- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
Iko Uwais: Gagal di Sepak Bola, Sukses di Pencak Silat


TS
mitrawicaksana
Iko Uwais: Gagal di Sepak Bola, Sukses di Pencak Silat
Quote:

Iko Uwais awalnya berlatih keras untuk menjadi pesepakbola nasional, tapi kemudian berubah jalur ke pencak silat dan kini menjadi aktor.
Iko Uwais iri saat pertama kali melihat teman-temannya yang jadi gagah memakai pakaian silat. Ia pun memutuskan untuk bergabung dengan padepokan Tiga Berantai yang dikelola sang Paman. Namun silat bukanlah fokus awal Iko Uwais. Sejak tahun 1993, suami Audy Item ini menekuni sepak bola. Hingga akhirnya pada tahun 2003, Iko menjadi pemain Divisi II Liga Indonesia.
Cita-citanya memang menjadi pesepakbola nasional. Mimpi tersebut terus dia kejar. Sampai-sampai dia melupakan rasa pede-nya saat mengenakan baju silat yang dibuat oleh sang Ibu. Beberapa kali Iko juga mangkir dari latihan silat di Tiga Berantai. Padahal, sang paman, Haji Ahmad Gunawan, merupakan guru besar di padepokan silat tersebut.
“Biasa gue sore latihan bola dan malamnya silat. Karena bola beberapa kali gue mangkir dari latihan silat. Sampai akhirnya muka gue ditunjuk sama Uwak (Paman) gue sendiri. Dia bilang ‘berapa uang dari main bola?’. Gue jawab 50 ribu. Terus dia bilang, ‘gue ganti 50 ribu. Lo main bola nggak akan ke mana-mana. Tapi kalo main silat, lo bakalan keluar negeri dan pergi ke mana-mana,” ungkap Iko menirukan nasihat sang paman.
Nasihat sang paman lalu menjadi cambukan yang luar biasa keras bagi Iko Uwais. Apalagi, sejak saat itu nasib grup sepakbola yang dia perkuat berujung pailit. Dia pun lebih rajin lagi untuk berlatih pencak silat.
Pada tahun 2005, Iko Uwais mengikuti Jambore Nasional. Kala itu tangannya penuh dengan luka setelah berlatih jurus dengan menggunakan golok. Namun hal tersebut tidak menghalangi Iko untuk terus maju. Sampai akhirnya dia berhasil menjadi satu-satunya wakil DKI Jakarta dalam cabang pencak silat.
“Ada tujuh jahitan di sekujur badan gue, awalnya sudah pesimis dan nggak bakal menang, karena tangan masih pada diperban dan luka masih pada basah. Tapi gue salah, ternyata gue malah menang untuk kategori Penampil Terbaik Tunggal Dewasa dan berhasil mewakili DKI Jakarta,” jelas Iko bangga.
Sejak berhasil menjadi juara dalam Jambore Nasional pada tahun 2005, nama Iko terus dikenal di kalangan dunia pencak silat. Pada Mei 2006, Iko kemudian diundang untuk masuk ke dalam divisi antar bangsa dan memperkenalkan pencak silat ke Inggris dalam ajang UK Open.
Dari Inggris, pencak silat kembali membawa Iko untuk terbang ke Rusia pada November 2006. “Di Rusia masih sama, gue melakukan exhibition, di sana gue pergi untuk mempertunjukkan pencak silat di dua kota,” ujarnya.
Sampai kemudian Iko kembali melanjutkan perjalanannya ke Prancis dalam acara temu atlet beladiri dari seluruh dunia pada tahun 2008. Di sana dia berhasil menempatkan pencak silat dalam kategori beladiri terbaik nomor 10 di dunia.
“Ternyata benar apa kata Uwak gue. Pencak silat benar-benar bawa gue keliling dunia. Beruntung gue disumpahin sama uwak gue, yang tadinya cuma 50 ribu sekarang bisa berlipat-lipat. Mungkin ini semua nggak akan gue dapetin kalo gue meneruskan karier gue di sepakbola,” ujarnya terbahak.
Wajah Iko terus berseri-seri setelah menceritakan kisah lamanya tentang pencak silat. Terlihat sekali Iko merasa bahagia dan bersyukur karena telah mendengarkan nasihat sang paman. Kini Iko tidak lagi mengenakan baju silat untuk sekedar menaikkan rasa percaya diri atau melestarikan budaya bangsa.
“Sekarang menjadinya kebutuhan kesehatan dan materi,” celetuk Iko, terpingkal.
GABUNG DENGAN THE RAID
Sepulangnya dari Prancis, Iko Uwais melanjutkan hidupnya dengan menjadi seorang driver operasional di sebuah perusahaan Telekomunikasi. Saat itulah dia bertemu dengan Gareth Evans dan istrinya, Maya.
Saat itu, Gareth sedang memproduksi film dokumenter soal silat. Dia mendatangi hampir semua perguruan silat terbesar yang ada di Padang, Jakarta dan Jawa Barat. Di Jakarta, Gareth mencari tahu tentang padepokan silat Betawi. Kemudian dia berkunjung di padepokan silat di mana Iko berlatih. Dari situlah Gareth dan istrinya Maya jatuh hati dengan gerakan silat Iko Uwais.
Iko menceritakan bahwa setelah melihatnya berlatih, pasangan suami istri tersebut memintanya untuk datang ke kantor mereka di daerah Tanah Abang, Jakarta Barat. Di sanalah Gareth Evans meyakinkan Iko untuk bergabung dengannya dalam penggarapan sebuah film layar lebar berjudul Merantau.
“Dia hire gue di sana. Gue bilang kalo gue sama sekali nggak bisa akting dan nggak biasa ada di depan kamera. Tapi dia bilang mau bantu,” jelasnya sambil mengingat.
Saat ditanya pengalaman beraktingnya pertama kali, Iko hanya tertawa. Dia bilang kalau aktingnya pertama kali sangatlah buruk. Dia juga tidak merasa nyaman berakting. Hingga akhirnya dia benar-benar memahami bahwa dunia akting dan dunia nyata di mana dia hidup berbeda.
“Gue nggak nyaman sama sekali awalnya berakting. Tapi emang semua ada batasan dan aturannya. Di situlah gue belajar untuk berakting di depan kamera dan ber-attitude di balik kamera,” ungkap Iko.
Sejak pernah merasakan kegagalan dalam mencapai cita-citanya sebagai pemain sepakbola nasional membuat Iko tidak pernah menargetkan sesuatu. Hal itu pula yang dia terapkan sejak pertama kali bermain dalam film pertamanya, Merantau, hingga bermain sebagai Rama dalam film The Raid.
Namun Iko tetap meyakinkan dirinya bahwa dia bisa mengemban tanggung jawab yang telah dipercayakan kepadanya oleh Gareth. “Waktu dikasih skrip gue cuman bilang. ‘Ini serius’. Karena dibilang serius, ya udah gue jalanin, tapi gue nggak pernah kejar target buat gimana-gimana. Semua let it flow saja,” katanya.
Dalam film The Raid, Iko memang tidak hanya bertugas dengan akting sebagai Rama saja. Tapi dia juga harus mempersiapkan koreografi pertarungan untuk film tersebut bersama rekannya, Yayan Ruhiyan. Di sana jugalah Iko menemukan keluarga baru yang mengajarinya banyak hal.
“Buat saya The Raid adalah tanggung jawab dan batu loncatan kesuksesan. Kalo nggak ada The Raid nggak akan ada gue. The Raid buat gue keluarga yang istilahnya di sini kita menyatukan semua orang yang awalnya belum kita kenal menjadi satu. Gue juga akhirnya belajar banyak hal dengan orang-orang tersebut,” tuturnya.
KAGUM PADA GARETH EVANS
Menjadi sukses secara material dan dikenal banyak orang tidak pernah terlintas sama sekali di benak ayah Atreya Syahla Putri Uwais ini. Baginya, bermain dalam film The Raid adalah tanggung jawab yang besar. Di mana dia harus menunjukkan keindahan pencak silat sebagai salah satu beladiri asli Indonesia.
Begitu pula tanggung jawabnya kepada Gareth Evans. Seorang pria bule yang mau berletih-letih memperkenalkan pencak silat ke mata dunia. Sejak pertemu untuk pertama kali, Iko tidak mengira bahwa sang sahabat akan membuat pencak silat menjadi populer seperti sekarang ini.
Saat Muvila bertanya tentang sosok Gareth Evans kepadanya, Iko tidak berhenti-hentinya memuji bos Merantau Film tersebut. Wajahnya juga terus berbinar, seolah dia sangat memuja sosok pria kelahiran Australia tersebut.
“Pencak silat nggak akan dikenal dunia tanpa dia. Kita semua khususnya gue, angkat topi sama Gareth. Dia nggak tahu Indonesia tapi mau mempelajari silat yang ada di Indonesia. Dia kupas semua tentang silat. Makanya dia buat film dia tahu pergerakan setiap shot dia perlihatkan segala angle dari seni tersebut. Dia lihat kekayaan dari silat,” ungkapnya menggebu.
Bagi Iko, Gareth merupakan sosok yang luar biasa dan menginspirasi. Dia juga banyak mengucapkan terimakasih kepada Gareth yang akhirnya membangkitkan lagi semangat Indonesia untuk mempelajari silat.
“Ini orang lain, kita nggak ada ikatan darah. Gue nggak kenal sama Gareth sama sekali awalnya, dia mau belajar silat dan mengangkat tentang silat. Gue hanya perantara. Kalo nggak ada The Raid silat pasti masih dipandang sebelah mata. Orang Indonesia mungkin tahu silat, tapi mana ada dunia tahu silat tanpa ada dia?” tanya Iko.
Iko menyampaikan bahwa sudah seharusnya masyarakat Indonesia lebih mencintai budaya sendiri. Seperti halnya Gareth, pria bule yang sangat mencintai Indonesia dengan segala budaya dan keindahannya.
Sumber
Ternyata nasehat orang tua itu tidak boleh diremehkan loh, lihat saja buktinya Iko Uwais 



anasabila memberi reputasi
1
3K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan