Saat melarikan diri dari pihak berwenang, Pablo Escobar bersembunyi bersama putrinya, Manuela, di sebuah peternakan, di daerah pegunungan yang mengelilingi kota Medellin, Kolombia. Escobar mengetahui bahwa putrinya menderita hipotermia (kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin - Wikipedia). Oleh karena itu, ia membuat api unggun dari tumpukan uang kertas senilai 20 miliar rupiah untuk menghangatkan tubuh putrinya.

Kisah tersebut diungkapkan oleh putra Pablo Escobar, Sebastian Marroqumn(yang kemudian mengubah namanya menjadi Juan Pablo Escobar), saat wawancara dengan sebuah majalah Kolombia, Don Juan.

Tidak hanya untuk membuat api unggun, Pablo Escobar bersama putrinya juga membakar uang kertas tersebut untuk memasak makanan.

Pablo Escobar akhirnya tertembak mati pada bulan Desember 1993 ketika mencoba melarikan diri dari kejaran polisi.

Pada puncak kekuasaannya pada tahun 1989, Escobar menempati peringkat orang terkaya ke-7 di dunia versi majalah Forbes dengan total kekayaan diperkirakan sekitar 1.400 triliun rupiah.

Meski menjadi musuh pemerintah AS dan Kolombia, Escobar dianggap sebagai pahlawan oleh warga kota Medellin, karena sering membagi-bagikan uang kepada orang miskin.