bila kita bebicara tentang candi, mindset kita tentu akan mengatakan itu sebuah bangunan, dan itu hanya bangunan. tidak ada nilai lebih. hanya nilai historis semu dan komersil pariwisata. tapi ada sisi lain dari sebuah candi.
bentuk tulisan "Candi" sebenarnya adalah Sandi, dalam bahasa sansekerta ditulis dengan huruf C di tambahi garis sedikit di bawah huruf spt koma terbalik. sehingga membacanya adalah SANDI. dan yang diinginkan nenek moyang kita ketika membangun sebuah Sandi, agar anak cucunya mengetahui, tetenger, tanda, bahwa disitu ada sebuah peradaban yang besar, gemah ripah loh jinawi. sekarang saya juga mulai merasa sedih dan prihatin, ketika orang yang dianggap berkompeten dan ahli2 sejarah, hanya berdebat masalah jaman siapa candi dibuat, dan relief nya menceritakan tentang apa. dan bisa dipastikan semua ahli sejarah dengan sumber ilmu dari penjajah yang kesasar (londo/Belanda), yang bahkan buta huruf tentang huruf-huruf sansekerta, malah dijadikan pedoman dan acuan baku dalam menterjemahkan Sandi2 yang di tunjukkan oleh leluhur kita. bisa agan2 liat. semua relief di bangunan SANDI SANDI seluruh jawa dipukul rata dengan mengartikan itu semua cerita yang tak jauh2 dari Mahabarata dan Ramayana, dan parahnya lagi, mereka mengakui bahwa budaya kita turunan dari india, seperti Daendels yang kesasar, tujuannya pengen cari India, ketemu dengan Nusantara. lalu dengan sak enak e udele dewe/ semaunya menamai Negara besar Nuswantara ini dengan Indos = India, dan Nesos = Kecil. kita dianggap sebagai bagian dari Negara India. dan parahnya lagi, kita dengan bangga memakai nama pemberian dari orang yang kesasar

kembali ke Sandi, dalam menterjemahkan sebuah bangunan Sandi, kita seolah tidak boleh keluar dari rangka itu, yaitu mahabarata dan ramayana. pikiran kita di kotak-kotak kan dan dikerdilkan. dan akhirnya kehebatan teknologi negeri Nuswantara yang terkenal, yang menaklukkan lautan dengan 10 ribu kapal dagang yang besarnya setara kapal feri sekarang, berarak mengelilingi dunia untuk berdagang. akan tenggelam dan hilang. orang2 kita, tetep kerdil dan rendah diri, hingga akhirnya SDA dikeruk oleh para pemodal asing dan negara asing.

padahal didalam bangunan sebuah Sandi, itu tetenger atau tanda. Bangunan Sandi2 itu bisa juga menjadi pusat riset pada jaman dahulu. saya jelaskan sedikit saja. sekarang tim kami tengah meneliti sebuah situs per Sandian di Sidoarjo. yaitu Situs Perlawangan, yang berisi orang2 dari berbagai elemen dan berbagai jurusan pendidikan yang peduli dengan perkembangan mental dan pendidikan juga teknologi anak cucu kelak. ternyata dalam membangun Sandi itu sangat disinergikan dengan alam, bagaimana orang dulu bisa menggunakan cahaya bulan sebagai penggerak air untuk irigasi sawah melalui bangunan Sandi/Candi. setiap jam tertentu cahaya bulan akan jatuh pada koordinat tertentu di areal situs tersebut, yang memang dibawah situs itu memang ada gorong2 saluran air purba, Sehingga tidak lagi menggunakan manual handle valve lagi untuk menggerakkan pintu2 air.
Bagaimana bisa, melalui bangunan candi kita bisa melihat spektrum warna perubahan langit, sehingga bisa menentukan bahwa pada bulan ini kita harus menanam tanaman apa.
Dari situ dapat dilihat bahwa dalam sebuah areal bangunan SANDI/CANDI dapat mencakup aspek Sosial, Budaya, Teknologi, Sejarah. dari sebuah Sandi dapat mengetahui, pola makan, bagaimana cara hidup. sungguh kita akan terkotak dan menjadi sangat bodoh bila hanya berkutat dan fokus bahwa SANDI/Candi hanyalah seonggok batu dan bangunan tetenger/pertanda sebuah kerajaan.

dan alangkah lebih hebat lagi, bila ternyata teknologi dalam Sandi tersebut masih berfungsi sampek sekarang.
dan itu bisa anda lihat di Situs PERLAWANGAN di SIDOARJO

Salam