Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hendrisssAvatar border
TS
hendrisss
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
Indonesia Terkenal akan keanekaragamannya, baik dari suku, budaya, etnis, ras, dan juga musiknya. Mulai dari Pop, Jazz, Rock, Pop-Melayu, Dangdut, RnB, dsb ada di tanah air ini. Tapi, sangat miris melihat perkembangan musik indonesia saat ini, karena para musisi hanya lebih mengutamakan popularitas dan mengejar nilai profit semata. Hasilnya ya mereka hanya mengikuti musik/genre yg sedang update dan di gemari masyarakat dan pastinya tunduk pada pasar, sebagai contoh adalah Girlband dan Boyband. Padahal, tidak semua masyarakat menyukai musik-musik bergenre tersebut. Mereka seolah-olah melupakan idealisme mereka dalam bermusik demi mengantongi rupiah yg bernilai fantastis. Hasil nyatanya adalah, karya mereka tidak bisa bertahan untuk waktu yg lama dan bahkan masyarakat melupakannya.
Tapi, tidak semua musisi melakukan hal seperti itu. Inilah beberapa musisi yg tetap mempertahankan idealisme mereka dalam bermusik, yaitu :


1. Adhitia Sofyan
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
Adhitia Sofyan lahir di Bandung, 6 November 1977; umur 36 tahun merupakan seorang penyanyi dan musisi berkebangsaan Indonesia yang dikenal sebagai musisi kamar, karena seluruh lagu dalam albumnya direkam secara independen di dalam kamarnya sendiri. Lagunya yang paling dikenal adalah Adelaide Sky yang menjadi salah satu soundtrack untuk film Kambing Jantan: The Movie dan Memilihmu.

Pada tahun 1999 Adhitia pernah memiliki proyek solo. Salah satu lagunya (menurut pengakuan temannya) pernah memuncaki tangga lagu indie di radio Ardan FM Bandung. Namun karier bermusiknya tidak berlanjut. Ia berkecimpung di industri periklanan dengan menjadi desainer grafis di Matari Advertising.

Setelah cukup mapan di Virus Communications, Adhitia kembali menjadi musisi. Dengan format akustik, ia mulai merekam beberapa lagu. EP perdananya, I’m Not Getting Any Slimmer, So Here We Go..., dicetak 100 kopi, walaupun awalnya ia hanya menginginkan 20 kopi. Sisanya ia bagikan secara gratis dengan ongkos kirim ditanggung oleh Adhitia sendiri.

Adhitia mencoba mengirimkan EP-nya ke chart radio NuBuzz milik radio Prambors (ketika itu), dan pihak NuBuzz memilih 2 lagu, Adelaide Sky dan Memilihmu, untuk dimasukkan ke dalam tangga lagu. Kedua lagu inipun sukses memuncaki tangga lagu NuBuzz. Respon positif dari para pendengar membuat musisi yang pernah mengubur impiannya sebagai musisi karena gagal menjadi mahasiswa Berklee College of Music melanjutkan kariernya sebagai musisi.

Adhitia merilis album perdananya, Quiet Down, dengan konsep Freemium. Ia menyediakan album ini untuk diunduh secara gratis di blog pribadinya, disamping album fisik yang menawarkan kualitas audio yang lebih baik serta 1 lagu bonus. Namun ia mengalami masalah dalam distribusi album fisiknya. NuBuzz yang sebelumnya merilis album kompilasi Nu Buzz 1.1 (yang memuat lagu Memilihmu milik Adhitia), tidak mampu membantu mendistribusikan albumnya. Adhitia pun menunjuk Zapato Record sebagai distributor, namun distribusi albumnya tidak berjalan lancar. Album ini juga diedarkan di Jepang oleh distributor musik indie Disques Desinee Tower Records Jepang dan mendapat respon yang baik.

Album keduanya, Forget Your Plans, dirilis dalam konsep yang sama. Masih mengandalkan format akustik dan penjualan secara Freemium. Kali ini Adhitia menggandeng Demajors sebagai distributor. Di Jepang, album ini juga didistribusikan secara eksklusif oleh Production Desinee, perusahaan rekaman milik Disques Desinee.

Adhitia pernah tampil di acara Harmoni di SCTV pada bulan Agustus 2010. Penampilannya sepat menjadi bahan perbincangan di Twitter.

Pada 20 Desember 2010, Adhitia mengumumkan akan merekam album ketiganya.

Pada Bulan September 2011, Adhitia melakukan tour di Jepang. Salah satu pertunjukannya, pada tanggal 24 September 2011 di Saravah Music Lounge, Tokyo, direkam dan diedarkan secara gratis

[YOUTUBE]





2. SORE
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
SORE berawal dari perjalanan dasar ketiga personil awalnya, yakni Awan Garnida, Ade Firza, dan Ramondo Gascaro dalam menempuh pendidikan, mulai dari Perguruan Cikini hingga Los Angeles, Amerika Serikat. Awal 1991, Awan Garnida kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya, dan saat itulah dia bertemu dengan Gusti Pramudya.
Pada pertengahan tahun 1996, Ade Firza dan Ramondo Gascaro kembali ke Indonesia, dan bergabung dengan Awan Garnida dan Gusti Pramudya untuk membentuk suatu proyek musik yang dinamakan BAHAGIA. Namun karena harus kembali ke Los Angeles untuk melanjutkan proses belajarnya, Ade Firza meninggalkan mereka, tapi dia memberikan satu konsep lagu yang diberi judul ‘Awan Lembayung’ sebelum berangkat, yang sebelumnya sempat direkam dalam bentuk demo. Lagu inilah yang menjadi awal perjalanan musikalitas dari SORE.
Dan ketika Ade Firza sudah menyelesaikan masa belajarnya, dia kembali bergabung dengan kawan-kawan lamanya, dan juga bertemu dengan satu kawan baru bernama Reza Dwiputranto, yang memegang posisi gitaris. SORE pun lahir sebagai saluran semua ide masing-masing personil, yang bersatu dan membaur dalam bentuk musik pop dengan sentuhan absurd-eclectic.
Dalam album pertamanya yang berjudul Centralismo, yang dirilis oleh Aksara Records, dapat didengar bahwa SORE adalah sebuah band yang unik, di mana selain kelima personilnya semua bernyanyi (dalam arti vokal utama tentunya), masing-masing personilnya juga memiliki karakter yang berbeda, dan ini dapat dilihat dari cara penulisan lagu yang ada. Seperti dalam lagu Lihat, single pertama dari Centralismo, yang ditulis oleh Ade Firza, Ramondo Gascaro, dan Gusti Pramudya. Ketiga ide personil ini bersatu, dan membentuk suatu karakter baru dengan gaya rock jazz retro, dan sentuhan harmonisasi yang bagus. Lain lagi dengan lagu Aku, lagu terakhir dalam album ini. Lagu ini ditulis oleh Reza Dwiputranto, dan hanya dua personil saja yang terlibat dalam proses rekamannya. Jadi, bisa dikatakan juga bahwa SORE adalah sebuah band yang tidak terikat pada norma-norma, tapi memberikan kebebasan kepada masing-masing personil dengan karakter sendiri yang bertanggung jawab. The Jakarta Post menyebut SORE sebagai ‘the best working band in Jakarta and certainly the most interesting’ (The Jakarta Post, October 9, 2005).
Centralismo sendiri adalah sebuah album yang didedikasikan untuk wilayah Jakarta Pusat, di mana memang sebagai besar personilnya dibesarkan dan menimba ilmu. Sebelum Centralismo dibuat, SORE telah merilis satu mini album berjudul Ambang pada tahun 2003 dan tiga single, yakni Etalase (2002), Cermin (2004), dan Funk The Hole (2005). Cermin sendiri masuk dalam kompilasi rilisan Aksara Records, JKT:SKRG, sebuah album kompilasi yang menggambarkan tentang perjalanan musik indie di Jakarta. Sementara itu, Funk The Hole masuk dalam kompilasi OST Janji Joni, masih produksi dari Aksara Records.
Segera setelah merilis album Centralismo, album ini dipilih oleh Time Magazine sebagai salah satu album Asia yang patut dimiliki, ‘It’s an album perfect for those rainy days when all you really want to do is lie back and dream of a simpler time in your life’ (Time, September 12, 2005).
AWAN GARNIDA – Vocals [/youtube]
ADE FIRZA PALOH – Vocals & Guitars
GUSTI PRAMUDYA – Drums, Acoustic Guitar & Vocals
REZA DWI PUTRANTO – Vocals & Guitars
RAMONDO GASCARO – Keyboard, Piano, & Vocals

[YOUTUBE]





3. Payung Teduh
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
Payung Teduh lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon yang senang nongkrong bersama di kantin FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, mereka adalah Is dan Comi yang senang bermain musik bersama di kantin, selasar gedung kampus, tepi danau hingga event – event di luar kampus. Secara tidak sadar kebersamaan mereka dalam bermain musik telah menguatkan karakter bermusik mereka dan telah disadari bagi orang-orang sekitar yang sering menyaksikan mereka bermain musik bersama.

Payung Teduh terbentuk pada akhir 2007 dengan formasi awal Is dan Comi, sadar akan eksplorasi bunyi dan performa panggung pada tahun 2008 Payung teduh mengajak Cito untuk bergabung bersama sebagai drummer lalu mengajak Ivan sebagai guitalele player pada tahun 2010. Angin Pujaan Hujan ialah lagu pertama yang memunculkan warna mereka sendiri. Seiring berjalannya waktu tercipta pula lagu-lagu lainnya seperti Kucari Kamu, Amy, Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, juga termasuk karya-karya dari pementasan teater bersama Catur Ari Wibowo seperti Resah, Cerita Tentang Gunung dan Laut, serta karya Amalia Puri yang berjudul Tidurlah dan Malam. Dan pada akhirnya Payung Teduh memutuskan untuk membuat album indie pertamanya yang dirilis dipenghujung 2010.

Musik yang dimainkan oleh Payung Teduh tidak memiliki batasan tersendiri, musik yang dimainkan oleh Payung Teduh yaitu musik Payung Teduh itu sendiri. Pada album pertama ini bisa dibilang karakter musik yang dibawakan seperti musik di era golden 60’s dengan balutan keroncong dan jazz. Dan jika ditanya jenis musik apa yang diusung oleh Payung Teduh, maka Payung Teduh menyerahkan sepenuhnya kepada pendengar. Dalam pengertian bahwa payung teduh tidak akan hanya berhenti di satu gendre tertentu, namun yang pasti tetap bermusik dengan ciri yang sudah mereka miliki.

[YOUTUBE]http://www.youtube.com/watch?v[/youtube]




4. The Trees and The Wild
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
Alunan musik gitar akustik yang sederhana dan easy listening menjadi ciri khas dari The Trees and The Wild. Band indie asal Jakarta beraliran akustik-folk ini beranggotakan tiga personil, yaitu Remedy Waloni (vokal, gitar akustik), Iga Massardi (gitar elektrik, gitar akustik, backing vocal, perkusi), dan Andra B. Kurniawan (gitar akustik, bass, backing vocal). Berawal dari pertemanan ketiganya di masa sekolah, pada tahun 2006 mereka mulai menulis beberapa lagu dengan warna musik yang berbeda dari band Indonesia pada umumnya.

Nama The Trees and The Wild sendiri merupakan suatu ungkapan yang menunjuk kepada situasi yang bebas, hidup, dan tidak artifisial. Mendengar alunan musiknya yang santai dan menyejukkan, sekilas band ini mengingatkan kita kepada band akustik asal Norwegia, Kings of Convenience. Terinspirasi oleh film yang dibintangi oleh aktor kawakan Jim Carrey, Eternal Sunshien of The Spotless Mind, The Trees and The Wild merilis single pertamanya yang berjudul “Honeymoon on Ice”.

Berawal dari myspace, pemilik label “Lil’ Fish Records”, Agus Sasongko, tertarik untuk merilis album mereka. Maka pada Februari 2009, dirilislah album pertama dari The Trees and The Wild dibawah naungan label tersebut. Dimana sebelumnya “Lil’ Fish Records” juga pernah menangani Pure Saturday dan The Morning After. Sebagian besar lagu yang mereka hasilkan bercerita tentang optimisme dan antisipasei untuk hari esok.

Salah satu personil The Trees and The Wild, Iga Massardi, memiliki perpektif sendiri terhadap dunia musik yang dijalaninya selama ini. Baginya gitar adalah suatu hal menyenangkan yang harus dibagi. Bukan hanya alunan musiknya saja, namun juga tentang bagaimana memainkan alat musik tersebut.

Oleh karena itu pada pertengahan tahun 2011 ia mendirikan kegiatan belajar gitar gratis bagi para pemula yang dinamakan Kelas Gitar Gratis. Kelas yang seluruh pesertanya tidak dipungut biaya, berlangsung setiap minggu sore di Taman Suropati Menteng, Jakarta. KGG (begitu biasanya program itu disebut) didirikan dengan tujuan menjadi batu loncatan bagi siapapun yang ingin bisa memainkan gitar. Baik bagi mereka yang ingin melanjutkan belajar gitar di sekolah formal ataupun mereka yang sama sekali belum ada pengalaman dalam memainkan instrumentasi tersebut.

[YOUTUBE]





5. Banda Neira
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
Banda Neira yang dikenal sebagai salah satu dari enam pulau di Kepulauan Banda, berada dalam tatanan geografis Maluku Tengah. Muncul Banda Neira dalam bentuk satu kelompok musik yang bermula dari keisengan Ananda dan Rara.

Dari keisengan proyek tersebut mereka mewujudkan banyaknya pendengar yang meluangkan waktu untuk menyimak karya-karya Banda Neira.

Mereka resmi memperkenalkan Banda Neira pada akhir Februari 2012 di lingkungan Universitas Parahyangan, saat itu bertepatan dengan Rara yang menyelesaikan jenjang pendidikannya.

Ananda dan Rara sudah lama menjalin pertemanan. Terpisah, karena Ananda harus pindah ke Jakarta meneruskan pekerjaannya sebagai wartawan Tempo sejak 2010. Kemudian bertemu kembali setelah Rara menyelesaikan studinya dan menjadi tenaga magang LSM Kontras.

Di paruh waktu istirahat kerja, karena tidak mau membiarkan materinya terhambur tak terurus Banda Neira dilanjutkan dan tetap memegang asas iseng dengan premis seru-seruan. Banda Neira memutuskan untuk merekam empat lagu dan menghasilkan mini album.

Tanggal 8 Agustus 2012, Banda Neira resmi memperkenalkan mini albumnya yang berjudul "Paruh Waktu". Didalam album tersebut terdapat empat lagu, dengan judul “Di Atas Kapal Kertas,” “Ke Entar Berantah,” “Kau Keluhkan,” dan “Rindu” (Musikalisasi Puisi Subagio Sastrowardoyo) itulah keempat lagu yang mereka kategorikan sebagai Nelangsa Pop–kategori musik yang diberikan oleh temannya.

Meskipun terpisah jarak yang bisa dipangkas melalui simulasi sosial media, Banda Neira tetap berjalan normal. Ananda dan Rara menaikkan sedikit level mereka dalam bermusik dari iseng menjadi iseng agak serius, bertolak dari respon baik sang pendengar Banda Neira yang menyimak Di Paruh Waktu.

Iringan lirik yang mudah dicerna membuat Banda Neira dengan mudah diterima secara senang hati. Mini albumnya, Di Paruh Waktu yang disebar secara gratis terbukti mendapatkan respon yang positif. Dari situ juga didapatkan informasi bahwa Banda Neira awalnya hanyalah bermusik secara iseng-iseng dan mempunyai jenis musik sebagai nelangsa pop. Mungkin saja karena lirik yang mereka tuliskan seputar risalah perasaan sedih.

Dari respon positif yang berawal dari iseng-iseng itulah Banda Neira berangkat menjadi serius. Pada 13 April 2013 album perdana mereka meluncur bebas setelah mendapatkan dukungan restu Sorge Records dan Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa Unpar. Album yang berisi sepuluh lagu ini diberi judul "Berjalan Lebih Jauh".

Judul album "Berjalan Lebih Jauh" bisa diartikan seperti keberangkatan awalnya yang hanya iseng-iseng dan tengah sampai ke tujuan keseriusan. Lalu, memulai pemberangkatan baru (serius) secara lebih jauh.

[YOUTUBE]http://www.youtube.com/watch?v[/youtube]




6. Endah and Resha
6 Band Indonesia yg anti Mainstream
Endah Widiastuti yang sebelumnya ber-solo karier bergabung dengan sebuah band bergenre rock. Di band tersebut ia bertemu dengan Rhesa Adityarama. Pada tahun 2004, Endah dan Rhesa memutuskan untuk keluar dari band tersebut. Endah kembali ber-solo karier dengan merilis mini-album berjudul "The New Beginning" dengan Rhesa sebagai produsernya. Pada tahun 2005 Endah dan Rhesa merilis album "Nowhere To Go" secara D.I.Y. dengan kualitas audio serta desain sampul album sederhana yang mereka kerjakan berdua. Proyek ini bernuansa akustik namun tetap terdengar dinamis. Album ini mengukuhkan formasi duo Endah N Rhesa, tidak lagi sebagai proyek album solo Endah. Tahun 2006, Endah N Rhesa merilis mini album "Real Live" yang direkam secara 'live' dengan beberapa materi baru. Hingga akhirnya mereka merilis album "Nowhere To Go" secara resmi pada tahun 2009 bekerja sama dengan label indie Jakarta, demajors Independent Music Industry (dIMI). Perbedaan antara "Nowhere To Go" tahun 2009 dengan album dengan judul yang sama sebelumnya adalah Endah N Rhesa merekam ulang kembali materi dengan kualitas audio yang lebih baik dari sebelumnya, menggambar ulang desain sampul album tersebut, serta menambah materi baru dan menghilangkan beberapa materi lama. Lagu-lagu yang menjadi single di album "Nowhere To Go" adalah "I Don't Remember", "When You Love Someone", dan "Living with Pirates". Kemudian tahun 2010, Endah N Rhesa merilis album "Look What We've Found" bekerja sama dengan demajors. Lagu-lagu yang menjadi single dari album "Look What We've Found" adalah "Tuimbe (Let's Sing)", "Kou-kou the Fisherman", dan "Wish You Were Here".

[YOUTUBE]


[/youtube]
0
11.8K
48
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan