Ramai pembicaraan publik soal aksi selamatkan Satinah, seorang TKW Indonesia, yang terancam dihukum pancung di Arab Saudi. Aksi penyelamatan ini berupa dengan penggalanggan dana, yang dilakukan oleh artis, aktivis, hingga anggota DPR. Total dana yang perlu dikumpulkan adalah Rp 25 miliar. Tentunya ini adalah jumlah yang cukup besar yang perlu dikumpulkan dalam waktu singkat.

Terkait aksi ini sendiri, memang banyak dukungan yang mengalir, namun tak bisa pula kita pungkiri ternyata ada juga pihak-pihak yang memilih untuk tidak setuju. Banyak perspektif dalam melihat kasus ini tentunya. Pada intinya, urusan mau sumbang atau tidak, kembali kepada individu masing-masing. Soal pakai hati atau akal sehat? Silahkan pula, kita pilih masing-masing. Kalau kita mau menyumbang, ya tidak perlu jugalah kita “riya”, atau sebar-sebar ke orang lain, apalagi media.

Yang terakhir inilah, siapa lagi kalau bukan soal Jokowi, sang media darling. Dari sebuah artikel media diberitakan jika Jokowi juga ikut menyumbang dana untuk aksi pembebasan Satinah. Berapa nominal yang disumbangkan? Hanya Rp 10.000,-. Saya agak speechless mau komentar apa sebenarnya, tapi bok ya nyumbang cuma Rp 10.000,-? Ternyata eh ternyata, Jokowi mengatakan kalau ia menyumbang dana yang jauh lebih besar dari nominal di atas. Berapa juta? Saya tidak tahu. Tapi kalau dilihat bagaimana si Bapak menambahkan statement bila ia sebenarnya nyumbang dalam jumlah yang lebih besar, saya jadi ilfeel. Ooh..ternyata Jokowi bisa juga ya main pencitraan.

Soal pencitraan, tak bisa dipungkiri memang, bila banyak pihak yang berkata bila pencitraan Jokowi sangat kuat. Tak heran bila tiap harinya ada saja berita soal Jokowi, mulai dari yang remeh-temeh, hingga hal-hal besar. Awalnya saya yang notabene masyarakat awam memang senang dengan sosok Jokowi ini. Pembawaannya santai dan luwes. Namun lama-kelamaan, entah Jokowi yang lebay, atau medianya yang lebay, atau keduanya lebay, setiap hari ada saja berita soal Jokowi. Rata-rata berita mencitrakan positif Jokowi? Saya lihat, iya.

Saya jadi muak sendiri. Apa yang dilakukan Bapak ini sebenarnya? Bahkan untuk urusan sumbang-menyumbang saja, perlu loh ada media. Jokowi ini benar-benar media darling ya? Heran. Hal ini mulai menggiring saya untuk menilai secara objektif dalam melihat sosok Jokowi ini, terlebih lagi ketika beliau ditunjuk menjadi Capres PDIP. Kecewa beratlah saya, apalagi tahu kalau banyak janjinya yang belum ditepati untuk Jakarta. Padahal awalnya sih saya memang optimis dengan sosok beliau, tapi lama-lama jadi terlihat kalau Jokowi itu jangan-jangan cuma pencitraan semata. Kalau pun benar, Jokowi pasti tokoh yang paling hebat dalam urusan pencitraan. Pencitraan semata, tapi hasil akan program kerja yang dilakukan belum terlihat. Lagi-lagi saya heran. Padahal pencitraan dari si Bapak kan ga bikin kenyang masyarakat

Akhir kata. Yah, gimana? Saya jadi skeptis sendiri sama beliau.