Persamaan :
sampah visual, merusak pemandangan, pasang sembarangan, di tiang listrik, pohon maupun tembok rumah orang tanpa izin,
Perbedaan :
suatu saat kalau septictank penuh kita Sedot WC akan berjasa buat kita. kalau Caleg?

Berbagai atribut partai dengan beragam bentuk, foto, dan juga warna telah menghiasi ibukota propinsi ini. Fenomena pertarungan janji-janji kepada rakyat memang telah menjadi langganan pada setiap pemilu, hanya saja kali ini dengan jumlah partai yang sangat banyak membuat Kota Banda Aceh dipenuhi atribut kampanye. Namun sayangnya, atribut-atribut kampanye itu dipublikasikan pada tempat-tempat yang kurang tepat. Atribut-atribut calon bisa kita jumpai di berbagai sudut kota, di jalan-jalan utama, di perempatan jalan, di taman kota, di dekat sekolah atau kampus, di pohon-pohon, di kendaraan, di tembok, dan masih banyak lagi. Lantas apa yang ada dipikiran rakyat terhadap situasi kampanye ini?

Menurut saya, tindakan kampanye yang sekarang terjadi tidak lebih dari sebuah vandalisme. Aktivitas yang jelas merusak lingkungan dan pemandangan kota. Lihat saja pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan telah “berbuah” foto para caleg. Mereka telah merusak pohon-pohon tersebut dengan memaksa makhluk yang menghisap CO2 sepanjang masa untuk “berpura-pura” menjadi pohon dari buah tersebut. Ada yang memaku, mengikat dengan kawat, atau menjadikan sandaran, meski pohonnya masih kecil dan belum cukup kuat menahan beban angin (bisa patah).

Tembok-tembok yang dulunya putih dan bersih kini telah ditempeli dengan warna-warni atribut caleg dan turut menjadi korban pencemaran visual. Di perempatan jalan juga tak luput dari sasaran, spanduk, baliho, poster, dan berbagai atribut kampanye lainnya telah menggurita, tumpang tindih tak beraturan.

Para calon wakil rakyat tersebut mencoba menarik simpati rakyat dengan icon-icon yang mereka tawarkan. Mulai dari foto yang memerkan kegagahan dan kebodohan mereka, gelar dari A-Z, dan beberapa pesuasif untuk mengajak masyarakat memilihnya.

Sebenarnya sah-sah saja suatu partai menggunakan berbagai media dalam melakukan kampanye. Memang merupakan keharusan bagi partai untuk memperkenalkan siapa dirinya dan apa program yang diusungnya kepada publik. Namun, apabila partai tersebut mengklaim dirinya peduli dengan isu lingkungan hidup, maka masyarakat dapat menilai apakah partai tersebut benar-benar peduli pada lingkungan hidup dari caranya berkampanye.

Semoga saja kita tidak tertipu dengan wajah cantik atau ganteng dari para caleg yang terpampang di pinggir-pinggir jalan, dipaku di pohon, ditempel di tiang listrik atau telepon, bahkan di cat di tembok. Mari kita sebagai masyarakat yang demokratis, lebih bijak, dalam menentukan masa depan bangsa kita, dengan menitipkan aspirasi kita, pada calon legislatif yang punya kepedulian tinggi pada lingkungan, tidak sekedar janji atau ucapan, tapi praktek nyata di masyarakat dan lingkungannya.