- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
13 Film Indonesia Terbaik Sepanjang Sejarah


TS
Justape
13 Film Indonesia Terbaik Sepanjang Sejarah


No Repost!


13 Film yang ane share di Thread ini, dipilih oleh 20 pengamat & wartawan film yakni : Yan Widjaya ( wartawan film senior ), Ilham Bintang ( wartawan film senior ), Ipik Tanojo ( Bali Post ), Eric Sasono ( pengamat film ), Arya Gunawan ( pengamat film ), Noorca M. Massardi ( wartawan film senior ), Yudhistira Massardi ( Gatra ), Leila S. Chudori Taufiqurrahman ( The Jakarta Post ), Eri Anugerah ( Media Indonesia ), Sandra Kartika ( Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid Teen ), Telni Rusmitanti ( Cek n Ricek ), Ekky Imanjaya ( situs layarperak.com ), Wenang Prakasa ( Movie Monthly ), Orlando Jafet ( Cinemages ), Poernomo Gontha Ridho ( Koran Tempo ), dan Ekal Prasetya ( Seputar Indonesia ).
Berikut ini adalah 13 Film Indonesia Terbaik Sepanjang Sejarah (dengan sinopsis) menurut para pengamat dan wartawan film.
Quote:
1. Tjoet Nja' Dhien ( 1986 )
Film ini menceritakan tentang perjuangan gigih seorang wanita asal Aceh (lihat Tjoet Nja' Dhien ) dan teman-teman seperjuangannya melawan tentara Kerajaan Belanda yang menduduki Aceh di kala masa penjajahan Belanda di zaman Hindia Belanda. Perang antara rakyat Aceh dan tentara Kerajaan Belanda ini menjadi perang terpanjang dalam sejarah kolonial Hindia Belanda. Film ini tidak hanya menceritakan dilema-dilema yang dialami Tjoet Nja' Dhien sebagai seorang pemimpin, namun juga yang dialami oleh pihak tentara Kerajaan Belanda kala itu, dan bagaimana Tjoet Nja' Dhien yang terlalu bersikeras pada pendiriannya untuk berperang, akhirnya dikhianati oleh salah satu orang kepercayaannya dan teman setianya, Pang Laot yang merasa iba pada kondisi kesehatan Tjoet Nja' Dhien yang menderita rabun dan encok, ditambah penderitaan berkepanjangan yang dialami para pejuang Aceh dan keluarga mereka.
2. Naga Bonar ( 1986 )
Naga Bonar (Deddy Mizwar) adalah seorang pencopet di Medan yang sering keluar-masuk penjara Jepang, ia bersahabat dengan seorang pemuda bernama Bujang. Sepulang dari penjara, Bang Pohan (Piet Pagau) mengatakan tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamasikan di Jakarta, dan di Medan yang belum sempat dimerdekakan harus memperangi Belanda yang sudah memasuki wilayah Indonesia dengan maksud untuk berkuasa lagi. Lewat narator radio, diceritakan penolong Naga Bonar ketika sakit, Dokter Zulbi yang merupakan teman Bang Pohan diperkirakan sebagai mata-mata Belanda yang ternyata itu hanya isu. Naga Bonarpun menjadi tentara garis depan dalam perlawanan terhadap Belanda. Setelah beberapa perlawanan yang sengit, Naga Bonar dititahkan dari markas untuk mundur karena perundingan dengan Belanda mau dilaksanakan.
Perpindahan pasukan dari desa ke markas menjadi saat Naga Bonar mulai tertarik dengan anak Dokter Zulbi, Kirana (Nurul Arifin). Pada perundingan Belanda dengan Indonesia, Naga Bonar yang menjadi wakil Indonesia justru menunjuk Parit Buntar sebagai tempat wilayah tentaranya (karena Naga Bonar tidak bisa membaca peta). Juru tulis pasukan, Lukman, mengatakan bahwa Parit Buntar adalah tempat yang sudah diduduki oleh Belanda. Setelah itu, Naga Bonar mulai mendekati Kirana dengan hasil yang memuaskan. Sehari setelah itu, Bujang mengambil baju jenderal Naga Bonar dan pergi ke Parit Buntar untuk melawan Belanda, naas, ia tewas. Akhirnya bersama dengan Kirana, dan pasukannya pergi ke Parit Buntar untuk memusnahkan markas Belanda dan berhasil. Film diakhiri dengan orasi Naga Bonar dan Kirana kepada pemuda indonesia.
3. Ada Apa Dengan Cinta? ( 2001 )
Bertemakan cinta di masa-masa SMA, Ada Apa dengan Cinta menampilkan Cinta (Dian Sastrowardoyo) sebagai seorang pelajar SMA. Ia langganan juara lomba puisi di sekolahnya yang rutin diadakan tiap tahun. Cerita berawal dari Alya (Ladya Cherill) yang tubuhnya memar karena kerap dipukuli sang ayah yang kerap cek-cok dengan ibunya. Alya adalah sahabat karib Cinta dengan teman-temannya yang lain. Seperti Carmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), dan Milly (Sissy Priscillia).
Di sekolah, juara lomba puisi tahun ini akan diumumkan. Seluruh siswa yakin Cinta yang akan menjadi juara. Namun justru pemenangnya tahun ini adalah Rangga (Nicholas Saputra). Karena Cinta dan teman-temannya adalah pengurus mading sekolah, ia akan mewawancarai Rangga. Namun Rangga adalah tipe laki-laki pendiam, penyendiri dan "dingin". Saat Cinta berbicara dengan Rangga, ia melihat buku yang dipegang Rangga (buku AKU karya Syumandjaya). Lalu Cinta memberinya surat dan membuat Rangga emosi. Dan tanpa disengaja bukunya terjatuh. Cinta segera memungutnya. Dan membawa pulang buku itu untuk dibaca.
Cinta mengembalikan buku tersebut saat Rangga kebingungan mencarinya. Rangga pun berterima kasih pada Cinta. Semenjak itu mereka menjadi dekat. Rangga mengajak Cinta ke Kwitang, tempat ia membeli buku lama. Saat di Kwitang, Cinta teringat akan janji menonton konser bersama teman-temannya. Ia pun meninggalkan Rangga untuk menonton konser.
Pada suatu malam Rangga dan Cinta kencan di sebuah kafe. Namun sebelum Cinta berangkat, Alya menelepon untuk memintanya ke rumah. Namun Cinta berbohong bahwa ia akan pergi ke rumah sakit. Akhirnya Cinta pergi bersama Rangga. Di sana Cinta menyanyikan lagu yang dibuat dari puisi Rangga. Saat Cinta pulang, mama Cinta akan pergi menjenguk Alya di rumah sakit karena mencoba bunuh diri. Cinta menjadi sangat menyesal.
Keesokan harinya, Rangga menyapa Cinta. Namun Cinta justru berkata ketus agar Rangga tidak mendekatinya lagi. Rangga pun sepakat bahwa ia akan menjauh dari Cinta. Saat di rumah sakit Cinta berterus-terang pada Alya bahwa ia berbohong dan Alya pun tahu bahwa Cinta kencan dengan Rangga. Cinta tidak tahu bahwa saat ia berkata jujur, teman-temannya yang lain ada dibelakangnya. Cinta juga meminta maaf kepada teman-temennya yang lain.
Rangga yang saat itu akan berencana pindah sekolah ke San Francisco dari asal negara Amerika Serikat, mencoba menelepon Cinta untuk berpamitan. Namun Cinta justru tetap menjauh dari Rangga. Carmen yang saat itu sedang latihan basket melihat Rangga berpamitan pada Pak Wardiman, sang penjaga sekolah. Ia pun segera memberitahukan teman-temannya.
Cinta yang menyadari cinta sejatinya itu, segera menyusul ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Namun mobil Milly terjepit mobil lain. Mereka meminjam mobil Mamet (Dennis Adhiswara). Di sana Cinta bertemu dengan Rangga. Ia meminta Rangga untuk membatalkan niatnya sekolah di luar negeri. Namun Rangga tetap pergi meninggalkan Cinta-nya. Ia memberi Cinta buku yang pada halaman terakhirnya terdapat puisi Rangga yang berjudul "Ada Apa dengan Cinta?". Rangga berjanji akan kembali di saat bulan purnama tiba ke Bandar Udara Internasional San Fransisco.
4. Kejarlah Daku Kau Kutangkap ( 1985 )
Ramadan dan Mona bertemu dalam sebuah pertandingan bola voli ketika Ramadan yang wartawan memotret Mona bertanding membela regu bank tempatnya bekerja. Foto Mona dimuat di koran Ramadan sebagai foto rancak berhadiah uang 10.000 rupiah. Mona ditemani Marni, rekan kerja dan teman serumahnya, berencana menuntut Ramadan karena memotret dan memuat foto Mona tanpa izin. Panji Wijaya, atasan Ramadan, memintanya untuk membujuk Mona agar menggagalkan niatnya. Bukan hanya membujuk, Ramadan berhasil merayu hingga Mona jatuh cinta padanya. Mereka akhirnya menikah.
Setelah menikah, Mona pindah ke rumah Ramadan. Di sana juga tinggal Markum, paman Ramadan yang membujang meskipun punya sederet filosofi tentang wanita. Konflik mulai timbul ketika perbedaan karakter Ramadan dan Mona perlahan-lahan muncul ke permukaan. Mona bercerita pada Marni sedangkan Ramadan meminta nasihat Markum dan Panji. Campur tangan pihak luar ini justru memperkeruh kesalahpahaman dan memicu pertengkaran hebat hingga Mona keluar rumah Ramadan dan tinggal kembali bersama Marni.
5. Badai Pasti Berlalu ( 1977 )
Dikisahkan Siska mengalami patah hati. Tunangannya membatalkan perkimpoian mereka dan menikah dengan gadis lain yang adalah sahabatnya sendiri. Yang lebih menyakitkan, sahabatnya sudah hamil terlebih dahulu sebelum menikah. Kehilangan semangat hidup, Siska akhirnya berhenti dari pekerjaannya sebagai guru dan hidup menyendiri di vila keluarganya. Leo, teman karib kakak Siska, Johnny, kemudian mendekati Siska. Leo sebenarnya dikenal sebagai seorang Don Juan, dia mempunyai motif tersembunyi dalam mendekati Siska yaitu untuk memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Jika Leo berhasil mendekati Siska yang dikenal sebagai gunung es, maka Leo akan mendapat sejumlah uang.
Dengan hati yang tulus Leo berupaya untuk membangkitkan semangat hidup Siska yang sudah terlelap dalam apati dan beku bagaikan sebuah gunung es. Tetapi begitu mengetahui motif di balik pendekatan Leo, Siska memutuskannya, padahal saat itu mereka baru bertunangan dan Leo benar-benar sudah tulus mencintai Siska.
Di saat hati Siska goyah, muncullah Helmi, seorang pianis pegawai klab malam yang dikelola oleh ayah Siska. Helmi adalah seorang pemuda yang lincah, perayu, dan licik. Ayah Siska punya affair dengan salah satu gadis yang bekerja di klab malam. Affair itu dijadikan senjata oleh Helmi untuk memaksa Siska menikah dengannya dengan cara mengancam akan memberitahu ibu Siska yang berpenyakit jantung tentang affair itu. Akhirnya Siska menikah dengan Helmi, walaupun tidak disetujui keluarganya karena perbedaan keyakinan dan status sosial. Terutama ibu Siska sangat sedih dengan pernikahan itu karena pernikahan mereka bukan sakramen, lantaran mempelai pria dan wanita berbeda agama.
Singkat cerita, Siska hidup menderita karena Helmi tetap dengan kebiasaannya dulu semasa masih bekerja di klab malam. Sering berselingkuh dengan wanita-wanita yang lebih tua. Sering berpesta pora dengan suara berisik di rumah. Siska juga diam-diam masih mencintai Leo, yang sementara itu sudah lulus kuliah dan menjadi dokter.
Lalu Siska mengetahui bahwa sebenarnya ibunya sudah tahu kalau ayahnya berselingkuh dan sudah memaafkannya. Tetapi sudah terlambat untuk bercerai dari Helmi karena saat itu Siska sedang hamil.Suatu saat, Leo bertemu dengan Siska yang sedang hamil tua. Pertemuan itu melukai hati keduanya.
Siska melahirkan anak laki-laki yang tampan, Cosa. Setelah Cosa lahir, Helmi masih saja lekat dengan kehidupan malam. Siska hidup dengan makan hati melihat semuanya itu, namun ia masih punya pelarian - Cosa yang disayanginya walaupun kehadirannya sempat ia sesali.
Cosa tumbuh menjadi balita yang sehat dan periang. Akan tetapi, suatu ketika Cosa demam. Siska mengobatinya dengan cara biasa sebelum akhirnya ia sadar kalau keadaan Cosa tidak membaik. Saat Cosa dilarikan ke rumah sakit, semuanya sudah terlambat. Cosa meninggal. Saat itu Helmi sedang di luar negeri.
Helmi yang pulang ke rumah hanya disambut oleh istrinya dengan dingin. Setelah Siska memberithu Helmi tentang kematian Cosa, ia menuntut cerai dari Helmi. Helmi memohon kepada Siska untuk tidak menceraikannya tetapi Siska bersikeras.
Siska yang hancur menyepi lagi ke vila yang dulu ditempatinya sebelum menikah itu. Di sana, diabetesnya kambuh lagi. Saat itulah Leo kebetulan datang dan mengobatinya. Akhirnya semua kesalahpahaman terselesaikan. Siska dan Leo bersatu kembali.
6. Arisan! ( 2003 )
Arisan menjadi ajang mereka berkumpul dan memperlihatkan kemapanan hidup mereka. Padahal di balik itu semua, mereka mempunyai masalah-masalah pribadi yang berusaha mereka tutupi. Seperti Sakti (Tora Sudiro) dari keluarga Batak, yang merupakan seorang gay. Andien (Aida Nurmala) berusaha membalas dendam suaminya yang selingkuh. Meimei (Cut Mini Theo) berusaha keras untuk memenuhi obsesinya yaitu memiliki anak. Sampai pada suatu titik di mana sebuah persahabatan yang sejati dari tiga karakter utama dalam film ini bisa menembus tembok keterasingan mereka.
7. November 1828 ( 1978 )
Film ini menceritakan tentang sebuah kelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Film ini mengandung tema loyalitas dan pengkhianatan.
Jalinan kisah November 1828 ini dimulai ketika Kapten van der Borst, disertai pasukannya, berusaha mengorek informasi tentang lokasi persembunyian Sbaik Prawirodirdjo, tangan kanan Pangeran Diponegoro. Jayengwirono, seorang demang gila jabatan, memberitahukan bahwa Kromoludirolah yang mengetahui informasi tersebut. Kromoludiro pun ditangkap, ditawan di rumahnya sendiri, dan dengan berbagai upaya dipaksa membuka mulut.
Sepanjang proses interogasi dan mata rantai peristiwa yang ditimbulkannya, terlihat bahwa dibalik konflik antara Belanda dan rakyat Jawa ini sebenarnya berkecamuk konflik internal yang tak kalah dahsyat dalam diri tokoh-tokohnya. Film ini mengingatkan bahwa permusuhan atau sikap agresif berlebihan terhadap orang lain seringkali merupakan ungkapan yang tak disadari dari ketegangan dalam diri orang itu sendiri.
Hal kontras yang menarik juga diperlihatkan dalam sosok Kapten de Borst dan Letnan van Aken. Kapten de Borst pada film ini banyak disulut oleh ambisi pribadi. Ia gerah karena perwira lain yang lebih muda dari dia, ternyata sudah meraih pangkat lebih tinggi. Alasannya karena ia merasa mereka orang Belanda tulen, dan van Aken hanya seorang Indo. Sebaliknya, Letnan van Aken, yang juga seorang Indo, diam-diam bersimpati terhadap rakyat Jawa, dan menolak untuk menghalalkan segala cara.
Kalau dicermati, pihak-pihak yang berkonflik secara frontal adalah para bawahan. Para atasan -- dalam hal ini Belanda dan Pangeran Diponegoro -- hanya berada di latar belakang. Di pihak Belanda, sebenarnya bahkan tidak ada orang Belanda; hanya ada sejumlah perwira Indo dan yang lainnya adalah prajurit bayaran. Pangeran Diponegoro sendiri hanya diperbincangkan; yang muncul di layar adalah orang kepercayaannya, Sbaik Prawirodirjo. Itu pun ia ditampilkan dalam citra mesianis: muncul pada detik-detik terakhir untuk memetik hasil perjuangan gotong-royong.
8. Gie ( 2005 )
Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta. Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Hok Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?". Pertanyaan ini dengan kalem dijawab Soe dengan penjelasan akan kesadarannya bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan."
Masa remaja dan kuliah Hok Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI. Soe dan teman-temannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan manapun. Meskipun Hok Gie menghormati Sukarno sebagai founding father negara Indonesia, Hok Gie begitu membenci pemerintahan Sukarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Hok Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Sukarno, dan dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Soe juga sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat janji-janji manisnya hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Hok Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak interest group berusaha melobi Soe untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Hok Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.
Tan Tjin Han, teman kecil Hok Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Hok Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut.
Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta.
Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai.
Spoiler for Cover Film TND:

Film ini menceritakan tentang perjuangan gigih seorang wanita asal Aceh (lihat Tjoet Nja' Dhien ) dan teman-teman seperjuangannya melawan tentara Kerajaan Belanda yang menduduki Aceh di kala masa penjajahan Belanda di zaman Hindia Belanda. Perang antara rakyat Aceh dan tentara Kerajaan Belanda ini menjadi perang terpanjang dalam sejarah kolonial Hindia Belanda. Film ini tidak hanya menceritakan dilema-dilema yang dialami Tjoet Nja' Dhien sebagai seorang pemimpin, namun juga yang dialami oleh pihak tentara Kerajaan Belanda kala itu, dan bagaimana Tjoet Nja' Dhien yang terlalu bersikeras pada pendiriannya untuk berperang, akhirnya dikhianati oleh salah satu orang kepercayaannya dan teman setianya, Pang Laot yang merasa iba pada kondisi kesehatan Tjoet Nja' Dhien yang menderita rabun dan encok, ditambah penderitaan berkepanjangan yang dialami para pejuang Aceh dan keluarga mereka.
2. Naga Bonar ( 1986 )
Spoiler for Cover Film NB:

Naga Bonar (Deddy Mizwar) adalah seorang pencopet di Medan yang sering keluar-masuk penjara Jepang, ia bersahabat dengan seorang pemuda bernama Bujang. Sepulang dari penjara, Bang Pohan (Piet Pagau) mengatakan tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamasikan di Jakarta, dan di Medan yang belum sempat dimerdekakan harus memperangi Belanda yang sudah memasuki wilayah Indonesia dengan maksud untuk berkuasa lagi. Lewat narator radio, diceritakan penolong Naga Bonar ketika sakit, Dokter Zulbi yang merupakan teman Bang Pohan diperkirakan sebagai mata-mata Belanda yang ternyata itu hanya isu. Naga Bonarpun menjadi tentara garis depan dalam perlawanan terhadap Belanda. Setelah beberapa perlawanan yang sengit, Naga Bonar dititahkan dari markas untuk mundur karena perundingan dengan Belanda mau dilaksanakan.
Perpindahan pasukan dari desa ke markas menjadi saat Naga Bonar mulai tertarik dengan anak Dokter Zulbi, Kirana (Nurul Arifin). Pada perundingan Belanda dengan Indonesia, Naga Bonar yang menjadi wakil Indonesia justru menunjuk Parit Buntar sebagai tempat wilayah tentaranya (karena Naga Bonar tidak bisa membaca peta). Juru tulis pasukan, Lukman, mengatakan bahwa Parit Buntar adalah tempat yang sudah diduduki oleh Belanda. Setelah itu, Naga Bonar mulai mendekati Kirana dengan hasil yang memuaskan. Sehari setelah itu, Bujang mengambil baju jenderal Naga Bonar dan pergi ke Parit Buntar untuk melawan Belanda, naas, ia tewas. Akhirnya bersama dengan Kirana, dan pasukannya pergi ke Parit Buntar untuk memusnahkan markas Belanda dan berhasil. Film diakhiri dengan orasi Naga Bonar dan Kirana kepada pemuda indonesia.
3. Ada Apa Dengan Cinta? ( 2001 )
Spoiler for Cover Film A2DC?:

Bertemakan cinta di masa-masa SMA, Ada Apa dengan Cinta menampilkan Cinta (Dian Sastrowardoyo) sebagai seorang pelajar SMA. Ia langganan juara lomba puisi di sekolahnya yang rutin diadakan tiap tahun. Cerita berawal dari Alya (Ladya Cherill) yang tubuhnya memar karena kerap dipukuli sang ayah yang kerap cek-cok dengan ibunya. Alya adalah sahabat karib Cinta dengan teman-temannya yang lain. Seperti Carmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), dan Milly (Sissy Priscillia).
Di sekolah, juara lomba puisi tahun ini akan diumumkan. Seluruh siswa yakin Cinta yang akan menjadi juara. Namun justru pemenangnya tahun ini adalah Rangga (Nicholas Saputra). Karena Cinta dan teman-temannya adalah pengurus mading sekolah, ia akan mewawancarai Rangga. Namun Rangga adalah tipe laki-laki pendiam, penyendiri dan "dingin". Saat Cinta berbicara dengan Rangga, ia melihat buku yang dipegang Rangga (buku AKU karya Syumandjaya). Lalu Cinta memberinya surat dan membuat Rangga emosi. Dan tanpa disengaja bukunya terjatuh. Cinta segera memungutnya. Dan membawa pulang buku itu untuk dibaca.
Cinta mengembalikan buku tersebut saat Rangga kebingungan mencarinya. Rangga pun berterima kasih pada Cinta. Semenjak itu mereka menjadi dekat. Rangga mengajak Cinta ke Kwitang, tempat ia membeli buku lama. Saat di Kwitang, Cinta teringat akan janji menonton konser bersama teman-temannya. Ia pun meninggalkan Rangga untuk menonton konser.
Pada suatu malam Rangga dan Cinta kencan di sebuah kafe. Namun sebelum Cinta berangkat, Alya menelepon untuk memintanya ke rumah. Namun Cinta berbohong bahwa ia akan pergi ke rumah sakit. Akhirnya Cinta pergi bersama Rangga. Di sana Cinta menyanyikan lagu yang dibuat dari puisi Rangga. Saat Cinta pulang, mama Cinta akan pergi menjenguk Alya di rumah sakit karena mencoba bunuh diri. Cinta menjadi sangat menyesal.
Keesokan harinya, Rangga menyapa Cinta. Namun Cinta justru berkata ketus agar Rangga tidak mendekatinya lagi. Rangga pun sepakat bahwa ia akan menjauh dari Cinta. Saat di rumah sakit Cinta berterus-terang pada Alya bahwa ia berbohong dan Alya pun tahu bahwa Cinta kencan dengan Rangga. Cinta tidak tahu bahwa saat ia berkata jujur, teman-temannya yang lain ada dibelakangnya. Cinta juga meminta maaf kepada teman-temennya yang lain.
Rangga yang saat itu akan berencana pindah sekolah ke San Francisco dari asal negara Amerika Serikat, mencoba menelepon Cinta untuk berpamitan. Namun Cinta justru tetap menjauh dari Rangga. Carmen yang saat itu sedang latihan basket melihat Rangga berpamitan pada Pak Wardiman, sang penjaga sekolah. Ia pun segera memberitahukan teman-temannya.
Cinta yang menyadari cinta sejatinya itu, segera menyusul ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Namun mobil Milly terjepit mobil lain. Mereka meminjam mobil Mamet (Dennis Adhiswara). Di sana Cinta bertemu dengan Rangga. Ia meminta Rangga untuk membatalkan niatnya sekolah di luar negeri. Namun Rangga tetap pergi meninggalkan Cinta-nya. Ia memberi Cinta buku yang pada halaman terakhirnya terdapat puisi Rangga yang berjudul "Ada Apa dengan Cinta?". Rangga berjanji akan kembali di saat bulan purnama tiba ke Bandar Udara Internasional San Fransisco.
4. Kejarlah Daku Kau Kutangkap ( 1985 )
Spoiler for Cover Film KDKK:

Ramadan dan Mona bertemu dalam sebuah pertandingan bola voli ketika Ramadan yang wartawan memotret Mona bertanding membela regu bank tempatnya bekerja. Foto Mona dimuat di koran Ramadan sebagai foto rancak berhadiah uang 10.000 rupiah. Mona ditemani Marni, rekan kerja dan teman serumahnya, berencana menuntut Ramadan karena memotret dan memuat foto Mona tanpa izin. Panji Wijaya, atasan Ramadan, memintanya untuk membujuk Mona agar menggagalkan niatnya. Bukan hanya membujuk, Ramadan berhasil merayu hingga Mona jatuh cinta padanya. Mereka akhirnya menikah.
Setelah menikah, Mona pindah ke rumah Ramadan. Di sana juga tinggal Markum, paman Ramadan yang membujang meskipun punya sederet filosofi tentang wanita. Konflik mulai timbul ketika perbedaan karakter Ramadan dan Mona perlahan-lahan muncul ke permukaan. Mona bercerita pada Marni sedangkan Ramadan meminta nasihat Markum dan Panji. Campur tangan pihak luar ini justru memperkeruh kesalahpahaman dan memicu pertengkaran hebat hingga Mona keluar rumah Ramadan dan tinggal kembali bersama Marni.
5. Badai Pasti Berlalu ( 1977 )
Spoiler for Cover Film BPB:

Dikisahkan Siska mengalami patah hati. Tunangannya membatalkan perkimpoian mereka dan menikah dengan gadis lain yang adalah sahabatnya sendiri. Yang lebih menyakitkan, sahabatnya sudah hamil terlebih dahulu sebelum menikah. Kehilangan semangat hidup, Siska akhirnya berhenti dari pekerjaannya sebagai guru dan hidup menyendiri di vila keluarganya. Leo, teman karib kakak Siska, Johnny, kemudian mendekati Siska. Leo sebenarnya dikenal sebagai seorang Don Juan, dia mempunyai motif tersembunyi dalam mendekati Siska yaitu untuk memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Jika Leo berhasil mendekati Siska yang dikenal sebagai gunung es, maka Leo akan mendapat sejumlah uang.
Dengan hati yang tulus Leo berupaya untuk membangkitkan semangat hidup Siska yang sudah terlelap dalam apati dan beku bagaikan sebuah gunung es. Tetapi begitu mengetahui motif di balik pendekatan Leo, Siska memutuskannya, padahal saat itu mereka baru bertunangan dan Leo benar-benar sudah tulus mencintai Siska.
Di saat hati Siska goyah, muncullah Helmi, seorang pianis pegawai klab malam yang dikelola oleh ayah Siska. Helmi adalah seorang pemuda yang lincah, perayu, dan licik. Ayah Siska punya affair dengan salah satu gadis yang bekerja di klab malam. Affair itu dijadikan senjata oleh Helmi untuk memaksa Siska menikah dengannya dengan cara mengancam akan memberitahu ibu Siska yang berpenyakit jantung tentang affair itu. Akhirnya Siska menikah dengan Helmi, walaupun tidak disetujui keluarganya karena perbedaan keyakinan dan status sosial. Terutama ibu Siska sangat sedih dengan pernikahan itu karena pernikahan mereka bukan sakramen, lantaran mempelai pria dan wanita berbeda agama.
Singkat cerita, Siska hidup menderita karena Helmi tetap dengan kebiasaannya dulu semasa masih bekerja di klab malam. Sering berselingkuh dengan wanita-wanita yang lebih tua. Sering berpesta pora dengan suara berisik di rumah. Siska juga diam-diam masih mencintai Leo, yang sementara itu sudah lulus kuliah dan menjadi dokter.
Lalu Siska mengetahui bahwa sebenarnya ibunya sudah tahu kalau ayahnya berselingkuh dan sudah memaafkannya. Tetapi sudah terlambat untuk bercerai dari Helmi karena saat itu Siska sedang hamil.Suatu saat, Leo bertemu dengan Siska yang sedang hamil tua. Pertemuan itu melukai hati keduanya.
Siska melahirkan anak laki-laki yang tampan, Cosa. Setelah Cosa lahir, Helmi masih saja lekat dengan kehidupan malam. Siska hidup dengan makan hati melihat semuanya itu, namun ia masih punya pelarian - Cosa yang disayanginya walaupun kehadirannya sempat ia sesali.
Cosa tumbuh menjadi balita yang sehat dan periang. Akan tetapi, suatu ketika Cosa demam. Siska mengobatinya dengan cara biasa sebelum akhirnya ia sadar kalau keadaan Cosa tidak membaik. Saat Cosa dilarikan ke rumah sakit, semuanya sudah terlambat. Cosa meninggal. Saat itu Helmi sedang di luar negeri.
Helmi yang pulang ke rumah hanya disambut oleh istrinya dengan dingin. Setelah Siska memberithu Helmi tentang kematian Cosa, ia menuntut cerai dari Helmi. Helmi memohon kepada Siska untuk tidak menceraikannya tetapi Siska bersikeras.
Siska yang hancur menyepi lagi ke vila yang dulu ditempatinya sebelum menikah itu. Di sana, diabetesnya kambuh lagi. Saat itulah Leo kebetulan datang dan mengobatinya. Akhirnya semua kesalahpahaman terselesaikan. Siska dan Leo bersatu kembali.
6. Arisan! ( 2003 )
Spoiler for Cover Film A:

Arisan menjadi ajang mereka berkumpul dan memperlihatkan kemapanan hidup mereka. Padahal di balik itu semua, mereka mempunyai masalah-masalah pribadi yang berusaha mereka tutupi. Seperti Sakti (Tora Sudiro) dari keluarga Batak, yang merupakan seorang gay. Andien (Aida Nurmala) berusaha membalas dendam suaminya yang selingkuh. Meimei (Cut Mini Theo) berusaha keras untuk memenuhi obsesinya yaitu memiliki anak. Sampai pada suatu titik di mana sebuah persahabatan yang sejati dari tiga karakter utama dalam film ini bisa menembus tembok keterasingan mereka.
7. November 1828 ( 1978 )
Spoiler for Cover Film N 1828:

Film ini menceritakan tentang sebuah kelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Film ini mengandung tema loyalitas dan pengkhianatan.
Jalinan kisah November 1828 ini dimulai ketika Kapten van der Borst, disertai pasukannya, berusaha mengorek informasi tentang lokasi persembunyian Sbaik Prawirodirdjo, tangan kanan Pangeran Diponegoro. Jayengwirono, seorang demang gila jabatan, memberitahukan bahwa Kromoludirolah yang mengetahui informasi tersebut. Kromoludiro pun ditangkap, ditawan di rumahnya sendiri, dan dengan berbagai upaya dipaksa membuka mulut.
Sepanjang proses interogasi dan mata rantai peristiwa yang ditimbulkannya, terlihat bahwa dibalik konflik antara Belanda dan rakyat Jawa ini sebenarnya berkecamuk konflik internal yang tak kalah dahsyat dalam diri tokoh-tokohnya. Film ini mengingatkan bahwa permusuhan atau sikap agresif berlebihan terhadap orang lain seringkali merupakan ungkapan yang tak disadari dari ketegangan dalam diri orang itu sendiri.
Hal kontras yang menarik juga diperlihatkan dalam sosok Kapten de Borst dan Letnan van Aken. Kapten de Borst pada film ini banyak disulut oleh ambisi pribadi. Ia gerah karena perwira lain yang lebih muda dari dia, ternyata sudah meraih pangkat lebih tinggi. Alasannya karena ia merasa mereka orang Belanda tulen, dan van Aken hanya seorang Indo. Sebaliknya, Letnan van Aken, yang juga seorang Indo, diam-diam bersimpati terhadap rakyat Jawa, dan menolak untuk menghalalkan segala cara.
Kalau dicermati, pihak-pihak yang berkonflik secara frontal adalah para bawahan. Para atasan -- dalam hal ini Belanda dan Pangeran Diponegoro -- hanya berada di latar belakang. Di pihak Belanda, sebenarnya bahkan tidak ada orang Belanda; hanya ada sejumlah perwira Indo dan yang lainnya adalah prajurit bayaran. Pangeran Diponegoro sendiri hanya diperbincangkan; yang muncul di layar adalah orang kepercayaannya, Sbaik Prawirodirjo. Itu pun ia ditampilkan dalam citra mesianis: muncul pada detik-detik terakhir untuk memetik hasil perjuangan gotong-royong.
8. Gie ( 2005 )
Spoiler for Cover Film Gie:

Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta. Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Hok Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?". Pertanyaan ini dengan kalem dijawab Soe dengan penjelasan akan kesadarannya bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan."
Masa remaja dan kuliah Hok Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI. Soe dan teman-temannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan manapun. Meskipun Hok Gie menghormati Sukarno sebagai founding father negara Indonesia, Hok Gie begitu membenci pemerintahan Sukarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Hok Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Sukarno, dan dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Soe juga sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat janji-janji manisnya hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Hok Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak interest group berusaha melobi Soe untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Hok Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.
Tan Tjin Han, teman kecil Hok Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Hok Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut.
Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta.
Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai.
---BERLANJUT DI POST SELANJUTNYA DIBAWAH---
UPDATE REQUEST ID lordkabuto
Update 1 : Fatahillah ( 1997 )
Spoiler for Cover Fatahillah:

Kecewa melihat negerinya, Pasai dihancurkan Portugis, Fadhillah Khan, kemudian dikenal sebagai Fatahillah atau Falatehan (Igo Ilham), selesai menuntut ilmu di Mekah, lalu bergabung dengan Sultan Trenggono (Abdi Wiyono) yang memerintah Kesultanan Demak, ia mendapat posisi terhormat sebagai ulama, bahkan lalu menikah dengan adik Sultan, Ratu Pembayun (Linda Jatmika) dan Ratu Ayu (Yuni Sulistyawati), janda Adipati Unus yang gugur dalam pertempuran melawan Portugis di perairan Malaka.
Portugis yang makin merajalela, ingin mendirikan benteng di Sunda Kelapa lewat persekutuaanya dengan Raja Pajajaran, Kesultanan Demak terpanggil melakukan perang terhadap Portugis. Fatahillah terpilih sebagai panglima perang. Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dan digandi nama menjadi Jayakarta yang kemudian menjadi Jakarta.
Diubah oleh Justape 22-03-2014 22:54
0
17K
Kutip
203
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan