Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

zaemadAvatar border
TS
zaemad
[Sisi Mengerikan Nusantara] Pemburu Kepala & Pemakan Manusia
Friedrich Schnitger seorang penjelajah dalam buku berjudul Sumatera Tempo Doeloe karya Anthony Reid memberikan kita hentakan yang cukup kuat, ia mengungkapkan bahwa kanibalisme merupakan hal lumrah di sumatera atau nusantara kala itu. Bukan hanya Friedrich, seorang penjelajah ternama asal Italia juga mengamini hal demikian. Marco Polo yang mengunjungi Nusantara pada 1292 terkejut melihat kenyataan ada manusia yang memakan sesamanya. Kala itu, Marco Polo sedang berada di daera Pidie, Aceh. Marco Polo menceritakan bagaimana seseorang yang sakit dan tidak memiliki kemungkinan untuk sembuah, akan menjadi santapan sanak keluarga mereka. Jika ada satu bagian saja yang tidak dimakan, dipercaya bagian itu akan menjadi cacing dan malah mendatangkan bencana. Oleh sebab itu, memakan sampai habis merupakan suatu kewajiban bagi sanak keluarga yang ditinggalkan tersebut.

Carl Bock seorang penjelajah, peneliti, dan juga pelukis dalam bukunya berjudul The Head Hunters of Borneo memberikan gambaran lain di wilayah nusantara tepatnya di Kalimantan. Carl menceritakan bagaimana pertemuannya dengan suku dayak pemakan manusia dan pemburu kepala. Dalam perjumpaannya dengan suku Dayak Tring, sub suku dari Dayak Bahou, Carl banyak tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ketertarikannya dengan suku Daya Tring ini bermula dengan desas-desus pemakan manusia yang tinggal di pedalaman Kalimantan. Hingga ia menemukannya, Carl percaya.

Dalam pencariannya tersebut, mulanya Carl dengan bantuan penguasa setempat mengirim orang menggunakan perahu kecil untuk meminta suku Dayak Tring keluar dan bertemu Carl. Namun, setelah tiga hari, perahu itu tak kembali. Carl panik, begitupun penguasa setempat. Hingga mereka mengirim kembali berupa perahu besar dengan diketuai seorang bugis yang tangguh. Singkatnya, mereka berhasil meminta suku Dayak Tring keluar dan berjumpa dengan Carl. Menurut pengakuan mereka, mereka memang memakan manusia namun tak setiap hari. Makan nasi juga merupakan pilihan bagi mereka.

Bukan hanya Carl, W.P. Groeneveldt dalam bukunya berjudul Nusantara Dalam Catatan Tionghoa mengungkapkan dalam sebuah naskah Sejarah Dinasti Ming, menceritakan sebuah suku pemburu kepala di pedalaman Banjarmasin. Suku itu disebut suku Dayak Beaju. Mereka berkeliaran di malam hari dan memenggal kepala manusia sebagai hiasan.

Pada Maret 1648, terjadi peperangan antara kampung di Seram, Maluku. Perang itu melibatkan orang di kampung wilayah pantai dan wilayah gunung yang disebut Alifulu. Dilaporkan banyak korban tewas dalam peperangan itu. Pihak dari wilayah pantai melaporkan kepada VOC kala itu, banyak korban dari wilayahnya yang diketemukan tanpa kepala. Kejadian ini membuat VOC kala itu dengan Gubernur Ambon, Robert Padtbrugge memerintahkan penyelidikan kasus ini.

Tapi untunglah, di tahun 1894 ada sebuah perjanjian bernama Rapat Damai Tumbang Anoi. Intinya, para suku-suku Dayak ini sepakat untuk menghentikan saling bunuh, memenggal kepala, dan memperbudak. Lambat laun, memakan manusia dan memenggal kepala mulai ditinggalkan masyarakat pedalaman di Nusantara.

Tapi tetap saja, negeri ini pernah menjadi wilayah kengeria tersendiri.

Sumber: http://etnonesia.org/lengkap.php?id=2

Spoiler for Tulisan Lain:


Spoiler for Bonus!!!:


Artikel-artikel menarik lainnya silakan kunjungi ETNONESIA

emoticon-Blue Guy Cendol (L)
0
2.4K
13
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan