- Beranda
- Komunitas
- News
- MLM, Member Get Member, & Sejenisnya
Yuks berbagi pengalaman di dunia MLM (buat yg sukses maupun yg gagal)


TS
farah1985
Yuks berbagi pengalaman di dunia MLM (buat yg sukses maupun yg gagal)
Beberapa bulan terakhir ini, mulai bermunculan MLM baru yg menjual berbagai macam produk. Mulai dari kosmetik, obat herbal, umroh/haji plus, pulsa, dan masih banyak lagi. Sy membuat thread ini sekedar untuk berbagi pengalaman, bukan untuk menjatuhkan MLM apapun.
Sy mengenal dunia mlm ketika kelas 3 SMA (sekitar 12 thn yg lalu). Pada saat itu, rasa penasaran dgn mlm membuat sy sungguh2 ingin terjun di dunia itu apalagi jika membayangkan doktrin upline untuk mencapai kebebasan finansial di usia muda (pada saat itu umur sy 17 tahun dan berharap bs bebas finansial di usia 20 thn). Pada saat itu, di MLM yg pertama, yg produknya barang kebutuhan sehari2 (seperti mi instan, kopi, pasta gigi, produk kecantikan, dll), sy GAGAL TOTAL. Bagaimana tidak, jika ingin berhasil, sy dituntut untuk bisa mendapatkan downline dan tutup poin setiap bulannya. Siapa yg mau jd downline anak SMA yg masih blum tau apa2, blum punya apa2, bahkan untuk ongkos transport ke sekolah saja masih harus minta sama org tua? Bagaimana bisa sy mengajak orang lain untuk hidup sukses sementara sy sendiri masih bergantung sama org tua? Di sisi lain, sy harus berusaha u/ tutup poin demi mengejar bonus bulanan. Berhubung barangnya cukup mahal dibandingkan produk sejenis yg dijual bebas ditambah sy yg malu berjualan kepada kenalan apalagi dgn org yg tidak dikenal, dagangan sy tidak pernah laku. Dan demi menutup poin, akhirnya sy membujuk mama untuk selalu membeli produk2 MLM tersebut setiap bulan (dengan harga yg cukup mahal tentunya!). Baru 3 bulan berjalan, saya menyerah.
Beberapa bulan setelah sy berhenti di MLM pertama (saat itu sy masih SMA kls 3), sy diajak sepupu untuk ikut presentasi MLM kosmetik syariah. Berhubung sy masih penasaran dgn MLM, sy join lagi. Siapatau kali ini sy berhasil menjadi peraih reward termuda. Dgn adanya label "syariah" di belakang MLM tersebut, sy yakin akan banyak org yg bs sy rekrut menjadi downline. Namun ternyata hasilnya sama saja. Sy tidak berhasil mendapatkan satu org pun downline dan uang jajan dari org tua kuhabiskan hanya untuk membeli kosmetik mahal. Saat itu sy sudah kapok untuk ikut MLM.
Berikutnya, beberapa tahun kemudian, saat itu sy sudah kuliah di fakultas kedokteran smester akhir, seorang junior di fakultas yg sama, yg selama ini dikenal cerdas dan ganteng (ehm), mengajak saya untuk masuk MLM pulsa dengan memperlihatkan bukti sms banking bahwa dia telah menerima bonus beberapa ratus ribu rupiah, padahal dia baru join sekitar sebulan. Mungkin bila yg menawari sy seseorang yg tidak populer atau biasa2 saja dikampus, sy akan menolak tawaran itu. Tapi yg menawari kali ini adalah seseorang yg cukup terpercaya dan meyakinkan, dia juga berjanji u/ membantu sy mendapatkan downline. Setelah sy pelajari sistem dan harga produknya, lumayan murah, selisih sekitar 200-300 rupian dari harga penjual pulsa pada umumnya. Harga bergabung membernya juga nggak mahal2 amat, kalau tidak salah sekitar 180rb. Kalaupun sy tdk berhasil mendapat member, sy tdk rugi-rugi amat, kan pulsanya dipakai sendiri. Dgn pertimbangan itu, akhirnya sy kembali menekuni dunia MLM.
Pengalaman di MLM sy yg ketiga ini berbeda dgn MLM yg pertama dan kedua. Saat itu sy cukup sukses membina jaringan dan berhasil mendapatkan bonus bulanan. Mungkin, salah satu penyebab yg membuat orang mau jadi downlineku adalah karena sy seorang mahasiswa fakultas kedokteran yg cukup meyakinkan ketika berbicara, sama seperti waktu sy mau menjadi downline junior sy itu. Namun kesibukan sy di rumah sakit sewaktu koass, membuat sy tidak bs lagi mencari downline. Bahkan untuk membeli pulsa pun sy kembali membelinya di penjual pulsa di pinggir jalan. Soalnya jujur saja, kalau mau isi pulsa dgn MLM tersebut, agak ribet juga rasanya, karena mesti deposit pulsa dulu, trus kirim sms laporan, trus tunggu konfirmasi (blum lagi kalau operatornya lemot), jadinya sy dan para downline ku kembali memilih u/ membeli pulsa secara konvensional. Tahun berikutnya, MLM tersebut sepertinya sudah gulung tikar. Ruko yg dulu menjadi t4 pertemuan dan stokis pulsa kini sudah disewa org lain dan dijadikan t4 jualan makanan. Website resminya masih ada, namun sy lihat produknya sudah berubah menjadi makanan kesehatan / produk herbal. Aneh kan?? Untung sj para downline ku tidak ada yg komplain, mungkin karena uang pendaftarannya cukup murah (sekitar 180 rb) dan dulu mereka juga pernah menggunakan fasilitas deposit n jual pulsanya. Sukurlahh... setidaknya sy tidak memiliki beban moral kepada para downline saya dan hubungan silaturahmi kami tetap terjalin baik sampai saat ini. Lagi-lagi saya gagal di dunia MLM.
Terakhir, beberapa bulan yg lalu, seorang sahabat dekat menawari lagi sebuah MLM. Kali ini produknya adalah umroh dan haji plus. Sahabat sy itu juga seorang dokter dan cukup meyakinkan menurutku. Apalagi sy melihat dia juga telah berhasil mendapatkan puluhan juta rupiah dari MLM tersebut, bahkan telah meraih reward. Sebenarnya sy sdh tidak berminat untuk join MLM lagi, mengingat sy sudah memiliki cukup banyak pengalaman gagal di bidang itu. Namun sy merasa produknya cukup banyak diminati masyarakat akhir2 ini. Sy rasa semua umat muslim ingin menginjakkan kaki di tanah suci minimal sekali seumur hidup. Fasilitas yg ditawarkan pun cukup mewah, dengan harga bersaing bila dibandingkan dengan travel sejenisnya. Siapatau dgn join di bisnis ini sy bisa berangkat umroh secara gratis (itu harapan terbesarku). Selain itu, kembali dgn pertimbangan teman saya itu adalah seorang dokter yg cukup mapan dan terpercaya, sy merasa akan bisa sukses bila ikut dalam jaringannya. Sy yakin dengan profesi sy sebagai dokter dan memiliki banyak relasi, sy mampu meyakinkan banyak org untuk menjadi downline (baca: jamaah).
Betul saja, satu hari sy masuk dalam MLM itu, dengan modal 3,5 jt, langsung ada seorang teman baik yg ikut mendaftar menjadi jamaahku, dan sy langsung otomatis mendapat bonus 1,5 jt dalam rekening. Berikutnya, setiap sy melakukan presentasi dengan teman2 atau keluarga, hampir semua yg sy ajak berminat untuk bergabung. Dalam memprospek, sy hanya mengajak mereka u/ berumroh, sambil menjalankan hak usaha yg diberikan. Kalaupun mereka tidak tertarik u/ menjalankan usahanya, cukup berangkat umroh sj di travel tsb karena ada kemudahan bisa dicicil dan vocernya tidak akan hangus. Fasilitasnya pun sangat bagus dengan harga yg cukup bersaing dgn travel umroh konvensional (bukan MLM). Namun rata2 yg ingin gabung di MLM ini adalah mereka yg berharap bisa sukses dan mendapatkan penghasilan tambahan. Bahkan ada teman yg ingin mengambil paket dengan harganya sampai puluhan juta rupiah karena yakin bisa sukses menjalankan bisnis tersebut (otomatis sy juga bs mendapat bonus jutaan rupiah bila berhasil memasukkan jamaah yg mengambil paket tsb). Namun sy tidak langsung mendaftarkan mereka menjadi downline (jamaahku) karena saya kuatir apabila mereka gagal dalam MLM ini. Mencari downline itu tidak semudah yg mereka banyangkan. Bila mereka gagal, masalah ini bisa merusak tali silaturahmi dan persahabatan antara kami. Tentu saja itu menjadi beban moral tersendiri buat saya. Akhirnya hingga saat ini, yg terdaftar menjadi downlineku baru 1 orang.
Beberapa hari yg lalu, downline tunggal ku itu menelfonku, dan meminta tolong padaku untuk membantu menjualkan vocer umrohnya yg dibelinya 3,5 jt. Dia bersedia menjual murah vocer tersebut dengan harga 2 jt rupiah saja karena saat ini dia sangat membutuhkan uang tunai. Permintaan teman sy itu membuatku terbebani, pertama karena dia teman baik sy, kedua sy telah menerima bonus 1,5 jt rupiah ketika dia terdaftar menjadi downlineku dan yg ketiga sy tidak tahu harus menjual kepada siapa. Akhirnya, karena tidak ingin merusak tali silaturahmi kami, sy membeli kembali vocer tersebut seharga 3,5 jt rupiah.
Kalau ada yg mengatakan MLM itu bekerja paruh waktu, sebenarnya itu keliru. Karena bila ingin jaringan berkembang, kita harus aktif mencari downline setiap saat dan terus membantu mereka agar mereka juga aktif mencari anggota. Semakin banyak downline yg kita miliki, semakin besar tanggung jawab moral kita kepada mereka. Menurut saya, hubungan antara keluarga dan pertemanan jauh lebih berharga dibandingkan dengan bonus-bonus yg kita terima di MLM. Untuk saya pribadi, sy sudah bertekad untuk tidak terjun lagi di dunia MLM. Bagaimana dengan Anda?
Sy mengenal dunia mlm ketika kelas 3 SMA (sekitar 12 thn yg lalu). Pada saat itu, rasa penasaran dgn mlm membuat sy sungguh2 ingin terjun di dunia itu apalagi jika membayangkan doktrin upline untuk mencapai kebebasan finansial di usia muda (pada saat itu umur sy 17 tahun dan berharap bs bebas finansial di usia 20 thn). Pada saat itu, di MLM yg pertama, yg produknya barang kebutuhan sehari2 (seperti mi instan, kopi, pasta gigi, produk kecantikan, dll), sy GAGAL TOTAL. Bagaimana tidak, jika ingin berhasil, sy dituntut untuk bisa mendapatkan downline dan tutup poin setiap bulannya. Siapa yg mau jd downline anak SMA yg masih blum tau apa2, blum punya apa2, bahkan untuk ongkos transport ke sekolah saja masih harus minta sama org tua? Bagaimana bisa sy mengajak orang lain untuk hidup sukses sementara sy sendiri masih bergantung sama org tua? Di sisi lain, sy harus berusaha u/ tutup poin demi mengejar bonus bulanan. Berhubung barangnya cukup mahal dibandingkan produk sejenis yg dijual bebas ditambah sy yg malu berjualan kepada kenalan apalagi dgn org yg tidak dikenal, dagangan sy tidak pernah laku. Dan demi menutup poin, akhirnya sy membujuk mama untuk selalu membeli produk2 MLM tersebut setiap bulan (dengan harga yg cukup mahal tentunya!). Baru 3 bulan berjalan, saya menyerah.
Beberapa bulan setelah sy berhenti di MLM pertama (saat itu sy masih SMA kls 3), sy diajak sepupu untuk ikut presentasi MLM kosmetik syariah. Berhubung sy masih penasaran dgn MLM, sy join lagi. Siapatau kali ini sy berhasil menjadi peraih reward termuda. Dgn adanya label "syariah" di belakang MLM tersebut, sy yakin akan banyak org yg bs sy rekrut menjadi downline. Namun ternyata hasilnya sama saja. Sy tidak berhasil mendapatkan satu org pun downline dan uang jajan dari org tua kuhabiskan hanya untuk membeli kosmetik mahal. Saat itu sy sudah kapok untuk ikut MLM.
Berikutnya, beberapa tahun kemudian, saat itu sy sudah kuliah di fakultas kedokteran smester akhir, seorang junior di fakultas yg sama, yg selama ini dikenal cerdas dan ganteng (ehm), mengajak saya untuk masuk MLM pulsa dengan memperlihatkan bukti sms banking bahwa dia telah menerima bonus beberapa ratus ribu rupiah, padahal dia baru join sekitar sebulan. Mungkin bila yg menawari sy seseorang yg tidak populer atau biasa2 saja dikampus, sy akan menolak tawaran itu. Tapi yg menawari kali ini adalah seseorang yg cukup terpercaya dan meyakinkan, dia juga berjanji u/ membantu sy mendapatkan downline. Setelah sy pelajari sistem dan harga produknya, lumayan murah, selisih sekitar 200-300 rupian dari harga penjual pulsa pada umumnya. Harga bergabung membernya juga nggak mahal2 amat, kalau tidak salah sekitar 180rb. Kalaupun sy tdk berhasil mendapat member, sy tdk rugi-rugi amat, kan pulsanya dipakai sendiri. Dgn pertimbangan itu, akhirnya sy kembali menekuni dunia MLM.
Pengalaman di MLM sy yg ketiga ini berbeda dgn MLM yg pertama dan kedua. Saat itu sy cukup sukses membina jaringan dan berhasil mendapatkan bonus bulanan. Mungkin, salah satu penyebab yg membuat orang mau jadi downlineku adalah karena sy seorang mahasiswa fakultas kedokteran yg cukup meyakinkan ketika berbicara, sama seperti waktu sy mau menjadi downline junior sy itu. Namun kesibukan sy di rumah sakit sewaktu koass, membuat sy tidak bs lagi mencari downline. Bahkan untuk membeli pulsa pun sy kembali membelinya di penjual pulsa di pinggir jalan. Soalnya jujur saja, kalau mau isi pulsa dgn MLM tersebut, agak ribet juga rasanya, karena mesti deposit pulsa dulu, trus kirim sms laporan, trus tunggu konfirmasi (blum lagi kalau operatornya lemot), jadinya sy dan para downline ku kembali memilih u/ membeli pulsa secara konvensional. Tahun berikutnya, MLM tersebut sepertinya sudah gulung tikar. Ruko yg dulu menjadi t4 pertemuan dan stokis pulsa kini sudah disewa org lain dan dijadikan t4 jualan makanan. Website resminya masih ada, namun sy lihat produknya sudah berubah menjadi makanan kesehatan / produk herbal. Aneh kan?? Untung sj para downline ku tidak ada yg komplain, mungkin karena uang pendaftarannya cukup murah (sekitar 180 rb) dan dulu mereka juga pernah menggunakan fasilitas deposit n jual pulsanya. Sukurlahh... setidaknya sy tidak memiliki beban moral kepada para downline saya dan hubungan silaturahmi kami tetap terjalin baik sampai saat ini. Lagi-lagi saya gagal di dunia MLM.
Terakhir, beberapa bulan yg lalu, seorang sahabat dekat menawari lagi sebuah MLM. Kali ini produknya adalah umroh dan haji plus. Sahabat sy itu juga seorang dokter dan cukup meyakinkan menurutku. Apalagi sy melihat dia juga telah berhasil mendapatkan puluhan juta rupiah dari MLM tersebut, bahkan telah meraih reward. Sebenarnya sy sdh tidak berminat untuk join MLM lagi, mengingat sy sudah memiliki cukup banyak pengalaman gagal di bidang itu. Namun sy merasa produknya cukup banyak diminati masyarakat akhir2 ini. Sy rasa semua umat muslim ingin menginjakkan kaki di tanah suci minimal sekali seumur hidup. Fasilitas yg ditawarkan pun cukup mewah, dengan harga bersaing bila dibandingkan dengan travel sejenisnya. Siapatau dgn join di bisnis ini sy bisa berangkat umroh secara gratis (itu harapan terbesarku). Selain itu, kembali dgn pertimbangan teman saya itu adalah seorang dokter yg cukup mapan dan terpercaya, sy merasa akan bisa sukses bila ikut dalam jaringannya. Sy yakin dengan profesi sy sebagai dokter dan memiliki banyak relasi, sy mampu meyakinkan banyak org untuk menjadi downline (baca: jamaah).
Betul saja, satu hari sy masuk dalam MLM itu, dengan modal 3,5 jt, langsung ada seorang teman baik yg ikut mendaftar menjadi jamaahku, dan sy langsung otomatis mendapat bonus 1,5 jt dalam rekening. Berikutnya, setiap sy melakukan presentasi dengan teman2 atau keluarga, hampir semua yg sy ajak berminat untuk bergabung. Dalam memprospek, sy hanya mengajak mereka u/ berumroh, sambil menjalankan hak usaha yg diberikan. Kalaupun mereka tidak tertarik u/ menjalankan usahanya, cukup berangkat umroh sj di travel tsb karena ada kemudahan bisa dicicil dan vocernya tidak akan hangus. Fasilitasnya pun sangat bagus dengan harga yg cukup bersaing dgn travel umroh konvensional (bukan MLM). Namun rata2 yg ingin gabung di MLM ini adalah mereka yg berharap bisa sukses dan mendapatkan penghasilan tambahan. Bahkan ada teman yg ingin mengambil paket dengan harganya sampai puluhan juta rupiah karena yakin bisa sukses menjalankan bisnis tersebut (otomatis sy juga bs mendapat bonus jutaan rupiah bila berhasil memasukkan jamaah yg mengambil paket tsb). Namun sy tidak langsung mendaftarkan mereka menjadi downline (jamaahku) karena saya kuatir apabila mereka gagal dalam MLM ini. Mencari downline itu tidak semudah yg mereka banyangkan. Bila mereka gagal, masalah ini bisa merusak tali silaturahmi dan persahabatan antara kami. Tentu saja itu menjadi beban moral tersendiri buat saya. Akhirnya hingga saat ini, yg terdaftar menjadi downlineku baru 1 orang.
Beberapa hari yg lalu, downline tunggal ku itu menelfonku, dan meminta tolong padaku untuk membantu menjualkan vocer umrohnya yg dibelinya 3,5 jt. Dia bersedia menjual murah vocer tersebut dengan harga 2 jt rupiah saja karena saat ini dia sangat membutuhkan uang tunai. Permintaan teman sy itu membuatku terbebani, pertama karena dia teman baik sy, kedua sy telah menerima bonus 1,5 jt rupiah ketika dia terdaftar menjadi downlineku dan yg ketiga sy tidak tahu harus menjual kepada siapa. Akhirnya, karena tidak ingin merusak tali silaturahmi kami, sy membeli kembali vocer tersebut seharga 3,5 jt rupiah.
Kalau ada yg mengatakan MLM itu bekerja paruh waktu, sebenarnya itu keliru. Karena bila ingin jaringan berkembang, kita harus aktif mencari downline setiap saat dan terus membantu mereka agar mereka juga aktif mencari anggota. Semakin banyak downline yg kita miliki, semakin besar tanggung jawab moral kita kepada mereka. Menurut saya, hubungan antara keluarga dan pertemanan jauh lebih berharga dibandingkan dengan bonus-bonus yg kita terima di MLM. Untuk saya pribadi, sy sudah bertekad untuk tidak terjun lagi di dunia MLM. Bagaimana dengan Anda?
0
4.8K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan