- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kalo anda pengen Tahun RI 2014 Merenunglah Biar Tak salah Pilih


TS
wongaluss
Kalo anda pengen Tahun RI 2014 Merenunglah Biar Tak salah Pilih
Banyak merenung itulah ciri orang yang beriman dan
berakal. Ia banyak berdzikir dan berpikir dalam banyak
hal, dan tidak pernah meremehkan apapun yang
diciptakan Allah SWT. Al-Qur’an menyebutkannya
sebagai :
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami
dari api neraka.” (Q.S. Ali Imron : 191).
Dalam sebuah doa, “Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku
segala sesuatu sebagaimana adanya.” Ungkapan ini
tentu sangat bijak. Sebab kebanyakan kita terkadang
melihat sesuatu bukan pada hakekat sebenarnya, tidak
menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam
hidup ini. Panca indra dan akal kita hanya mampu
melihat sesuatu dari sisi lahirnya saja. Jika secara fisik
kita melihatnya sepele, maka kita pun menyikapinya
dengan sepele.
Berikut hal-hal yang dapat kita lakukan untuk
mempertajam kesadaran kita dengan melatih diri melihat
hal-hal yang sepele.
1. Cari dan carilah kebaikan dari mana saja.
Kebaikan telah Allah tebarkan di muka bumi ini. Tugas
kita mencari kebaikan-kebaikan itu dengan tidak
mengabaikan apapun yang mungkin menurut kita sepele.
Sebab, boleh jadi dari hal-hal sepele itulah Allah akan
membagikan keutamaan-keutamaan-Nya, yang dengan
itu akan tampak perbedaan kualitas iman, ibadah,
produktifitas amal, dan ilmu dari masing-masing hamba-
Nya. Tentunya kita masih ingat kisah tentang wanita
yang diadzab oleh Allah karena menyiksa kucing, dan
wanita yang mendapatkan balasan kebaikan karena
memberi minum seekor anjing. Contoh lain memungut
bungkus makanan dan minuman yang berserakan dan
membuang ke tempat sampah.
2. Pikirkanlah segala sesuatu yang kita lihat, sekecil
apapun.
Sepele di mata kita belum tentu sepele di hadapan Allah.
Dan di hadapan Allah memang tidak ada yang sepele.
Semua yang diciptakan Allah mengandung makna,
hikmah, dan pelajaran. Tidak ada yang sia-sia. Hanya
kita yang terkadang tidak mampu menggunakan akal dan
pikiran secara baik.
3. Tidak menyepelekan orang-orang yang dianggap
sepele.
Orang miskin, orang cacat, orang yang kurang cerdas
biasanya disepelekan orang. Mereka tidak diberi
kesempatan untuk berpendapat atau berkarya. Dan
biasanya mereka terpinggirkan, seolah-olah keberadaan
mereka tidak bermakna. Banyak di antara kita yang
mengambil jarak terhadap mereka. Padahal kalau kita
mau berpikir, mereka juga hamba Allah, sama seperti
kita, mereka juga punya hak untuk meraih kemuliaan di
sisi Allah. Justru keberadaan mereka bisa menjadi lahan
kita untuk bisa meraih pahala. Kita punya kelebihan
harta, bisa kita shodaqohkan pada orang miskin. Kita
punya potensi secara fisik, bisa untuk membantu mereka
yang cacat. Kita punya otak yang cemerlang bisa
membantu mereka yang kesulitan dalam pemecahan
masalah. Sosok yang perlu kita teladani di antaranya
adalah Umar bin Khothob. Semasa beliau menjadi
pemimpin (kholifah), beliau sangat memperhatikan orang
miskin, bahkan beliau langsung terjun menangani
kemiskinan, juga beliau mau menerima kritikan dari
rakyatnya.
4. Berhentilah menyepelekan, apalagi terhadap dosa.
Menyepelekan perkara kecil adalah hal yang biasa bagi
kita. Misalnya menceritakan aib orang atau bahasa
Jawanya ”ngrasani”, menikmati acara TV atau video
yang mengumbar aurat dan menampilkan perilaku
pergaulan bebas, meminjam tidak dengan ijin
(diistilahkan dengan ”gosop”), menyontek dalam
ulangan atau ujian, menyepelekan thoharoh (biasanya
orang tua yang punya anak kecil yang masih suka
ngompol), menyepelekan bid’ah, dll. Sikap dan perilaku
tersebut, jika dibiarkan terus-menerus bukan tidak
mungkin akan menjadi kebiasaan yang akan melahirkan
dosa-dosa yang lebih berat. Karena kesalahan yang kita
lakukan dengan sadar dan disepelekan, akan
mendatangkan kesalahan-kesalahan berikutnya yang
merupakan warisan dari kesalahan pertama.
Mari kita coba untuk mengubah paradigma berpikir,
dengan tidak menyepelekan hal-hal yang dipandang
sepele. Mari kita berusaha mempertajam kesadaran kita
dengan melatih hal-hal sepele sebagai sesuatu yang
berharga dan bernilai. Sehingga dari sesuatu yang
sederhana kita mendapatkan manfaat yang besar.
(Dipetik oleh Ari Puspitowati, S.Pd dari Majalah Tarbawi
Edisi 119 Bulan November 2005)
berakal. Ia banyak berdzikir dan berpikir dalam banyak
hal, dan tidak pernah meremehkan apapun yang
diciptakan Allah SWT. Al-Qur’an menyebutkannya
sebagai :
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami
dari api neraka.” (Q.S. Ali Imron : 191).
Dalam sebuah doa, “Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku
segala sesuatu sebagaimana adanya.” Ungkapan ini
tentu sangat bijak. Sebab kebanyakan kita terkadang
melihat sesuatu bukan pada hakekat sebenarnya, tidak
menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam
hidup ini. Panca indra dan akal kita hanya mampu
melihat sesuatu dari sisi lahirnya saja. Jika secara fisik
kita melihatnya sepele, maka kita pun menyikapinya
dengan sepele.
Berikut hal-hal yang dapat kita lakukan untuk
mempertajam kesadaran kita dengan melatih diri melihat
hal-hal yang sepele.
1. Cari dan carilah kebaikan dari mana saja.
Kebaikan telah Allah tebarkan di muka bumi ini. Tugas
kita mencari kebaikan-kebaikan itu dengan tidak
mengabaikan apapun yang mungkin menurut kita sepele.
Sebab, boleh jadi dari hal-hal sepele itulah Allah akan
membagikan keutamaan-keutamaan-Nya, yang dengan
itu akan tampak perbedaan kualitas iman, ibadah,
produktifitas amal, dan ilmu dari masing-masing hamba-
Nya. Tentunya kita masih ingat kisah tentang wanita
yang diadzab oleh Allah karena menyiksa kucing, dan
wanita yang mendapatkan balasan kebaikan karena
memberi minum seekor anjing. Contoh lain memungut
bungkus makanan dan minuman yang berserakan dan
membuang ke tempat sampah.
2. Pikirkanlah segala sesuatu yang kita lihat, sekecil
apapun.
Sepele di mata kita belum tentu sepele di hadapan Allah.
Dan di hadapan Allah memang tidak ada yang sepele.
Semua yang diciptakan Allah mengandung makna,
hikmah, dan pelajaran. Tidak ada yang sia-sia. Hanya
kita yang terkadang tidak mampu menggunakan akal dan
pikiran secara baik.
3. Tidak menyepelekan orang-orang yang dianggap
sepele.
Orang miskin, orang cacat, orang yang kurang cerdas
biasanya disepelekan orang. Mereka tidak diberi
kesempatan untuk berpendapat atau berkarya. Dan
biasanya mereka terpinggirkan, seolah-olah keberadaan
mereka tidak bermakna. Banyak di antara kita yang
mengambil jarak terhadap mereka. Padahal kalau kita
mau berpikir, mereka juga hamba Allah, sama seperti
kita, mereka juga punya hak untuk meraih kemuliaan di
sisi Allah. Justru keberadaan mereka bisa menjadi lahan
kita untuk bisa meraih pahala. Kita punya kelebihan
harta, bisa kita shodaqohkan pada orang miskin. Kita
punya potensi secara fisik, bisa untuk membantu mereka
yang cacat. Kita punya otak yang cemerlang bisa
membantu mereka yang kesulitan dalam pemecahan
masalah. Sosok yang perlu kita teladani di antaranya
adalah Umar bin Khothob. Semasa beliau menjadi
pemimpin (kholifah), beliau sangat memperhatikan orang
miskin, bahkan beliau langsung terjun menangani
kemiskinan, juga beliau mau menerima kritikan dari
rakyatnya.
4. Berhentilah menyepelekan, apalagi terhadap dosa.
Menyepelekan perkara kecil adalah hal yang biasa bagi
kita. Misalnya menceritakan aib orang atau bahasa
Jawanya ”ngrasani”, menikmati acara TV atau video
yang mengumbar aurat dan menampilkan perilaku
pergaulan bebas, meminjam tidak dengan ijin
(diistilahkan dengan ”gosop”), menyontek dalam
ulangan atau ujian, menyepelekan thoharoh (biasanya
orang tua yang punya anak kecil yang masih suka
ngompol), menyepelekan bid’ah, dll. Sikap dan perilaku
tersebut, jika dibiarkan terus-menerus bukan tidak
mungkin akan menjadi kebiasaan yang akan melahirkan
dosa-dosa yang lebih berat. Karena kesalahan yang kita
lakukan dengan sadar dan disepelekan, akan
mendatangkan kesalahan-kesalahan berikutnya yang
merupakan warisan dari kesalahan pertama.
Mari kita coba untuk mengubah paradigma berpikir,
dengan tidak menyepelekan hal-hal yang dipandang
sepele. Mari kita berusaha mempertajam kesadaran kita
dengan melatih hal-hal sepele sebagai sesuatu yang
berharga dan bernilai. Sehingga dari sesuatu yang
sederhana kita mendapatkan manfaat yang besar.
(Dipetik oleh Ari Puspitowati, S.Pd dari Majalah Tarbawi
Edisi 119 Bulan November 2005)
Diubah oleh wongaluss 24-03-2014 00:32
0
1.5K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan