Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

multivitaminsAvatar border
TS
multivitamins
Remaja Indonesia Semakin Sadis
JAKARTA - Apa yang terjadi dengan remaja Indonesia sekarang? Perilaku mereka semakin mencemaskan. Di Jakarta, hanya karena sakit hati, seorang pemuda nekat menghabisi nyawa mantan pacarnya sendiri. Lebih edan lagi, karena aksi sadis itu dibantu kekasihnya sekarang.

Ade Sara Angelina Suroto (19), ditemukan tewas di ruas Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) Km 49, Bintara, Bekasi - Jawa Barat, Rabu (5/3).

Dua tersangka pembunuh Sara --sapaan almarhumah-- justru dibekuk polisi saat datang melayat. Sebab, mereka tak lain adalah teman dekat korban.

Yakni, mantan pacar Sara, Ahmad Imam Al Hafitd (20), dan pacar Hafitd saat ini, Assyifah Anggraini (19). Motif keduanya nekat membunuh korban karena sakit hati.

Mayat Sara ditemukan petugas Jasa Marga Didin Hermansyah pada pukul 06.30, Rabu. Korban yang mengenakan gelang Java Jazz itu dikenali melalui identitas e-KTP. Setelah keluarga dihubungi, jenazah dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk diautopsi.

Jumat (7/3) pukul 12.00, Sara dimakamkan di TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur, diwarnai isak tangis keluarga teman-teman almarhumah.

Polisi berhasil mengungkap kasus ini dari keterangan orang terdekat korban. Tersangka Hafitd ditangkap pada Kamis (6/3) sekitar jam 16.00. Dia ditangkap di RSCM pada saat melayat korban. Tersangka seperti menghilangkan jejak dengan mendatangi korban. Satu jam kemudian, polisi menangkap Syifa --Assyifah-- di kawasan Pulomas, Jakarta Timur.

Keterangan yang dihimpun, motif pembunuhan itu adalah Hafitd sakit hati kepada korban yang tidak mau dihubungi lagi. Di sisi lain, Syifa yang menjadi kekasih Hafitd sekarang merasa cemburu kemungkinan mereka berhubungan kembali. Keduanya pun bersekongkol merencanakan pembunuhan tersebut.

Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, alur pembunuhan berawal dari Syifa yang mengajak bertemu Sara pada Selasa (4/3). Sebelumnya, kepada keluarga, Sara pamit untuk pergi les bahasa Jerman, sekaligus menginap di rumah temannya di Rawamangun, Jakarta Timur.

Sara dan Syifa kemudian bertemu di dekat Stasiun Kereta Api Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Di sana, Hafitd juga menunggu. Kedua pelaku membujuk Sara bersedia ikut mereka di mobil KIA Visto.

Di dalam mobil, korban sempat bicara tidak suka. Terjadilah cekcok mulut saat Hafitd menanyakan penyebab susah komunikasi. Karena kesal, Hafitd memukul korban dengan sepatu milik Syifa.

Korban sempat menggigit lengan Hafitd. Namun, Syifa memegangi tubuh korban hingga terjadilah penganiayaan. Dengan kondisi masih menyetir Hafitd menyetrum tubuh korban dengan sebuah alat. Korban pun pingsan. Nah, saat itu-lah Syifa menyumpal mulut korban dengan koran. Hasil visum menunjukkan korban meninggal dunia akibat kertas yang menyumbat tenggorokan.

Sadar korban sudah meninggal, pasangan kekasih ini lantas berkeliling dari Rawamangun menuju Jakarta Selatan, hingga larut malam. Nah, sekitar pukul 04.00, Rabu (5/3) keduanya memutuskan membuang Sara di ruas tol.

Ditemui saat pemakaman, rekan korban di tempat les, Nadia Amanda Pritami (22), mengaku sempat berkomunikasi sesaat sebelum pembunuhan tersebut. Bahkan, satu hari sebelumnya, Minggu (2/3), Nadia bareng Sara nonton Java Jazz Festival.

”Ketika itu sempat curhat juga. Dia punya tujuh mantan. Yang paling lama itu Hafitd,” kata Nadia.

Nadia mengaku masih berkomunikasi melalui WhatsApp dengan Sara pada Senin. Sara menyampaikan masih menunggu temannya di dekat Stasiun Gondangdia. Sebenarnya, Nadia hendak menanyakan mengapa Sara tidak kunjung datang ke tempat les bahasa Jerman, di Goetha Institute, Jakarta Pusat. Padahal, waktu les sudah tiba pukul 18.30.

“Saya tanya karena biasanya dia tidak pernah terlambat,” kata Nadia yang kenal korban dua bulan terakhir.

Sara pada komunikasi terakhir itu sempat mengirim pesan ke Nadia, bahwa dia tidak nyaman dengan kondisi saat itu. Namun, sampai jam 20.00, tidak ada komunikasi lagi. Handphone korban malah tidak aktif lagi.

”Yang saya tahu dari curhat almarhumah, Hafitd orang pencemburuan. Misalnya, tidak boleh foto dengan cowok lainnya,” kisah Nadia. Kedua pelaku dan korban adalah teman SMA 36, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.

TURUT BERDUKA DI TWITTER

Yang menarik, demi membangun alibi, selain melayat ke RS, kedua pelaku juga sempat bercuit soal kabar duka kematian Sara di Twitter. “Ya Allah innalilahiwainalilahirajiun… Semoga diterima di sisi-Nya, ya Tuhan, maafkan kesalahan,” kicau akun @HafitdASO pada Rabu.
Syifa tak mau kalah. Dia juga me-retweet cuitan kawannya soal kabar kematian Sara.

Yang lebih mengagetkan, berdasarkan keterangan teman-teman korban, ditemukan kertas di samping jenazah bertuliskan “mampus, luh”, setelah Hafitd datang melayat di RSCM. Diduga kertas itu ditaruh Hafitd, sebelum akhirnya dibekuk polisi. Kini, proses hukum berjalan di Polres Metro Bekasi. (yuz/jpnn/zal/k7)

sumber


Perilaku Sadis Generasi Muda
DALAM sepekan ini masyarakat disuguhkan peristiwa sadis yang dilakukan segelintir anak-anak muda. Perilaku mereka seperti di luar nalar, seperti dengan gampangnya menghilangkan nyawa orang lain hanya karena persoalan cinta.

Contohnya, sepasang kekasih menghilangkan nyawa Ade Sara, gadis Cilandak Jakarta Selatan karena persoalan cinta. Padahal mereka bertiga berteman. Kasus lainnya, siswi SMP warga Bogor dibunuh dan mayatnya dibuang di Pamulang, Jakarta Selatan.

Sehari setelah itu segerombol remaja bermotor, salah satunya perempuan, menyerang kelompok lainnya. Aksi ini mengakibatkan satu gadis remaja terbunuh (Pos Kota, 12/3). Pemicunya juga persoalan cinta. Tren terbaru, menyerang pakai air keras. Tujuannya mungkin bukan untuk membunuh, tapi tindakan itu jelas membahayakan. Beberapa kejadian di atas hanya sebagian kecil dari kejadian-kejadian mengerikan yang dilakukan anak muda.

Menilik sederet peristiwa tersebut, kita perlu merenung. Aksi kekerasan dengan pelaku dan korban adalah remaja kini kian mencemaskan. Persoalan kecil seperti cemburu, cinta segi tiga lainnya diselesaikan dengan cara mengerikan. Fenomena perilaku sadis di kalangan remaja seperti di luar nalar. Tapi itulah faktanya.

Perilaku negatif yang dilakukan segelintir anak-anak muda, tak bisa lagi dikategorikan sebagai kenakalan biasa. Mereka sudah bertindak kriminal dan harus berhadapan dengan hukum. Gejala negatif ini tentu tidak bisa dibiarkan, harus dicari akar penyebabnya.

Beberapa pengamat berpendapat, media ikut memberi kontribusi terhadap perilaku negatif anak dan remaja. Tayangan televisi, media oline, akses internet yang mudah dijangkau, ikut membentuk mental dan moral anak dan remaja.

Pandangan ini bisa jadi ada benarnya. Di era serba digital saat ini kita memang tidak bisa membendung derasnya kemajuan teknologi informasi. Tapi di sisi lain kita juga tak bisa sepenuhnya mengkambinghitamkan media. Karena tidak sedikit pula anak dan remaja bisa menyaring apa yang mereka terima.

Tindakan kekerasan yang dilakukan anak-anak muda adalah tanggung jawab bersama, keluarga, sekolah, lingkungan dan pemerintah. Perisai pertama adalah keluarga. Tapi yang lebih bertanggung jawab adalah negara, dalam hal ini adalah pemimpin negara. Karena pemimpin seharusnya bisa menjamin rakyatnya hidup aman dan nyaman.**

http://m.poskotanews.com/2014/03/14/...nerasi-muda-2/

gimana nggak sadis tontonannya di TV sadis yang menjadi tuntunan...
0
2.6K
19
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan