknologi Suharna. Suharna tidak bisa ditemui di rumahnya, Depok, Jawa Barat, saat merdeka.com ingin meminta konfirmasi mengenai cerita ini.
Yusuf menegaskan dia termasuk orang paling dekat dengan Hilmi. Saking karibnya, Hilmi memanggil Yusuf dengan sebutan ayi (adik dalam bahasa Sunda) dan Yusuf memanggil Hilmi akang (kakak). Menurut dia, Hilmi sering memanggil dia ke rumah jika ingin menumpahkan perasaannya terhadap pelbagai persoalan dan itu bisa berlangsung dalam hitungan jam. "Akang masih banyak utang," ujar Yusuf menirukan ucapan Hilmi pada satu waktu.
Setelah mendirikan Partai Keadilan pada 1998, Hilmi mulai rajin mencari dana buat menghidupi partai baru itu. Yusuf mengungkapkan Hilmi rajin mondar-mandir Timur Tengah. Menurut informasi dia peroleh, setoran itu berasal dari lembaga sosial atau donatur pribadi di Kuwait, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan belakangan Qatar. "Hilmi sendiri cerita sama saya. Kalau nggak salah pernah ada setoran Rp 800 juta."
Perlahan kehidupannya merangkak naik. Dia bisa membangun rumah tiga lantai di dekat kontrakannya di Kalimalang. Kemudian pada 2003, dia membangun vila di Cinangka, Pantai Karang Bolong, Banten. Hingga 2004, rapat majelis syuro sering menggunakan vila itu. Yusuf mengatakan vila itu terdiri dari belasan bangunan dan masing-masing meliputi dua lantai. Vila itu berdiri di atas lahan milik orang NII (Negara Islam Indonesia) yang diserahkan kepada Danu Muhammad Hasan, ayah Hilmi, dan diakui sebagai wakaf Haji Malik (tokoh Banten).
Ketika dihubungi melalui telepon selulernya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Mas'ah Toyib awalnya berbelit-belit saat ditanya soal vila itu. Dia akhirnya mengakui keberadaan bangunan itu, namun tidak tahu asal usulnya.
Empat tahun kemudian, dia membangun rumah dan penginapan dilengkapi pelbagai fasilitas di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Konon ukuran luasnya bukan hektar tapi bukit. "Lima bulan lalu ada yang cerita ke saya sudah memiliki dua bukit, mau membeli bukit ketiga," tutur Yusuf. Dia juga memperoleh informasi Hilmi memiliki peternakan sapi di Desa Cibodas, Lembang, dan kabarnya pabrik susu miliknya lebih canggih ketimbang pabrik Indomilk di Pasar Rebo.
Menurut Yusuf, kekayaan Hilmi mulai melonjak sejak 2004. Menjelang kampanye, dia menerima Rp 500 juta dari pengusaha Arifin Panigoro. "Hilmi Aminuddin bercerita kepada istri saya." Namun telepon seluler Arifin Panigoro tidak aktif saat merdeka.com berupaya meminta konfirmasi soal kebenaran kisah ini.
Mengutip edisi khusus majalah Tempo, Desember 2006, Hilmi dan komplotannya dicurigai menerima RP 21 miliar lantaran menyokong pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid pada putaran pertama pemilihan presiden 2004. Menurut Yusuf, informasi adanya uang politik itu juga diperoleh Ketua Dewan Kewanitaan PKS Nursanita Nasution dari teman kuliahnya menjadi tim sukses Wiranto. Padahal, kata dia, 70 persen anggota majelis syuro sepakat mendukung pasangan Amien Rais-Siswono Yudohusodo.
Dengan alasan fulus pula, Yusuf menambahkan, Hilmi menjatuhkan pilihan kepada pasangan Susilo Bambang Yuhoyono-Muhammad Jusuf Kalla dalam babak kedua. Dia mendapatkan informasi dari Hasan Basyir, orang Sudan yang membantu dakwah di Indonesia, yang diceritakan langsung oleh wartawan stasiun televisi Aljazeera Othman al-Batiri, Hilmi menerima Rp 34 miliar atas dukungan itu. "Yang terima Luthfi (mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq). Othman menyaksikan penyerahan Rp 34 miliar itu.
Pada akhir Juni 2004, Yusuf menyampaikan kepada Salim Seggaf al-Jufri untuk segera mengaudit agar jelas mana kekayaan Hilmi, uang jamaah, dan uang partai. "Ini akan bermasalah bila Hilmi mati," katanya. Pada pertengahan Maret 2011, dia juga sudah melaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi soal Hilmi rajin menerima setoran.
http://www.merdeka.com/pemilu-2014/d...inuddin-3.html
0
2.1K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan