2903hadehateAvatar border
TS
2903hadehate
Indonesia Ingin Produksi Pesawat Tempur dan Pesawat Tanpa Awak
MENUJU KEMANDIRIAN ALUTSISTA




Surabaya (MI) : Komisi Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sedang gencar melakukan pembinaan industri pertahanan. Komisi yang bekerja lintas kementerian ini merencanakan program pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru dan masa depan, seperti pesawat tempur dan pesawat tanpa awak.

Seperti yang dilansir dari situs berita Sekretariat Kabinet RI, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yosgiantoro menyebutkan, KKIP terus melakukan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan secara bertahap dan berkelanjutan. langkah yang diambil pemerintah adalah dengan melakukan joint research and development (kerjasama riset dan pengembangan) maupun joint production (kerjasama produksi).

"KKIP juga telah menetapkan beberapa program nasional, menerbitkan cetak biru riset alpahankam, serta merumuskan roadmap produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan," ujar Purnomo di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan anggota KKIP di Surabaya, Jawa Timur,Rabu (13 /3).

Purnomo yang juga selaku Ketua Harian Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) KKIP menyebutkan, pihaknya ditugaskan untuk mewujudkan industri pertahanan andal dan mandiri bagi Indonesia. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menciptakan rencana dan disain industri pertahanan dalam cetak biru jangka panjang.

Cetak biru yang disebutkan oleh Purnomo antara lain terkait dengan pembangunan produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) masa depan. Menhan menyebutkan, KKIP telah mencanangkan program new future products, meliputi pesawat tempur, pesawat angkut, kapal selama, kapal perang atas air, roket, peluru kendali, pesawat terbang tanpa awak, radar, combat management system, alat komunikasi, amunisi kaliber besar, bom udara, torpedo, propelan, kendaraan tempur, serta kendaraan taktis.


Sumber : Metrotvnews

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia



Wulung UAV: Pesawat Tanpa Awak Pengawal Perbatasan RI



Kepadatan lalu lintas penerbangan di lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, boleh jadi bakal meningkat. Pasalnya di pangkalan udara yang landasannya juga digunakan bersama PT. Angkasa Pura untuk melayani penerbangan sipil, sebentar lagi akan ketempatan skadron pesawat baru. Saat ini, lanud Supadio bisa disebut sebagai pangkalan strategis TNI AU, karena wilayahnya relatif dekat dengan perbatasan RI – Malaysia, hingga lanud Supadio dipercaya sebagai home base dari Skadron Udara 1 yang berisi jet tempur Hawk 100/200.

Nah, bila tak ada aral melintang, jadwalnya pada kisaran awal tahun ini akan ditempatkan satu skadron baru di lanud Supadio. Dan, skadron baru ini terbilang unik, dan belum ada tandingannya di Indonesia, yakni skadron Pesawat Udara Nirawak (PUNA) atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Kepastian akan hadirnya skadron UAV merupakan jawaban yang cukup lama, setelah ide pembentukannya dicetuskan pada tahun 2000-an

Meski belum diketahui label resmi skadron UAV TNI AU ini, tapi disebutkan skadron ini akan dilengkapi pesawat dengan komposit, yakni terdiri dari dua tipe. Berbeda dengan skadron tempur TNI AU, yang umumnya tiap skadron menggunakan satu jenis pesawat. Maka skadron UAV TNI AU nantinya akan diperkuat pesawat tipe Wulung dan Heron. Yang jadi andalan utama di skadron ini adalah Heron. UAV buatan Malat, divisi dari IAI (Israel Aerospace Industries) ini tergolong canggih, Heron dapat terbang sejauh 350 km dan mampu terbang terus menerus hingga 52 jam. Dengan kecepatan maksimum 207 km/jam, Heron dengan ketinggian terbang hingga 10.000 meter memang layak menjadi spy plane. Rencananya, TNI AU akan memboyong 4 unit Heron ke lanud Supadio.

Kepadatan lalu lintas penerbangan di lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, boleh jadi bakal meningkat. Pasalnya di pangkalan udara yang landasannya juga digunakan bersama PT. Angkasa Pura untuk melayani penerbangan sipil, sebentar lagi akan ketempatan skadron pesawat baru. Saat ini, lanud Supadio bisa disebut sebagai pangkalan strategis TNI AU, karena wilayahnya relatif dekat dengan perbatasan RI – Malaysia, hingga lanud Supadio dipercaya sebagai home base dari Skadron Udara 1 yang berisi jet tempur Hawk 100/200.

Nah, bila tak ada aral melintang, jadwalnya pada kisaran awal tahun ini akan ditempatkan satu skadron baru di lanud Supadio. Dan, skadron baru ini terbilang unik, dan belum ada tandingannya di Indonesia, yakni skadron Pesawat Udara Nirawak (PUNA) atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Kepastian akan hadirnya skadron UAV merupakan jawaban yang cukup lama, setelah ide pembentukannya dicetuskan pada tahun 2000-an

Meski belum diketahui label resmi skadron UAV TNI AU ini, tapi disebutkan skadron ini akan dilengkapi pesawat dengan komposit, yakni terdiri dari dua tipe. Berbeda dengan skadron tempur TNI AU, yang umumnya tiap skadron menggunakan satu jenis pesawat. Maka skadron UAV TNI AU nantinya akan diperkuat pesawat tipe Wulung dan Heron. Yang jadi andalan utama di skadron ini adalah Heron. UAV buatan Malat, divisi dari IAI (Israel Aerospace Industries) ini tergolong canggih, Heron dapat terbang sejauh 350 km dan mampu terbang terus menerus hingga 52 jam. Dengan kecepatan maksimum 207 km/jam, Heron dengan ketinggian terbang hingga 10.000 meter memang layak menjadi spy plane. Rencananya, TNI AU akan memboyong 4 unit Heron ke lanud Supadio.

Lain halnya dengan Wulung, UAV ini teknologinya jangan disamakan dengan Heron yang telah dipakai oleh banyak negara. Wulung tidak lain adalah buatan Dalam Negeri yang dibangun secara gotong royong oleh PT. Dirgantara Indonesia, LEN (Lembaga Elektronik Nasional), dan BPPT. Dalam proyek Wulung, PT DI bertanggung jawab atas produksi pesawat dan Lembaga Elektronik Nasional (LEN) yang mengerjakan sistem komunikasi dan elektroniknya.



Secara teknologi, LEN menyiapkan Wulung untuk misi pemantau untuk obyek permukaan, termasuk di dalamnya kelengkapan GPS dan kamera/video intai. Untuk sistem kendalinya, LEN menempatkan moda auto pilot surveillance dan on board system untuk kendali terbang. Dengan jarak jelajah hingga 200 km, Wulung akan di dukung oleh mobile ground station, sehingga data yang sedang diamati dapat terpantau secara real time.


Kepadatan lalu lintas penerbangan di lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, boleh jadi bakal meningkat. Pasalnya di pangkalan udara yang landasannya juga digunakan bersama PT. Angkasa Pura untuk melayani penerbangan sipil, sebentar lagi akan ketempatan skadron pesawat baru. Saat ini, lanud Supadio bisa disebut sebagai pangkalan strategis TNI AU, karena wilayahnya relatif dekat dengan perbatasan RI – Malaysia, hingga lanud Supadio dipercaya sebagai home base dari Skadron Udara 1 yang berisi jet tempur Hawk 100/200.

Nah, bila tak ada aral melintang, jadwalnya pada kisaran awal tahun ini akan ditempatkan satu skadron baru di lanud Supadio. Dan, skadron baru ini terbilang unik, dan belum ada tandingannya di Indonesia, yakni skadron Pesawat Udara Nirawak (PUNA) atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Kepastian akan hadirnya skadron UAV merupakan jawaban yang cukup lama, setelah ide pembentukannya dicetuskan pada tahun 2000-an

Meski belum diketahui label resmi skadron UAV TNI AU ini, tapi disebutkan skadron ini akan dilengkapi pesawat dengan komposit, yakni terdiri dari dua tipe. Berbeda dengan skadron tempur TNI AU, yang umumnya tiap skadron menggunakan satu jenis pesawat. Maka skadron UAV TNI AU nantinya akan diperkuat pesawat tipe Wulung dan Heron. Yang jadi andalan utama di skadron ini adalah Heron. UAV buatan Malat, divisi dari IAI (Israel Aerospace Industries) ini tergolong canggih, Heron dapat terbang sejauh 350 km dan mampu terbang terus menerus hingga 52 jam. Dengan kecepatan maksimum 207 km/jam, Heron dengan ketinggian terbang hingga 10.000 meter memang layak menjadi spy plane. Rencananya, TNI AU akan memboyong 4 unit Heron ke lanud Supadio.

Lain halnya dengan Wulung, UAV ini teknologinya jangan disamakan dengan Heron yang telah dipakai oleh banyak negara. Wulung tidak lain adalah buatan Dalam Negeri yang dibangun secara gotong royong oleh PT. Dirgantara Indonesia, LEN (Lembaga Elektronik Nasional), dan BPPT. Dalam proyek Wulung, PT DI bertanggung jawab atas produksi pesawat dan Lembaga Elektronik Nasional (LEN) yang mengerjakan sistem komunikasi dan elektroniknya.

Secara teknologi, LEN menyiapkan Wulung untuk misi pemantau untuk obyek permukaan, termasuk di dalamnya kelengkapan GPS dan kamera/video intai. Untuk sistem kendalinya, LEN menempatkan moda auto pilot surveillance dan on board system untuk kendali terbang. Dengan jarak jelajah hingga 200 km, Wulung akan di dukung oleh mobile ground station, sehingga data yang sedang diamati dapat terpantau secara real time.

Setelah resmi hadir di Indonesia, besar kemungkinan Heron dan Wulung belum diberi beban untuk misi patroli yang berbau tempur, alias hadir tanpa senjata. Kedua UAV ini lebih dikedepankan untuk misi pengamatan wilayah di perbatasan, penanganan kebakaran hutan, dan pembuatan hujan buatan. Tapi tetap ada peluang jika suatu waktu dibutuhkan, UAV ini berubah menjadi UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle), seperti halnya Northrop Grumman Global Hawk dan General Atomics MQ-9 Reaper yang wara wiri melepaskan rudal memburu Al Qaeda dan Taliban di Afghanistan – Pakistan. Peluang terbesar untuk menjadi UCAV di kemudian hari jelas ada di Heron, pesawat buatan Israel ini pasalnya dapat menggotong ‘sesuatu’ hingga bobot 250 kg. Sementara si Wulung hanya bisa menggotong beban 20 – 25 kg.

Penggunaan UAV untuk jangka pendek, lebih ditekankan sebagai langkah meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memantau wilayah-wilayah di perbatasan. Bandingkan dengan pola pengawasan perbatasan selama ini yang mengandalkan tenaga ribuan personel. Sedangkan jika menggunakan pesawat reguler, tetap membutuhkan konsumsi bahan bakar yang tidak sedikit, alhasil pengawasan tidak maksimal. Merujuk pada kemampuan Heron yang bisa mengudara 52 jam non stop sambil mengintai, tentu ini merupakan suatu solusi. Sebagai perbandingan, Wulung bisa mengudara non stop selama 4 jam.


Inspeksi perangkat sensor Wulung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Diubah oleh 2903hadehate 14-03-2014 04:07
0
4.1K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan