Quote:
Panglima TNI: Pemimpin Terpilih Harus Loyal Kepada Negara
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyebutkan, wakil rakyat dan presiden yang terpilih pada pemilu 2014 harus mengabdikan diri kepada negara.
"Seorang pemimpin, begitu dia diangkat, maka loyalitas pribadi dan kelompok harus ditinggalkan. Berganti menjadi loyalitas hanya kepada negara," kata Moeldoko saat menjadi penanggap, dalam Konvensi Nasional Ikatan Alumni Lembaga Ketahanan Nasional XI (IKAL XI) bertema "Jangan Salah Memilih Pemimpin", di Kantor Lemhannas, Jakarta, Rabu (26/3/2014).
Selain loyalitas, Moeldoko juga meminta pemimpin yang terpilih nanti memiliki pandangan komprehensif mengenai politik luar negeri. Terpenting, katanya, pemimpin masa depan adalah pemimpin yang berupaya untuk mencari jalan damai dalam menyelesaikan persoalan.
"Harus sejalan dengan prinsip zero prospect of war. Karena, jika pemimpin menginginkan perang, negaranya pasti tak akan maju," katanya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, saat ini Indonesia masih termasuk ke dalam negara paradoksal. Sebagai negara demokrasi, menurutnya, Indonesia selalu di antara tantangan dan aturan. Antara demokrasi dan stabilitas, serta antara menjadi pemenang dan memperbaiki bangsa.
Pada tataran demokrasi dan stabilitas, misalnya, TNI harus pandai bermain di ruang sempit.
"Pada sisi demokrasi, TNI harus bisa mengawal. Tapi, begitu meleng sedikit, menjadi anarkis. Di sisi lain stabilitas tak bisa ditinggalkan," jelasnya.
Setelah reformasi, Moeldoko melihat demokrasi berjalan seperti air bah.
"Yang harus kita tuju ke depan adalah membuat negara kuat dan rakyat tetap berdaulat," katanya.[
sumber
betul pak, presiden yang akan datang haruslah orang yang mengabdikan dirinya kepada negara bukan kepada partai politik..
Quote:
Jokowi Wajib Jalankan Program PDIP Kalau Jadi Presiden
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan, memunyai "aturan main" bagi kader yang duduk di strukur pengurus partai politik, lembaga legislatif, maupun pemerintahan (eksekutif).
Mereka, diwajibkan melaksanakan tugas dan jabatannya itu sesuai ideologi, visi, misi dan program partai.
Hal itu, juga berlaku bagi Gubernur DKI Joko "Jokowi" Widodo, kalau kelak terpilih menjadi presiden.
"Jadi, kalau nanti Jokowi menjadi presiden, maka sebutannya adalah petugas partai yang ditugaskan sebagai presiden. Ketika dia menjalankan tugasnya sebagai presiden, dia wajib menjalankan visi dan misi yang dibuat dan disusun oleh PDI Perjuangan," kata Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDIP Ahmad Basara, di Silang Monas, Jakarta, Sabtu (15/3/2014).
Itu, kata dia, sesuai Undang-undang Dasar 1945 Amandemen ke IV dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu yang mengamanatkan capres dan cawapres hanya bisa diusung parpol.
"Berbeda dengan DPD yang perorangan, beda dengan gubernur dan calon kepala daerah lain dari unsur perorangan, di mana dia bebas mengekspresikan pikirannya sendiri. Tapi, kalau dari unsur partai dia harus menjalankan ideologi, visi, misi, dan program-program partai," imbuhnya.
Suara Basara meninggi saat ditanya nantinya Jokowi menjadi perpanjangan tangan kebijakan PDIP, jika terpilih menjadi presiden.
"Kan tadi sudah saya bilang, petugas partai yang ditugaskan di lembaga legislatif dan eksekutif, maka dia wajib menjalankan cita-cita partai. Itulah fungsi partai politik yang sebenarnya, bukan menjadi orang bebas yang seolah-olah mengekspresikan pikiran-pikirannya sendiri," kata Basara dengan suara meninggi.
Basara mengatakan, tidak ada gunanya partai politik, kalau calon yang diusung kelak terpilih justru melaksanakan sesuai ideologi dan pikirannya sendiri.
"Buat apa ada partai kalau tidak begitu. Partai ini bukan event organizer, partai ini adalah sarana perjuangan ideologi, di mana ideologi itu diimplementasikan dengan alat yang namanya kekuasaan politik, baik di parlemen maupun di eksekutif. Jadi, harus dibedakan dengan sistem invidualisme, dengan sistem gotong-royong Pancasila," ujar Basara.
sumber
mungkin pernyataan panglima TNI ini menanggapi petugas partai yang jadi calon presiden
jangan lupa sejarah dari megawati ketika menjadi presiden, ketika menjadi petugas partainya yang menguasai mayoritas parlemen itu (pemilu 1999 : 36% lebih), yang sudah dingatkan dengan baik oleh fahri hamzah :
1. Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat dengan murah.#MelawanLupa
2. Dulu kau jual aset-aset kami yang dikelola BPPN dengan murah (hanya 30 persen nilainya) ke asing.#MelawanLupa
3. Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal. #MelawanLupa
4. Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya $3 per mmbtu). #MelawanLupa
5. Sekarang, kau ngomong lagi soal nasionalisme, setelah kader-kader kau banyak yang korup.#MelawanLupa
6. Dan sekarang, untuk mengkatrol suaramu yang terpuruk, kini kau umpankan si "Kotak2". #MelawanLupa
7. Semoga saja, rakyat kini tak lagi terbuai oleh janji-janji manis-mu...#MelawanLupa.