- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dunia Hantu, Mistik, dan Wisata Spiritual Di Pesisir Selatan


TS
qsanta
Dunia Hantu, Mistik, dan Wisata Spiritual Di Pesisir Selatan
Dunia Hantu, Mistik, dan Wisata Spiritual Di Pesisir Selatan
Oleh: Suwardi
FBS UNY
Oleh: Suwardi
FBS UNY
Abstract
Spoiler for :
The Javanese in the south coastel area to the north coastel area gets difficulties leaving the world of ghost, mysterious, and the Kejawen mystical culture. Indeed, the Javanese in the mountain range and in the center of the city, there are many people who have the same tradition. Unfortunately, the ancestors's tradition is often disparage and less appreciate as an assets of unique culture.
This research aims to give the understanding ethnographic analytic to word the world of ghost existence. Taking participant observation and indepth interview to the informant snowballingly held the data collection. The research result describes the conviction to the world of ghost, mysterious, and Kejawen mystical culture in the south coastel area, happens because of a negotiation process of the spirit. This phenomenon is being done because there is a conviction that the spirit can give advantages and also calamity. The cemetery central of worship to the spirit is Kanjeng Ratu Kidul, as the Queen of the spirit in the south beach. That is why the people in the south coastal area make an approach to the spirit through Kejawen mystical tradition. These mystical tradition apparently attract tourists eventhough it hasn't been developed optimally yet. Among the mystical tradition which is still done by the followers are: (1) Labuhan, (2) Sedekah Laut, and (3) Ritual Magi in Gunung Lanang.
From the amount of ritual, apparently has a potential as the cultural tour package which is proper to be sold. Because, generally the tourists will find, curious, and want to know circumstances which is not in plain view. Even though, all sorts of that ritual still need a process of making to be an interesting presented. In this relation, the intensive assistance from certain people has been waited. Key words: Ghost, kejawen mystical, spiritual tourism ghost.
This research aims to give the understanding ethnographic analytic to word the world of ghost existence. Taking participant observation and indepth interview to the informant snowballingly held the data collection. The research result describes the conviction to the world of ghost, mysterious, and Kejawen mystical culture in the south coastel area, happens because of a negotiation process of the spirit. This phenomenon is being done because there is a conviction that the spirit can give advantages and also calamity. The cemetery central of worship to the spirit is Kanjeng Ratu Kidul, as the Queen of the spirit in the south beach. That is why the people in the south coastal area make an approach to the spirit through Kejawen mystical tradition. These mystical tradition apparently attract tourists eventhough it hasn't been developed optimally yet. Among the mystical tradition which is still done by the followers are: (1) Labuhan, (2) Sedekah Laut, and (3) Ritual Magi in Gunung Lanang.
From the amount of ritual, apparently has a potential as the cultural tour package which is proper to be sold. Because, generally the tourists will find, curious, and want to know circumstances which is not in plain view. Even though, all sorts of that ritual still need a process of making to be an interesting presented. In this relation, the intensive assistance from certain people has been waited. Key words: Ghost, kejawen mystical, spiritual tourism ghost.
Pendahuluan
Quote:
Pesisir Selatan pulau Jawa tergolong tempat yang cukup misterius. Di wilayah ini boleh dikatakan banyak bertebaran hantu di tanah Jawa. Oleh karena wilayah termaksud banyak hutan, tempat sepi, batu-batuan, dan dikenal luas sebagai wilayah Kangjeng Ratu Kidul. Ratu Kidul sendiri adalah sebagai raja hantu (siluman) yang berpengaruh.
Bagi orang tertentu, hantu justru dianggap sebagai tantangan hidup (memedi), tetapi bagi orang tertentu hantu justru akan dapat mendatangkan keuntungan. Bagi yang takut, jangankan meneliti mendengar saja kadang-kadang telah berdiri bulu romanya. Sebaliknya bagi yang merasa diuntungkan, hantu akan membawa berkah tersendiri. Berbeda lagi bagi sebagian orang (yang menghayati) mistik kejawen, dunia hantu tidak jauh berbeda dengan dunia manusia. Sebagian orang percaya bahwa hantu memiliki struktur kehidupan sebagaimana hidup manusia. Mereka berkembang biak seperti kita. Jenis hantu pun lebih dari 20 yang melingkupi hidup manusia (Endraswara, 2003:60). Dari sekian banyak hantu itu, dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama hantu yang menakutkan dan mencelakakan, kedua, hantu yang membantu dan menguntungkan bagi manusia.
Gagasan terakhir inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat dunia hantu, gaib, dan tradisi lisan mistis di kawasan pesisir selatan, sebagai penunjang kemajuan wisata budaya. Hal ini dirasa penting karena dengan digulirkannya otonomi daerah, kini setiap wilayah diharapkan memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki wilayah lain. Keunikan tradisi mistis yang selalu terkait dengan dunia hantu dan gaib, pada gilirannya akan dipandang sebagai sebuah komoditi berharga bagi pengembangan aset wisata. Namun demikian, sampai saat ini, pengembangan wisata yang bernuansa mistis, alam supranatural, dan gaib belum banyak digarap secara optimal. Itulah sebabnya, gagasan pendampingan tradisi lisan ke arah hal tersebut amat diperlukan, guna reservasi, transformasi, dan inovasi tradisi lisan termaksud. Melalui berbagai aktivitas yang berkutat pada dunia hantu dan gaib tersebut, menunjukkan bahwa dalam kehidupan -orang Jawa unik. Dunia lain itu, ternyata banyak diminati oleh siapa saja. Terlebih lagi, kalau dunia lain itu berada pada kawasan wisata, jelas akan menjadi sebuah daya pikat wisatawan. Tidak sedikit wisatawan yang hadir ke belahan bumi ini karena terdorong rasa ingin tahu dunia lain tersebut. Tidak ketinggalan pula ketika di Alun-Alun Utara Yogyakarta dan Alun-alun Dwi Windu Bantul, ada pameran (show) dunia hantu amat diminati banyak orang. Padahai, event semacam ini sebenarnya telah dipoles ke arah rekayasa misteri, tetapi tetap menyedot pengunjung. Apalagi kalau dunia gaib dan hantu itu berada pada alam natural, berupa tradisi mistik kejawen, tentu jauh lebih menarik wisatawan.
Dunia hantu adalah segmen hidup lain. Kalau tengah malam ada suara aneh memanggil namanya, mengetuk pintu, menelepon panjang, dan seterusnya - sering membuat bulu kuduk merinding. Itu baru hantu lewat suara tidak wajar, akan lebih seru lagi kalau hantu menampakkan diri dalam bentuk aneh, kita bisa ketakutan dan ingin lari terbirit-birit. Seperti yang pernah ditemukan Beatty (2001:76-77), ada roh halus yang menampakkan diri sebagai macan putih di perempatan jalan dan kuburan. Kendati hal ini bersifat subyektif, namun sebagian orang tetap meyakini bahwa hantu itu menakutkan.
Manusia Jawa memandang hantu sebagai dunia lain. Yakni, dunia supranatural yang misterius. Keganjilan makhluk hantu ini disebabkan dia bisa melihat manusia, dan manusia tidak bisa melihat hantu secara langsung. Hanya orang-orang tertentu yang diberi kelebihan dalam hal-hal gaib, yang mampu melihat hantu. Pada dasarnya, hantu hidup sebagai makhluk halus.
Sebagaimana manusia hidup memiliki keinginan, nafsu, hantu pun demikian. Keinginan hantu sebagai makhluk supranatural, sering merepotkan manusia. Karena hantu hidup di atas rata-rata kesadaran manusia, sering membuat repot hidup kita. Tidak sedikit menusia yang mulai kewalahan jika harus berhadapan dengan hantu. Karenanya, manusia sering berbuat yang aneh-aneh, untuk melegakan hantu-hantu tersebut. Hal ini diilakukan karena sebagian besar manusia percaya, manakala hantu yang menakutkan itu ditaklukkan, sedikit banyak justru akan membantu hidup manusia.
Atas dasar itu, ada sebagian besar aktivitas hidup manusia yang sengaja diperuntukkan bagi hantu. Hal dilakukan, karena menurut Prabowo (1992:51) hantu sebagai makhluk halus se-sungguhnya dapat berkomunikasi dengan manusia. Komunikasi intensif yang paling menonjol, dalam kehidupan masyarakat Jawa pesisiran adalah dengan hadirnya tradisi-tradisi lisan. Tradisi lisan adalah media spiritual bagi manusia dan hantu. Karenanya, tidak sedikit modifikasi tradisi lisan yang berkaitan ritual daur hidup dan kemasyarakatan, selalu dicurahkan pada dunia hantu. Hal ini berarti bahwa orang pesisiran (pesisir selatan-pesisir utara Jawa) memang masih hidup dalam suasana kejawen.
Karakteristik hidup kejawen, selalu menggunakan aneka tradisi lisan sebagai sarana negosiasi gaib dan kultural terhadap dunia hantu. Negosiasi ini sering digunakan untuk memojokkan orang Jawa sebagai figur penakut. Orang Jawa takut kalah dengan makhluk lain, sehingga harus memohon bantuan hantu. Hal ini kemungkinan ada benar dan salahnya, maka perlu dikaji lebih jauh lagi. "Tegasnya, entah berdalih untuk keselamatan maupun ketenteraman, bermitra dengan hantu memang awalnya dilandasi rasa takut.
Pelaksanaan negosiasi dunia hantu hampir bisa dipastikan akan menggunakan cara-cara yang bersifat gaib. Proses gaib tersebut dilakukan dalam aneka tradisi lisan yang telah turun-temurun. Sejak kapan tradisi lisan itu dilakukan, memang sulit diketahui. Yang jelas, tradisi lisan pesisiran yang dipandang kolot, bodoh, dan mengada-ada tersebut jika berpedoman pada wawasan Taylor (Pritchard, 1984.4-11) tetap penting. Karena, tradisi lisan yang berkonteks pada kepercayaan makhluk supranatural tersebut, sesungguhnya merupakan bagian agama primitif, yang mengedepankan cara berpikir pralogis.
Cara pandang pralogis memang terkesan rendah, namun hal semacam ini tidak selamanya benar. Konsep berpikir pralogis, yang dalam masyarakat Jawa yang banyak menggunakan othak-athik mathuk, bukanlah sebuah karikatur kebodohan kultural orang pesisiran masa lalu. Sebaliknya, konsep pralogis boleh dipandang sebagai keunikan tradisi lisan yang menggambarkan sebuah proses budaya panjang. Tradisi lisan termaksud juga bukan sekedar mosaik budaya yang hambar makna, melainkan penuh fenomena simbolik yang patut dipertimbangkan bagi lajunya kehidupan manusia dewasa ini.
Dengan kata lain, tradisi lisan kejawen merupakan proses kehidupan yang masih banyak manfaatnya bagi kehidupan kita. Bahkan, tradisi lisan pesisiran kini telah mengalir ke segala penjuru Jawa. Tidak hanya merambah ke dunia perkotaan Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, melainkan juga ke seluruh pegunungan. Akibatnya, di kawasan kejawen itu sedikit demi sedikit menjadi basis tradisi lisan yang bernuansa gaib, mistik, dan dunia hantu. Maka, tidak mengherankan kalau berbagai acara televisi swasta, ada yang di package selalu menayangkan acara bertajuk: dunia lain, uji nyali, ehspedisi dunia gaib, kisah misteri, percaya nggak percaya, dan sebagainya. Dalam surat kabar (majalah) muncul pula rubrik: jagading lelembut, alaming lelembut, percaya apa ora, crita misteri, dan sebagainya.
Dunia gaib, dunia hantu, dan dunia mistik adalah satukesatuan tak terpisahkan. Ketiganya adalah ruh kejawen. Ketiganya pula yang menjadi karakteristik orang Jawa, sehingga berbeda dengan masyarakat lain. Tiga ciri itulah yang tampak kental menyublim ke dalam bentuk tradisi lisan. Di dalamnya penuh ungkapan budaya spiritual, folklor, dan segala aktivitas mistis. Hal ini berarti sejalan pula dengan pernyataan Roger Tol dan Pudentia MPSS (Hoed, 1998:186) yakni ... "oral traditions do not only contain folktales, myths, and legends (...), but store complete indigeneous cognate systems. To name a few: histories, legal practices, adat law, medication.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa tradisi lisan memang cukup luas cakupannya, tidak hanya menyangkut cerita rakyat. Berbagai hal sering hadir dalam sebuah tradisi lisan. Berbagai unsur tradisi lisan sering bercampur, teraduk rapi, sehingga membentuk sebuah kesatuan utuh. Begitu pula tradisi lisan mistik kejawen, yang di dalamnya berisi dunia hantu dan gaib, akan memuat kebijaksanaan asli suatu lokal, hukum adat, pengobatan, ritual seni, dan sebagainya semakin lengkap. Berbagai unsur yang hadir dalam tradisi lisan mistik kejawen termaksud, disadari atau tidak memang merupakan upaya "menjinakkan" hantu. "Penjinakan" inilah yang dinamakan negosiasi spiritual. Aktivitas negosiasi terhadap hantu secara gaib dinamakan semedi.
Bagi orang tertentu, hantu justru dianggap sebagai tantangan hidup (memedi), tetapi bagi orang tertentu hantu justru akan dapat mendatangkan keuntungan. Bagi yang takut, jangankan meneliti mendengar saja kadang-kadang telah berdiri bulu romanya. Sebaliknya bagi yang merasa diuntungkan, hantu akan membawa berkah tersendiri. Berbeda lagi bagi sebagian orang (yang menghayati) mistik kejawen, dunia hantu tidak jauh berbeda dengan dunia manusia. Sebagian orang percaya bahwa hantu memiliki struktur kehidupan sebagaimana hidup manusia. Mereka berkembang biak seperti kita. Jenis hantu pun lebih dari 20 yang melingkupi hidup manusia (Endraswara, 2003:60). Dari sekian banyak hantu itu, dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama hantu yang menakutkan dan mencelakakan, kedua, hantu yang membantu dan menguntungkan bagi manusia.
Gagasan terakhir inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat dunia hantu, gaib, dan tradisi lisan mistis di kawasan pesisir selatan, sebagai penunjang kemajuan wisata budaya. Hal ini dirasa penting karena dengan digulirkannya otonomi daerah, kini setiap wilayah diharapkan memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki wilayah lain. Keunikan tradisi mistis yang selalu terkait dengan dunia hantu dan gaib, pada gilirannya akan dipandang sebagai sebuah komoditi berharga bagi pengembangan aset wisata. Namun demikian, sampai saat ini, pengembangan wisata yang bernuansa mistis, alam supranatural, dan gaib belum banyak digarap secara optimal. Itulah sebabnya, gagasan pendampingan tradisi lisan ke arah hal tersebut amat diperlukan, guna reservasi, transformasi, dan inovasi tradisi lisan termaksud. Melalui berbagai aktivitas yang berkutat pada dunia hantu dan gaib tersebut, menunjukkan bahwa dalam kehidupan -orang Jawa unik. Dunia lain itu, ternyata banyak diminati oleh siapa saja. Terlebih lagi, kalau dunia lain itu berada pada kawasan wisata, jelas akan menjadi sebuah daya pikat wisatawan. Tidak sedikit wisatawan yang hadir ke belahan bumi ini karena terdorong rasa ingin tahu dunia lain tersebut. Tidak ketinggalan pula ketika di Alun-Alun Utara Yogyakarta dan Alun-alun Dwi Windu Bantul, ada pameran (show) dunia hantu amat diminati banyak orang. Padahai, event semacam ini sebenarnya telah dipoles ke arah rekayasa misteri, tetapi tetap menyedot pengunjung. Apalagi kalau dunia gaib dan hantu itu berada pada alam natural, berupa tradisi mistik kejawen, tentu jauh lebih menarik wisatawan.
Dunia hantu adalah segmen hidup lain. Kalau tengah malam ada suara aneh memanggil namanya, mengetuk pintu, menelepon panjang, dan seterusnya - sering membuat bulu kuduk merinding. Itu baru hantu lewat suara tidak wajar, akan lebih seru lagi kalau hantu menampakkan diri dalam bentuk aneh, kita bisa ketakutan dan ingin lari terbirit-birit. Seperti yang pernah ditemukan Beatty (2001:76-77), ada roh halus yang menampakkan diri sebagai macan putih di perempatan jalan dan kuburan. Kendati hal ini bersifat subyektif, namun sebagian orang tetap meyakini bahwa hantu itu menakutkan.
Manusia Jawa memandang hantu sebagai dunia lain. Yakni, dunia supranatural yang misterius. Keganjilan makhluk hantu ini disebabkan dia bisa melihat manusia, dan manusia tidak bisa melihat hantu secara langsung. Hanya orang-orang tertentu yang diberi kelebihan dalam hal-hal gaib, yang mampu melihat hantu. Pada dasarnya, hantu hidup sebagai makhluk halus.
Sebagaimana manusia hidup memiliki keinginan, nafsu, hantu pun demikian. Keinginan hantu sebagai makhluk supranatural, sering merepotkan manusia. Karena hantu hidup di atas rata-rata kesadaran manusia, sering membuat repot hidup kita. Tidak sedikit menusia yang mulai kewalahan jika harus berhadapan dengan hantu. Karenanya, manusia sering berbuat yang aneh-aneh, untuk melegakan hantu-hantu tersebut. Hal ini diilakukan karena sebagian besar manusia percaya, manakala hantu yang menakutkan itu ditaklukkan, sedikit banyak justru akan membantu hidup manusia.
Atas dasar itu, ada sebagian besar aktivitas hidup manusia yang sengaja diperuntukkan bagi hantu. Hal dilakukan, karena menurut Prabowo (1992:51) hantu sebagai makhluk halus se-sungguhnya dapat berkomunikasi dengan manusia. Komunikasi intensif yang paling menonjol, dalam kehidupan masyarakat Jawa pesisiran adalah dengan hadirnya tradisi-tradisi lisan. Tradisi lisan adalah media spiritual bagi manusia dan hantu. Karenanya, tidak sedikit modifikasi tradisi lisan yang berkaitan ritual daur hidup dan kemasyarakatan, selalu dicurahkan pada dunia hantu. Hal ini berarti bahwa orang pesisiran (pesisir selatan-pesisir utara Jawa) memang masih hidup dalam suasana kejawen.
Karakteristik hidup kejawen, selalu menggunakan aneka tradisi lisan sebagai sarana negosiasi gaib dan kultural terhadap dunia hantu. Negosiasi ini sering digunakan untuk memojokkan orang Jawa sebagai figur penakut. Orang Jawa takut kalah dengan makhluk lain, sehingga harus memohon bantuan hantu. Hal ini kemungkinan ada benar dan salahnya, maka perlu dikaji lebih jauh lagi. "Tegasnya, entah berdalih untuk keselamatan maupun ketenteraman, bermitra dengan hantu memang awalnya dilandasi rasa takut.
Pelaksanaan negosiasi dunia hantu hampir bisa dipastikan akan menggunakan cara-cara yang bersifat gaib. Proses gaib tersebut dilakukan dalam aneka tradisi lisan yang telah turun-temurun. Sejak kapan tradisi lisan itu dilakukan, memang sulit diketahui. Yang jelas, tradisi lisan pesisiran yang dipandang kolot, bodoh, dan mengada-ada tersebut jika berpedoman pada wawasan Taylor (Pritchard, 1984.4-11) tetap penting. Karena, tradisi lisan yang berkonteks pada kepercayaan makhluk supranatural tersebut, sesungguhnya merupakan bagian agama primitif, yang mengedepankan cara berpikir pralogis.
Cara pandang pralogis memang terkesan rendah, namun hal semacam ini tidak selamanya benar. Konsep berpikir pralogis, yang dalam masyarakat Jawa yang banyak menggunakan othak-athik mathuk, bukanlah sebuah karikatur kebodohan kultural orang pesisiran masa lalu. Sebaliknya, konsep pralogis boleh dipandang sebagai keunikan tradisi lisan yang menggambarkan sebuah proses budaya panjang. Tradisi lisan termaksud juga bukan sekedar mosaik budaya yang hambar makna, melainkan penuh fenomena simbolik yang patut dipertimbangkan bagi lajunya kehidupan manusia dewasa ini.
Dengan kata lain, tradisi lisan kejawen merupakan proses kehidupan yang masih banyak manfaatnya bagi kehidupan kita. Bahkan, tradisi lisan pesisiran kini telah mengalir ke segala penjuru Jawa. Tidak hanya merambah ke dunia perkotaan Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, melainkan juga ke seluruh pegunungan. Akibatnya, di kawasan kejawen itu sedikit demi sedikit menjadi basis tradisi lisan yang bernuansa gaib, mistik, dan dunia hantu. Maka, tidak mengherankan kalau berbagai acara televisi swasta, ada yang di package selalu menayangkan acara bertajuk: dunia lain, uji nyali, ehspedisi dunia gaib, kisah misteri, percaya nggak percaya, dan sebagainya. Dalam surat kabar (majalah) muncul pula rubrik: jagading lelembut, alaming lelembut, percaya apa ora, crita misteri, dan sebagainya.
Dunia gaib, dunia hantu, dan dunia mistik adalah satukesatuan tak terpisahkan. Ketiganya adalah ruh kejawen. Ketiganya pula yang menjadi karakteristik orang Jawa, sehingga berbeda dengan masyarakat lain. Tiga ciri itulah yang tampak kental menyublim ke dalam bentuk tradisi lisan. Di dalamnya penuh ungkapan budaya spiritual, folklor, dan segala aktivitas mistis. Hal ini berarti sejalan pula dengan pernyataan Roger Tol dan Pudentia MPSS (Hoed, 1998:186) yakni ... "oral traditions do not only contain folktales, myths, and legends (...), but store complete indigeneous cognate systems. To name a few: histories, legal practices, adat law, medication.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa tradisi lisan memang cukup luas cakupannya, tidak hanya menyangkut cerita rakyat. Berbagai hal sering hadir dalam sebuah tradisi lisan. Berbagai unsur tradisi lisan sering bercampur, teraduk rapi, sehingga membentuk sebuah kesatuan utuh. Begitu pula tradisi lisan mistik kejawen, yang di dalamnya berisi dunia hantu dan gaib, akan memuat kebijaksanaan asli suatu lokal, hukum adat, pengobatan, ritual seni, dan sebagainya semakin lengkap. Berbagai unsur yang hadir dalam tradisi lisan mistik kejawen termaksud, disadari atau tidak memang merupakan upaya "menjinakkan" hantu. "Penjinakan" inilah yang dinamakan negosiasi spiritual. Aktivitas negosiasi terhadap hantu secara gaib dinamakan semedi.
~lanjutan di bawah~


nona212 memberi reputasi
1
6.1K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan