

TS
iin.doaemak
Atraksi Lais Sebuah Kesenian Asli Garut





Semoga agan - agan semua dalam keadaan sehat wal'afiat, amiinnn..
Mohon ijin untuk share kebudayaan asli dari garut.


Sebelum baca thread ini, mudah - mudahan Agan sudi untuk


Dan yang paling utama yaitu
Spoiler for komeng:

Spoiler for Cek Repost:

Quote:
Atraksi Lais Sebuah Kesenian Asli Garut

Sungguh beragam seni budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah kesenian Lais. Apa dan bagaimanakah kesenian Lais itu? Kesenian Lais merupakan salah satu pertunjukan kesenian akrobatik dengan menggunakan seutas tali sepanjang 6 meter yang dibentangkan dan dikaitkan diantara dua buah bambu dengan ketinggian 12 hingga 13 meter.
Permainan Lais biasanya diadakan di arena terbuka seperti di lapangan atau alun-alun yang tempatnya dianggap luas untuk menancapkan tiang bambu dengan jarak 10 hingga 15 meter antara tiang bambu yang satu dengan tiang bambu yang lainnya. Pertunjukan Lais bukan merupakan bagian dari suatu
upacara. Oleh karena itu, dapat dipanggil setiap saat. Permainan Lais ini diturunkan oleh keluarga ke setiap generasi penerusnya.
Pertunjukan lais terutama mempertontonkan keterampilan satu atau dua orang pemain lais yang berjalan atau duduk di atas tali tambang yang direntangkan di antara dua ujung bambu. Mula-mula pelais memanjat bambu lalu pindah ke tambang sambil menari-nari dan berputar di udara tanpa menggunakan sabuk pengaman dengan diiringi musik reog, kendang penca, dog-dog dan terompet. Tali tambang tersebut selalu bergoyang dan bambunya pun bergerak-gerak selagi menyangga beban dan gerakan pemain lais tersebut.
Pertunjukan Lais memakan waktu setengah hari atau bahkan sehari penuh, tergantung kepada yang mengundangnya. Waditra yang digunakan untuk mengiringi pertunjukkan Lais sama dengan waditra yang digunakan dalam kendang penca tetapi ditambah dengan dogdog dan angklung. Para pemain Lais terdiri dari laki-laki yang sudah dewasa sebanyak 6 orang, yaitu satu orang pemain Lais, satu orang pawang yang kadang-kadang merangkap menjadi pimpinan Lais dan yang lainnya adalah para penabuh.
Lais sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, tempatnya di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening, Garut. Kesenian Lais sendiri diambil dari nama seseorang yang sangat terampil memanjat pohon kelapa bernama Laisan. Sehari-hari dipanggil dengan sebutan Pak Lais atau Lais.
Lais terdapat di Kabupaten Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon dan Bandung. Lais dapat disaksikan pada acara-acara kenegaraan, hajatan, pernikahan ataupun khitanan. Cara penyajian pertunjukan lais dilakukan dengan terlebih dahulu memancangkan dua leunjeur (batang) awi gombong
(bambu berbumbung besar) di tanah serta merentangkan tali tambang pada kedua ujung bambu tersebut. Tali tambang kemudian diikatkan pada kedua ujung bambu yang dipancangkan tersebut lalu tetabuhan pun dibunyikan sebagai pembukaan juga sebagai pemberitahuan bahwa permainan akan
segera dimulai. Hal ini dilakukan untuk mengundang penonton dan sebagai pemanasan suasana.
Ketika permainan dimulai, sang dukun (pawang) Lais bersiap-siap dengan perlengkapan upacaranya, yaitu sesajen (sesajian) dan pedupaan (kukusan). Bersamaan dengan bunyi tetabuhan, dibakarlah kemenyan dalam pedupaan tadi serta mantera-mantera dibacakan. Upacara ini dimaksudkan agar si
pemain Lais diberi kekuatan, kelincahan, keterampilan serta keselamatan dalam permainannya.
Busana yang dikenakan oleh pemain Lais adalah busana yang biasa dipakai oleh wanita seperti kain dan kebaya, terutama pemain Lais di Priangan. Dengan langkah gemulai, pemain Lais yang menurut kepercayaan mulai kemasukan roh gaib itu menari-nari mendekati salah satu tiang bambu. Ia
menyelipkan sebuah payung dipinggangnya.
Pada saat itu, terjadilah percakapan antara pemain Lais dan pawang, sebagai berikut :
Pawang : “Rek ka mana, Nu Geulis?”(Mau ke mana, Cantik?)
Si Lais : “Apan rek ulin.” (Kan mau main.)
Pawang : “Nyandak naon?” (Membawa apa?)
Si Lais : “Leu payung bisi panas jeung duwegan bisi halabhab.” (Ini payung kalau-kalau kepanasan dan kelapa muda kalau-kalau kehausan.)
Pawang : “Pek atuh geura amengan.” (Silakan kalau mau main.)
Sambil menari lagi, Si pemain Lais terus mendekati tiang bambu lalu dengan cekatan memanjat tiang bambu tersebut seperti seekor kera. Cara emanjatnya yaitu dengan tidak merapatkan tubuh ke batang bambu, melainkan dengan menggunakan tangan dan kakinya.
Ketika Si pemain Lais memanjat batang bambu, tabuhan pengiring dibunyikan semakin keras sampai Si pemain Lais tersebut mencapai puncak batang bambu. Setelah sampai pada tali tambang yang direntangkan, kemudian Si pemain Lais duduk di ujung bambu dengan santai dan berleha-leha,
lalu ia menyanyi namun hanya suara gumamnya saja tanpa kata-kata. Pawang yang berada di bawah bertanya lagi sambil menengadahkan kepalanya.
Pawang : “Hey, Geulis, keur naon?” (Hey, Cantik, sedang apa?)
Si Lais : “Apan ieu keur senang-senang!” (Kan ini lagi bersenang-senang.)
Pawang : “Cing, Geulis, ngojay kawas bangkong.” (Cobalah, Cantik, kamu berenang seperi katak.)
Si Lais : “Mangga,” sambil tersenyum
Kemudian Si pemain Lais menelungkup pada ujung bambu dan menekankan perutnya serta membuat gerakan seperti sedang berenang.
Si Lais : “Aduh capejeung hanaang.” (Aduh ,saya capek dan haus).
Si pemain Lais kemudian duduk lagi pada ujung bambu, lalu membelah kelapa muda yang dibawanya dengan golok. Selain gerak-gerik Si pemain Lais yang terampil itu, kelakuannyapun membuat hati penonton berdebar terutama para penonton wanita. Ketika Si pemain Lais membelah kelapa muda, yang digunakan sebagai tahanan adalah lututnya dan air kelapa itupun diminum sambil berleha-leha atau berbaring dengan santai dan bergoyang kaki (lalagedayan). Setelah meminum habis air kelapa muda itu, Si pemain Laispun turun dengan cara menyusuri bambu dengan meluncur.
Setelah sampai di bawah, Si pemain Lais menari-nari dan golok yang dibawanya diletakkan di dekat para penabuh, kemudian ia naik kembali sampai ke puncak tiang bambu dan berdiri di sana. Ia mengambil payung yang diselipkan di pinggangnya. Dengan menggunakan payung itu, ia meniti (berjalan) di atas tali tambang yang direntangkan tadi. Di tengah-tengah tambang tersebut ia menari, menyanyi dan mengayun-ayunkan badannya. Atraksi tersebut merupakan puncak dari permainan lais. Banyak diantara
penonton yang menahan nafas dan ada pula yang berteriak karena merasa khawatir Si pemain Lais akan jatuh, terutama para penonton wanita.
Si Lais berpura-pura memperlihatkan gerakan kalau ia terpelesest, sehingga membuat penonton menjadi histeris. Dalam kepura-puraannya itu ia berceloteh. “Aduuh …… Wah …… Awas,” dan … “La la
la,” ia bernyanyi tak henti-hentinya. Setelah puas mempermainkan penonton, ia kembali berjalan menuju ujung yang lain, kemudian sambil berdiri di ujung tersebut iapun menari mengikuti irama tetabuhan dari bawah. Si pemain Lais turun dengan cara meluncur. Tetabuhan dari bawah terus dibunyikan dan peniup terompet meniup terompetnya dengan lagu-lagu yang riang. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada pemain Lais untuk beristirahat.
Selesai beristirahat, Si pemain Lais kembali memanjat bambu tersebut, memperlihatkan permainannya yaitu dengan berayun-ayun di tengah tambang dengan kaki tergantung. Sambil berjalan di atas
tambang, ia membuka pakaian wanita yang dipakainya dengan gaya merangkak (ngorondang).
Setelah menyelesaikan pertunjukannya, ia turun kembali menyusuri tambang dan ini merupakan akhir
dari pertunjukan Lais, Si pemain Lais dibawa ke dalam rumah oleh pawang. Ketika keluar, Si pemain Lais tersebut bersikap seperti biasa dan pakaiannya sudah diganti dengan pakaian biasa.
Demikianlah seni budaya permainan Lais. Dalam perkembangannya, kesenian ini disukai masyarakat.
Banyak masyarakat yang sengaja mengundang grup kesenian Lais untuk berbagai acara hiburan. Bahkan kesenian ini sempat diundang oleh masyarakat di luar Garut, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatra. Salah satu grup kesenian Lais yang sampai sekarang masih hidup berasal dari Desa Cisayad, Kecamatan Cibatu, Garut.

Sungguh beragam seni budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah kesenian Lais. Apa dan bagaimanakah kesenian Lais itu? Kesenian Lais merupakan salah satu pertunjukan kesenian akrobatik dengan menggunakan seutas tali sepanjang 6 meter yang dibentangkan dan dikaitkan diantara dua buah bambu dengan ketinggian 12 hingga 13 meter.
Permainan Lais biasanya diadakan di arena terbuka seperti di lapangan atau alun-alun yang tempatnya dianggap luas untuk menancapkan tiang bambu dengan jarak 10 hingga 15 meter antara tiang bambu yang satu dengan tiang bambu yang lainnya. Pertunjukan Lais bukan merupakan bagian dari suatu
upacara. Oleh karena itu, dapat dipanggil setiap saat. Permainan Lais ini diturunkan oleh keluarga ke setiap generasi penerusnya.
Pertunjukan lais terutama mempertontonkan keterampilan satu atau dua orang pemain lais yang berjalan atau duduk di atas tali tambang yang direntangkan di antara dua ujung bambu. Mula-mula pelais memanjat bambu lalu pindah ke tambang sambil menari-nari dan berputar di udara tanpa menggunakan sabuk pengaman dengan diiringi musik reog, kendang penca, dog-dog dan terompet. Tali tambang tersebut selalu bergoyang dan bambunya pun bergerak-gerak selagi menyangga beban dan gerakan pemain lais tersebut.
Pertunjukan Lais memakan waktu setengah hari atau bahkan sehari penuh, tergantung kepada yang mengundangnya. Waditra yang digunakan untuk mengiringi pertunjukkan Lais sama dengan waditra yang digunakan dalam kendang penca tetapi ditambah dengan dogdog dan angklung. Para pemain Lais terdiri dari laki-laki yang sudah dewasa sebanyak 6 orang, yaitu satu orang pemain Lais, satu orang pawang yang kadang-kadang merangkap menjadi pimpinan Lais dan yang lainnya adalah para penabuh.
Lais sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, tempatnya di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening, Garut. Kesenian Lais sendiri diambil dari nama seseorang yang sangat terampil memanjat pohon kelapa bernama Laisan. Sehari-hari dipanggil dengan sebutan Pak Lais atau Lais.
Lais terdapat di Kabupaten Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon dan Bandung. Lais dapat disaksikan pada acara-acara kenegaraan, hajatan, pernikahan ataupun khitanan. Cara penyajian pertunjukan lais dilakukan dengan terlebih dahulu memancangkan dua leunjeur (batang) awi gombong
(bambu berbumbung besar) di tanah serta merentangkan tali tambang pada kedua ujung bambu tersebut. Tali tambang kemudian diikatkan pada kedua ujung bambu yang dipancangkan tersebut lalu tetabuhan pun dibunyikan sebagai pembukaan juga sebagai pemberitahuan bahwa permainan akan
segera dimulai. Hal ini dilakukan untuk mengundang penonton dan sebagai pemanasan suasana.
Ketika permainan dimulai, sang dukun (pawang) Lais bersiap-siap dengan perlengkapan upacaranya, yaitu sesajen (sesajian) dan pedupaan (kukusan). Bersamaan dengan bunyi tetabuhan, dibakarlah kemenyan dalam pedupaan tadi serta mantera-mantera dibacakan. Upacara ini dimaksudkan agar si
pemain Lais diberi kekuatan, kelincahan, keterampilan serta keselamatan dalam permainannya.
Busana yang dikenakan oleh pemain Lais adalah busana yang biasa dipakai oleh wanita seperti kain dan kebaya, terutama pemain Lais di Priangan. Dengan langkah gemulai, pemain Lais yang menurut kepercayaan mulai kemasukan roh gaib itu menari-nari mendekati salah satu tiang bambu. Ia
menyelipkan sebuah payung dipinggangnya.
Pada saat itu, terjadilah percakapan antara pemain Lais dan pawang, sebagai berikut :
Pawang : “Rek ka mana, Nu Geulis?”(Mau ke mana, Cantik?)
Si Lais : “Apan rek ulin.” (Kan mau main.)
Pawang : “Nyandak naon?” (Membawa apa?)
Si Lais : “Leu payung bisi panas jeung duwegan bisi halabhab.” (Ini payung kalau-kalau kepanasan dan kelapa muda kalau-kalau kehausan.)
Pawang : “Pek atuh geura amengan.” (Silakan kalau mau main.)
Sambil menari lagi, Si pemain Lais terus mendekati tiang bambu lalu dengan cekatan memanjat tiang bambu tersebut seperti seekor kera. Cara emanjatnya yaitu dengan tidak merapatkan tubuh ke batang bambu, melainkan dengan menggunakan tangan dan kakinya.
Ketika Si pemain Lais memanjat batang bambu, tabuhan pengiring dibunyikan semakin keras sampai Si pemain Lais tersebut mencapai puncak batang bambu. Setelah sampai pada tali tambang yang direntangkan, kemudian Si pemain Lais duduk di ujung bambu dengan santai dan berleha-leha,
lalu ia menyanyi namun hanya suara gumamnya saja tanpa kata-kata. Pawang yang berada di bawah bertanya lagi sambil menengadahkan kepalanya.
Pawang : “Hey, Geulis, keur naon?” (Hey, Cantik, sedang apa?)
Si Lais : “Apan ieu keur senang-senang!” (Kan ini lagi bersenang-senang.)
Pawang : “Cing, Geulis, ngojay kawas bangkong.” (Cobalah, Cantik, kamu berenang seperi katak.)
Si Lais : “Mangga,” sambil tersenyum
Kemudian Si pemain Lais menelungkup pada ujung bambu dan menekankan perutnya serta membuat gerakan seperti sedang berenang.
Si Lais : “Aduh capejeung hanaang.” (Aduh ,saya capek dan haus).
Si pemain Lais kemudian duduk lagi pada ujung bambu, lalu membelah kelapa muda yang dibawanya dengan golok. Selain gerak-gerik Si pemain Lais yang terampil itu, kelakuannyapun membuat hati penonton berdebar terutama para penonton wanita. Ketika Si pemain Lais membelah kelapa muda, yang digunakan sebagai tahanan adalah lututnya dan air kelapa itupun diminum sambil berleha-leha atau berbaring dengan santai dan bergoyang kaki (lalagedayan). Setelah meminum habis air kelapa muda itu, Si pemain Laispun turun dengan cara menyusuri bambu dengan meluncur.
Setelah sampai di bawah, Si pemain Lais menari-nari dan golok yang dibawanya diletakkan di dekat para penabuh, kemudian ia naik kembali sampai ke puncak tiang bambu dan berdiri di sana. Ia mengambil payung yang diselipkan di pinggangnya. Dengan menggunakan payung itu, ia meniti (berjalan) di atas tali tambang yang direntangkan tadi. Di tengah-tengah tambang tersebut ia menari, menyanyi dan mengayun-ayunkan badannya. Atraksi tersebut merupakan puncak dari permainan lais. Banyak diantara
penonton yang menahan nafas dan ada pula yang berteriak karena merasa khawatir Si pemain Lais akan jatuh, terutama para penonton wanita.
Si Lais berpura-pura memperlihatkan gerakan kalau ia terpelesest, sehingga membuat penonton menjadi histeris. Dalam kepura-puraannya itu ia berceloteh. “Aduuh …… Wah …… Awas,” dan … “La la
la,” ia bernyanyi tak henti-hentinya. Setelah puas mempermainkan penonton, ia kembali berjalan menuju ujung yang lain, kemudian sambil berdiri di ujung tersebut iapun menari mengikuti irama tetabuhan dari bawah. Si pemain Lais turun dengan cara meluncur. Tetabuhan dari bawah terus dibunyikan dan peniup terompet meniup terompetnya dengan lagu-lagu yang riang. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada pemain Lais untuk beristirahat.
Selesai beristirahat, Si pemain Lais kembali memanjat bambu tersebut, memperlihatkan permainannya yaitu dengan berayun-ayun di tengah tambang dengan kaki tergantung. Sambil berjalan di atas
tambang, ia membuka pakaian wanita yang dipakainya dengan gaya merangkak (ngorondang).
Setelah menyelesaikan pertunjukannya, ia turun kembali menyusuri tambang dan ini merupakan akhir
dari pertunjukan Lais, Si pemain Lais dibawa ke dalam rumah oleh pawang. Ketika keluar, Si pemain Lais tersebut bersikap seperti biasa dan pakaiannya sudah diganti dengan pakaian biasa.
Demikianlah seni budaya permainan Lais. Dalam perkembangannya, kesenian ini disukai masyarakat.
Banyak masyarakat yang sengaja mengundang grup kesenian Lais untuk berbagai acara hiburan. Bahkan kesenian ini sempat diundang oleh masyarakat di luar Garut, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatra. Salah satu grup kesenian Lais yang sampai sekarang masih hidup berasal dari Desa Cisayad, Kecamatan Cibatu, Garut.
SUMBER
Quote:
“…NRMnews – BOGOR, Alkisah pada zaman kolonial, saat itu Garut merupakan daerah perkebunan yang subur. Dikenalah di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, seorang yang sangat terampil memanjat kelapa bernama “ Laisan ” yang pada kesehariannya dipanggil “ Pak Lais ”.
Pak Lais memiliki keunikan dalam memanjat kelapa, karena untuk memanen kelapa dalam satu kebun, Pak Lais hanya cukup memanjat satu kali saja, untuk berpindah dari pohon ke pohon, beliau memanfaatkan pelepah daun kelapa dari pohon terdekat untuk bergelayut dan pindah ke pohon lain.
Keahlian itu membuat Pak Lais sering diminta tolong memetik kelapa oleh orang-orang sekampung yang kemudian juga ramai menonton atraksinya berayun dari satu pohon ke pohon lain menggunakan pelepah daun kelapa. Kemudian, para penonton tak hanya ramai bersorak sorai, namun juga membunyikan berbagai Tetabuhan dari peralatan dapur, maupun bambu dan kayu sambil menari-nari.
Maka berkembanglah ketangkasan Pak Lais tersebut, menjadi Kesenian Rakyat dari kaki Gunung Papandayan yang dinamakan Lais. Lais dimodifikasi menjadi atraksi hiburan yang memamerkan kemampuan Akrobatik tanpa menggunakan pengaman diatas tali sepanjang 6 meter yang dibentangkan pada dua bilah bambu setinggi 15 meter, sebagai pengganti pohon kelapa. Tetabuhan seperti Dogdog, Kendang, Terompet dan Kempul dimainkan untuk menyemarakkan atraksi, dan ditampilkan pula seorang Pelawak yang berdialog dengan pemain Lais.
Kesenian Lais menjadi andalan masyarakat kaki gunung Papandayan dalam Gelar Seni Budaya 7 Gunung yang berlangsung tangal 17 Juni 2012 lalu, di Kampung Budaya Sindang Barang,Gunung Salak, Bogor. Mula-mula pemain Lais akan memanjat batang bambu dengan cepat hingga sampai ke puncaknya, kemudian ia akan berpindah ke tambang yang terentang antara dua bilah bambu tersebut dan bermain-main dengan tambang tersebut dalam aneka posisi.
Terkadang tampak seperti sedang bermalas-malasan tidur diatas tambang, kemudian bergerak akrobatik seperti dalam acara sirkus dengan berputar berkali-kali pada tambang, kemudian melucuti sabuk dan jaket yang dikenakannya saat bergantung terbalik pada tali.
Tak urung pemain Lais pun akan membuat gerakan seperti pegangannya terlepas dari tali dan akan jatuh, yang membuat para penonton berteriak dan menahan nafas. Namun tiba-tiba dengan sigap pemain Lais menyangkutkan kedua lengannya pada tambang dan dengan santai tidur-tiduran kembali di atas tali.
Sungguh suatu atraksi yang mendebarkan dan membuat para penonton menggelengkan kepala maupun bersorak kagum karena pemain Lais tidak dilengkapi dengan alat pengaman apapun dan mampu bertahan di atas tali tersebut selama belasan menit. Setelah atraksi selesai, Pemain Lais akan merayap menuju bambu dan turun dengan posisi terbalik, yaitu dengan kepala di bawah ia kemudian merosot turun hingga ke tanah.
Atraksi ini memang menguras tenaga, sehingga Mang Opik langsung terduduk di tanah, selesai memperagakan Lais selama lebih dari 15 menit. Dengan ditemani Pak Mumuk dari Group Lais Putra Jampang, Garut, Mang Opik memberikan keterangan pada Red NRMnews,” Saya sudah belajar Lais sejak umur 15 tahun dan mulai atraksi dari tahun 1971, tak ada persiapan khusus untuk atraksi ini, hanya kostum dan bambu serta tali tambang..” tutur Mang Opik yang sudah memasuki usia 62 tahun tersebut sambil tersenyum lebar.
Sumber
Pak Lais memiliki keunikan dalam memanjat kelapa, karena untuk memanen kelapa dalam satu kebun, Pak Lais hanya cukup memanjat satu kali saja, untuk berpindah dari pohon ke pohon, beliau memanfaatkan pelepah daun kelapa dari pohon terdekat untuk bergelayut dan pindah ke pohon lain.
Keahlian itu membuat Pak Lais sering diminta tolong memetik kelapa oleh orang-orang sekampung yang kemudian juga ramai menonton atraksinya berayun dari satu pohon ke pohon lain menggunakan pelepah daun kelapa. Kemudian, para penonton tak hanya ramai bersorak sorai, namun juga membunyikan berbagai Tetabuhan dari peralatan dapur, maupun bambu dan kayu sambil menari-nari.
Maka berkembanglah ketangkasan Pak Lais tersebut, menjadi Kesenian Rakyat dari kaki Gunung Papandayan yang dinamakan Lais. Lais dimodifikasi menjadi atraksi hiburan yang memamerkan kemampuan Akrobatik tanpa menggunakan pengaman diatas tali sepanjang 6 meter yang dibentangkan pada dua bilah bambu setinggi 15 meter, sebagai pengganti pohon kelapa. Tetabuhan seperti Dogdog, Kendang, Terompet dan Kempul dimainkan untuk menyemarakkan atraksi, dan ditampilkan pula seorang Pelawak yang berdialog dengan pemain Lais.
Kesenian Lais menjadi andalan masyarakat kaki gunung Papandayan dalam Gelar Seni Budaya 7 Gunung yang berlangsung tangal 17 Juni 2012 lalu, di Kampung Budaya Sindang Barang,Gunung Salak, Bogor. Mula-mula pemain Lais akan memanjat batang bambu dengan cepat hingga sampai ke puncaknya, kemudian ia akan berpindah ke tambang yang terentang antara dua bilah bambu tersebut dan bermain-main dengan tambang tersebut dalam aneka posisi.
Terkadang tampak seperti sedang bermalas-malasan tidur diatas tambang, kemudian bergerak akrobatik seperti dalam acara sirkus dengan berputar berkali-kali pada tambang, kemudian melucuti sabuk dan jaket yang dikenakannya saat bergantung terbalik pada tali.
Tak urung pemain Lais pun akan membuat gerakan seperti pegangannya terlepas dari tali dan akan jatuh, yang membuat para penonton berteriak dan menahan nafas. Namun tiba-tiba dengan sigap pemain Lais menyangkutkan kedua lengannya pada tambang dan dengan santai tidur-tiduran kembali di atas tali.
Sungguh suatu atraksi yang mendebarkan dan membuat para penonton menggelengkan kepala maupun bersorak kagum karena pemain Lais tidak dilengkapi dengan alat pengaman apapun dan mampu bertahan di atas tali tersebut selama belasan menit. Setelah atraksi selesai, Pemain Lais akan merayap menuju bambu dan turun dengan posisi terbalik, yaitu dengan kepala di bawah ia kemudian merosot turun hingga ke tanah.
Atraksi ini memang menguras tenaga, sehingga Mang Opik langsung terduduk di tanah, selesai memperagakan Lais selama lebih dari 15 menit. Dengan ditemani Pak Mumuk dari Group Lais Putra Jampang, Garut, Mang Opik memberikan keterangan pada Red NRMnews,” Saya sudah belajar Lais sejak umur 15 tahun dan mulai atraksi dari tahun 1971, tak ada persiapan khusus untuk atraksi ini, hanya kostum dan bambu serta tali tambang..” tutur Mang Opik yang sudah memasuki usia 62 tahun tersebut sambil tersenyum lebar.
Sumber
Quote:
GALERI GAMBAR
Spoiler for Lagi mau masang Bambunya nih gan:

Spoiler for Pelais mulai naik bambunya:

Spoiler for Udah Tinggi gan:

Spoiler for Mulai atraksi deh:

Spoiler for Atraksi lagi:
Spoiler for lagi gan:

Spoiler for lagi gan:

Spoiler for lagi gan:

Spoiler for lagi gan:

Spoiler for mang opik:

Spoiler for Bonus gan:

Ternyata sang pawang gan

Sumber gambar
Quote:
Untuk yang mau liat atraksi selengkapnya berikut wawancara dari sang pemain lais silakan di buffer gan.

Mungkin hanya segini yang ane bisa sampaikan gan, mudah - mudahan bisa menambah pengetahuan kita akan seni dan budaya indonesia.
Terima kasih udah mampir di thread ane yang perdana
Bantu rate dan komeng ya gan
Terima kasih udah mampir di thread ane yang perdana

Bantu rate dan komeng ya gan

Diubah oleh iin.doaemak 21-03-2014 07:25
0
5.3K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan