Detektif Conan?? Sherlock Holmes?? Hercule Poirot?? Semuanya kalah ama sista ini Gan
TS
jangkrik...
Detektif Conan?? Sherlock Holmes?? Hercule Poirot?? Semuanya kalah ama sista ini Gan
Proud to be part of
Click Image To Visit Our Home
HT ketujuhx ane. Makasih banyak untuk mimin & momod.
Breaman, Kaskus Officer, and Kaskusers
Spoiler for HT ketujuhx ane..!!:
Dengan memakai sepasang sarung tangan karet, sista Heather Dewey Hagborg mulai mengumpulkan rambut dari toilet umumdi Penn Station dan kemudian menempatkannya ke dalam plastik. Kurang kerjaan aja nih sista. Tidak hanya berhenti pada rambut gan, pencarian dilanjutkan pada objek-objek lain seperti layaknya tim forensik. Hal yang dilakukan sista ini memang sedikit aneh dan tidak biasa dilakukan oleh kebanyakan orang, Namun apa yang dilakukan oleh sista Dewey Hagborg akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Perjalanan biasanya dimulai dari rumah sista ini di Brooklyn, berjalan menuju halte bus kota dan stasiun kereta bawah tanah dan terkadang berjalan ke museum, sista ini mengumpulkan kuku, puntung rokok, dan gumpalan permen karet yang dibuang dijalanan. TS-nya lagi cerita pemulung ya gan??
Kebiasaan aneh yang dilakukan sista Dewey Hagborg ini bukanlah tanpa alasan, ia memiliki tujuan yang lebih besar. Wanita berusia 30 tahun ini sebenarnya adalah mahasiswi Doktoral di bidang Electronic Arts di Rensselaer Polythecnic Institute, New York. Ia mengumpulkan DNA manusia dari potogan rambut, kuku, permen karet kemudian menganalisisnya melalui program komputer. Hasilnya yang didapatkannya adalah model wajah manusia yang dicetak menggunakan 3D printer. Wajib bilang WoOoW ente gan
"Potret wajah 3D dapat dibuat hanya dari kumpulan DNA yang ditemukan di jalanan gan." *WARNING*Ngga percaya?? Baca sampai selesai thread ane gan. *WARNING*
Maksudnya gimana gan?? Ane belum mudeng.
Spoiler for Buka aja gan..!!:
Lokasi dimana salah satu sampel ditemukan. Pada foto ini ia mengambil sampel dari permen karet yang ditemukan di jalanan. Melalui gumpalan permen karet yang ditemukan di jalanan, dapat diambil sampel DNA dan mengolahnya yang akan menjadi informasi untuk membuat model wajah dan mencetaknya seperti foto dibawah ini. Oh, intinya ngga boleh buang sampah sembarangan ya gan??
KASUS 1
Spoiler for TKP ditemukannya permen karet dimari gan..!!:
Spoiler for Ternyata ini pelaku yang buang permen karet sembarangan gan..!!:
KASUS 2
Spoiler for TKP ditemukannya puntung rokok dimari gan..!!:
Spoiler for Ternyata ini pelaku yang buang puntung rokok sembarangan gan..!!:
Wah, bikinnya itu gimana ya gan??
Spoiler for Buka aja gan..!!:
Dari model-model wajah yang dihasilkannya, kemudian ia mencetaknya dan membuat patung dengan printer 3D. Belum lama ini sista Dewey-Hagborg menunjukkan karyanya yang ia namakan “Stranger Vision”, menggantungnya pada dinding, seperti pertunjukan pameran topeng pada sebuah galeri seni. Beberapa model wajah ia pajang dengan sebuah kotak kayu bergaya Vicotria dengan ditambahkan informasi data serta foto dimana ia menemukan sampel DNA. Oh, jadi gitu ya gan.
Spoiler for 3D printer:
Spoiler for Stranger Vision:
Spoiler for Informasi data penemuan DNA:
Serius bisa tau wajah dari potongan DNA gan??
Spoiler for Buka aja gan..!!:
Dilansir dari Smithsonian, dalam sebuah wawancara sista Dewey Hagborg bercerita tentang bagaimana proses kreatif dibalik karyanya. Dari semua sampel yang ia kumpulkan, langkah pertama yang dilakukan adalah membawanya ke salah satu dari dua laboratorium Genspace yang berada di Broklyn dan di kampus Rensselaer Polytechnic Institute. Pada awal proyek dimulai, ia mengambil sebuah kelas singkat mengenai studi tentang ekstraksi DNA dan teknik yang disebut dengan polymerease chain reaction (PCR). Ia menggunakan peralatan standar untuk mengekstraksi DNA yang dibelinya melalui toko online untuk menganalisa DNA pada sampel yang telah berhasil dikumpulkan.
Jika sampel tersebut misalnya adalah gumpalan permen karet, ia mulai membuat potongan kecil dan memotongnya lagi menjadi potongan yang lebih kecil. Potongan tersebut ia tempatkan ke dalam tabung berisi bahan kimia dan menempatkannya pada centrifuge (*centrifuge adalah sebuah alat untuk memutar sampel pada kecepatan tinggi, memaksa partikel yang lebih berat terkumpul ke dasar centrifuge). Teknik ini diulang beberapa kali hingga bahan kimia berhasil mengekstrak DNA murni. Setelah itu, ia mulai melakukan proses selanjutnya, yaitu polymerase chain reaction pada DNA dan mengirimkan DNA mitokondria ke laboratorium untuk diurutkan.Wow, wow, wow,
Spoiler for Contoh sample rambut:
Dari urutan ini, Dewey Hagborg mulai mengumpulkan informasi tentang keturunan seseorang, jenis kelamin, warna mata, kecenderungan kelebihan berat badan dan informasi berkaitan dengan sifat-sifat morfologi wajah. Dari infomasi yang didapatkan ia mampu membuat model 3D dari wajahseseorang. Silsilah memberikan sebagian gambaran umum tentang kecenderungan wajah seseorang akan bagaimana terlihat. Ciri-ciri lainnya menunjuk ke arah modifikasi pada jenis potret genetik, jelasnya. File ini kemudian dikirimkannya ke kampusnya untuk dicetak dengan menggunakan printer 3D sehingga dapat diubah menjadi patung. Sista ini bahkan pernah mencoba membuat potret wajah 3D dari DNA-nya sendiri. Gimana gan?? Mirip banget kan??
Spoiler for Cekidot..!!:
Kesimpulan
Spoiler for Buka aja gan..!!:
Dari apa yang telah dilakukan oleh sista Dewey Hagborg melalui proyek “Stranger Vision” dapat kita lihat bagaimana kemajuan teknologi dan ilmu genetika. Rekonstruksi wajah dapat dilakukan dari benda-benda yang kita tinggalkan dimana-mana.Hal ini pun menjawab teknologi yang dulunya hanya terdapat pada cerita fiksi ilmiah, kini sudah ditemukan dan diterapkan. Hal yang menjadi pertanyaan kemudian adalah apa yang akan kita lakukan dengan teknologi ini?? Agan2 coba cek duit agan, sapa tau ada rambut nyangkut milik koruptor, kasih ke sista ini dijamin tau sapa pelakunya.
Much of my work begins with a question – In past works I have asked questions about language, AI, creativity and machines. The theme that really connects all these varied questions spanning so many different physical media is an interest in how algorithms both reflect and influence the way we see the world around us. Algorithms are designed by people and like all human-designed things they embody the generalizations and biases of their creators. I find this fascinating!
The question behind Stranger Visions actually came to me as I was sitting in my shrink’s office. I was staring at this generic print of a painting above the couch I and I noticed that the glass covering the print had a krack in it. As I looked closer I observed that in that krack was lodged a single hair. Now, as I am sitting there, ostensibly with the purpose of introspecting and talking about my feelings, my mind wanders to imagining who this person might be… Where are they from? What do they look like? How crazy are they?
And all the forensics shows I‘ve watched on tv since I was a kid flash through mind…
And suddenly I imagine that I’m a forensic biologist, and I’ve captured this hair as evidence and extracted its DNA, and I’ve analyzed it to create a literal, figurative portrait of what this person looks like.
And the funny thing is that once you start thinking about it, you start seeing evidence – everywhere: public bathrooms, the sidewalk, a bar- people are leaving their DNA all over the place all the time!
This began to touch on a topic I have worked pretty extensively with in previous projects, which is surveillance. I’ve worked with face recognition and speech recognition algorithms in the past but I had never considered the emerging possibility of genetic surveillance; that the very things that make us human: hair, skin, saliva, become a liability as we constantly face the possibility of shedding these traces in public space, leaving artifacts which anyone could come along and mine for information.
So I decided that I should make this piece – that I should collect “forensic samples” I find in public spaces, I should extract DNA from those samples and use it to make sketches like a police artist would showing what that person might look like. And the more I thought about the physical form of the project the more I wanted to get away from the kind of corny “DNA portraits” companies are trying to sell online.
I didn’t want this to be a “visualization” of the DNA. I wanted it to be a literal, figurative bust of the persons head in 3 dimensions.
Of course, while the technology to do this was emerging it wasn’t quite available (to artists) yet.What was openly available were protocols for extracting DNA from hair, a database of what regions of DNA we know code for certain traits, and a morphable model of a 3d face. So these are the components I have been expanding on, experimenting with and attempting to glue together! Kesimpulan akhirnya adalah. Jeng..!! Jeng..!! Jeng..!!
Spoiler for Cekidot...!!:
Ternyata sampe sekarang hanya bisa dikatakan seniman sista ini karena teknologi belum menjangkau untuk prediksi wajah sampai keakuratan tinggi hanya dengan potongan DNA. Mungkin suatu saat teknologi ini bisa terealisasi gan. Maap udah nipu kaskuser nyampe page 5 sebelum ane update quote ini. Sekalian aja thread ini sebagai pelajaran untuk tidak mempercanyai langsung sebuah informasi gan. Jadi membaca thread nyampe akhir juga wajib. Kalo agan/sista nemu thread yang terlalu WoOoW, ada perlunya agan crosscheck di google dari sumber lain apakah benar, sedikit melenceng karena kesalahan translate, atau malah secara total hoax (berita bohong). CMIIW