- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tokoh Islam: Rabiah Adawiyah Perawan Suci


TS
terrest
Tokoh Islam: Rabiah Adawiyah Perawan Suci
Nama lengkapnya adalah Siti Rabiah Adawiyah al Bashriyah al Qaisiyah binti Ismail. Siti Rabiah Adawiyah lahir di Basra, Irak, pada tahun 105 H dan meninggal pada tahun 185 H. Dinamakan Rabiah(empat) sebab ia merupakan anak ke-4 dalam keluarganya. Adawiyah berasal dari nama baninya, bani Adawiyah. Siti Rabiah Al Adawiyah adalah salah seorang perempuan Sufi'ah yang mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Soerang wanita yang alur kehidupannya tidak seperti wanita pada umumnya, ia terisolasi dalam dunia mistisme jauh dari hal-hal duniawi. Tidak ada sesuatu yang lebih dicintainya di dunia yang melebihi cintanya kepada Allah.
Sufyan at Tsauri, seorang Sufi yang hidup semasa dengannya, sempat terheran-heran dengan sikap Rabiah. Pasalnya, Sufyan pernah melihat bagaimana Rabiah menolak cinta seorang pangeran yang kaya raya demi cintanya kepada Allah.
Banyak kisah tentang Rabiah Adawiyah. Beberapa yang terkenal ialah sbb.
Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Rabiah dan bertanya, “Saya ini telah banyak melakukan dosa. Maksiat saya bertimbun melebihi gunung-gunung. Andaikata saya bertobat, apakah Allah akan menerima tobat saya?” “Tidak,” jawab Rabiah dengan suara tegas. Pada kali yang lain seorang lelaki datang pula kepadanya. Lelaki itu berkata, “Seandainya tiap butir pasir itu adalah dosa, maka seluas gurunlah tebaran dosa saya. Maksiat apa saja telah saya lakukan, baik yang kecil maupun yang besar. Tetapi sekarang saya sudah menjalani tobat. Apakah Tuhan menerima tobat saya?” “Pasti,” jawab Rabiah tak kalah tegas.
Lalu ia menjelaskan, “Kalau Tuhan tidak berkenan menerima tobat seorang hamba, apakah mungkin hamba itu tergerak menjalani tobat? Untuk berhenti dari dosa, jangan simpan kata “akan” atau “andaikata” sebab hal itu akan merusak ketulusan niatmu.”
Memang ucapan sufi perempuan itu seringkali menyakitkan telinga bagi mereka yang tidak memahami jalan pikirannya.
Suatu malam datang seorang pencuri ke rumahnya. Ketika pencuri itu hendak keluar dengan menjinjing barang-barang yang telah di kemasi, mendadak pintu rumahnya hilang semua. Pencuri itu lalu duduk disamping pintu yang di pandang semula belum lenyap. Tiba tiba saat itu terdengar suara halus menyapanya:”Letakkan barang -barang yanga kau kemasi. Keluarlah dari pintu ini”.
Ia pun segera meletakkan barang-barang yang telah dikemasi. Mendadak pintu itu kelihatan lagi. Begitu ia melihat pintu maka ia segera menyambar lagi barang-barang hasil curian tadi. Tiba-tiba pintu itu hilang lagi seketika ia letakkan lagi barang hasil jarahannya. Pintu kelihatan lagi. Ia mengambil kembali barang haasil jarahannya. Pintu hilang lagi. Dan begitu seterusnya.
Tiba-tiba terdengar lagi suara lembut menyapa :”Kalau Rabi’ah Adawiyah tertidur, tetapi Allah tidak tertidur dan tidak pula terserang rasa kantuk”, maka ia pun sadar. barang barang yang di kemasinya pun Ia tinggalkan, lalu ia pun keluar melalui pintu tadi.
Kisah lainnya tentang kedekatannya dengan hewan buas.
Suatu hari, Hassan Al-Basri melihat Rabi’atul Adawiyyah dikelilingi oleh binatang liar yang memandangnya dengan kasih sayang. Ketika Hassan Al-Basri pergi menghampiriya, binatang itu lari. Hassan bertanya, “Kenapa binatang itu lari?”.
Sebagai jawaban, Rabi’atul-adawiyyah bertanya, “Apa yg kamu makan hari ini?”
Hassan menjawab, “Daging.”
Rabi’atul- adawiyyah berkata, "Oleh kerana kamu makan daging, mereka pun lari, aku hanya memakan roti kering.”
Sufyan at Tsauri, seorang Sufi yang hidup semasa dengannya, sempat terheran-heran dengan sikap Rabiah. Pasalnya, Sufyan pernah melihat bagaimana Rabiah menolak cinta seorang pangeran yang kaya raya demi cintanya kepada Allah.
Banyak kisah tentang Rabiah Adawiyah. Beberapa yang terkenal ialah sbb.
Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Rabiah dan bertanya, “Saya ini telah banyak melakukan dosa. Maksiat saya bertimbun melebihi gunung-gunung. Andaikata saya bertobat, apakah Allah akan menerima tobat saya?” “Tidak,” jawab Rabiah dengan suara tegas. Pada kali yang lain seorang lelaki datang pula kepadanya. Lelaki itu berkata, “Seandainya tiap butir pasir itu adalah dosa, maka seluas gurunlah tebaran dosa saya. Maksiat apa saja telah saya lakukan, baik yang kecil maupun yang besar. Tetapi sekarang saya sudah menjalani tobat. Apakah Tuhan menerima tobat saya?” “Pasti,” jawab Rabiah tak kalah tegas.
Lalu ia menjelaskan, “Kalau Tuhan tidak berkenan menerima tobat seorang hamba, apakah mungkin hamba itu tergerak menjalani tobat? Untuk berhenti dari dosa, jangan simpan kata “akan” atau “andaikata” sebab hal itu akan merusak ketulusan niatmu.”
Memang ucapan sufi perempuan itu seringkali menyakitkan telinga bagi mereka yang tidak memahami jalan pikirannya.
Suatu malam datang seorang pencuri ke rumahnya. Ketika pencuri itu hendak keluar dengan menjinjing barang-barang yang telah di kemasi, mendadak pintu rumahnya hilang semua. Pencuri itu lalu duduk disamping pintu yang di pandang semula belum lenyap. Tiba tiba saat itu terdengar suara halus menyapanya:”Letakkan barang -barang yanga kau kemasi. Keluarlah dari pintu ini”.
Ia pun segera meletakkan barang-barang yang telah dikemasi. Mendadak pintu itu kelihatan lagi. Begitu ia melihat pintu maka ia segera menyambar lagi barang-barang hasil curian tadi. Tiba-tiba pintu itu hilang lagi seketika ia letakkan lagi barang hasil jarahannya. Pintu kelihatan lagi. Ia mengambil kembali barang haasil jarahannya. Pintu hilang lagi. Dan begitu seterusnya.
Tiba-tiba terdengar lagi suara lembut menyapa :”Kalau Rabi’ah Adawiyah tertidur, tetapi Allah tidak tertidur dan tidak pula terserang rasa kantuk”, maka ia pun sadar. barang barang yang di kemasinya pun Ia tinggalkan, lalu ia pun keluar melalui pintu tadi.
Kisah lainnya tentang kedekatannya dengan hewan buas.
Suatu hari, Hassan Al-Basri melihat Rabi’atul Adawiyyah dikelilingi oleh binatang liar yang memandangnya dengan kasih sayang. Ketika Hassan Al-Basri pergi menghampiriya, binatang itu lari. Hassan bertanya, “Kenapa binatang itu lari?”.
Sebagai jawaban, Rabi’atul-adawiyyah bertanya, “Apa yg kamu makan hari ini?”
Hassan menjawab, “Daging.”
Rabi’atul- adawiyyah berkata, "Oleh kerana kamu makan daging, mereka pun lari, aku hanya memakan roti kering.”


noprirf memberi reputasi
1
1.5K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan