- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Fenomena rambut dan sepatu yang katanya menggangu proses belajar mengajar


TS
dreambandit
Fenomena rambut dan sepatu yang katanya menggangu proses belajar mengajar

hayo.. siapa yang waktu sekolah sering di razia rambutnya.. lah kalo ane sih sering,alasnnya gondong.. ya keren aja.. gondong itu kaya simbol kebebasan..

selengkapnya baca ini deh gan..
Quote:

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Tadi saya baca komentar dari beberapa guru di group pendidikan mengenai rambut siswa yang “gondrong” sehingga ada guru yang merasa perlu memotong rambut siswa secara paksa supaya bisa “rapi”. Dan diadakan “razia” di sekolah, seolah-olah rambut adalah perkara yang berbahaya seperti senjata tajam atau narkoba.
Saya ingin bertanya, kenapa ukuran rambut menjadi perkara yang perlu diperhatikan para guru, apalagi sampai semua murid dipaksakan nurut dengan pendapat guru tentang apa yang rapi dan apa yang gondrong? Apakah daya pikir anak itu akan meningkat kalau rambutnya dipotong pendek?
Yang namanya “gondrong” apakah sudah diteliti secara ilmiah? Berapa senti rambutnya yang boleh dicap gondrong? Apa ada peraturan sekolah yang melarang rambut gondrong bagi siswa? Siapa yang membuat peraturan itu? Berapa senti yang diperbolehkan? Dari mana sekolah dapat hak untuk menentukan hal itu secara sepihak, tanpa perlu peduli pada pendapat dari murid dan orang tua?
Dan saya mulai berfikir, kenapa berhenti pada urusan ukuran rambut saja? Kalau rambut perlu diperhatikan, sampai guru boleh memotong secara paksa, apa lagi yang perlu diperhatikan para guru supaya bisa ditindak juga?
Ketajaman pensil? Kurang tajam, maka guru yang akan tajamkan!
Kilatnya sepatu? Kurang kilat, maka guru akan cuci atau nyemir!
Besarnya tas sekolah? Kurang besar, maka guru akan belikan yang baru!
Panjangnya kuku? Kalau terlalu panjang, guru akan memotong dan merapikan?!
Ketinggian kaos kaki? Kurang tinggi (karena karetnya rusak), maka guru akan belikan yang baru!
Keputihan baju? Kalau baju kelihatan kurang putih, maka guru akan bawa pulang dan merendam dengan pemutih!
Bau mulut? Kalau mulutnya terlalu bau, maka guru yang akan menyikat giginya murid sampai nafasnya wangi!
Gizinya makan siang? Kalau murid makan yang dinilai kurang bergizi, maka guru akan menyediakan makanan yang lebih bergizi lagi!
Ketinggian badan? Kalau badannya kurang tinggi, maka guru akan bayar untuk les renang agar tulang punggung bisa lebih panjang!
Cepatnya jalan kaki? Kalau murid berjalan terlalu pelan, maka guru akan gendong sehingga mencapai kelas lebih cepat!
Mau teruskan dengan perkara2 apa lagi selain rambut?
Panjangnya rambut seorang murid TIDAK ADA HUBUNGAN dengan tugas guru mendidik anak di kelas. Apakah anda pernah melihat fotonya Albert Einstein? Kenapa bisa menjadi manusia yang sangat cerdas dengan rambut yang gondrong? Seharusnya ada yang potong rambutnya pendek sekali biar dia lebih mampu memahami matematika dan fisika, betul? Kok bisa dia menjadi pintar tanpa rambut pendek?
Kalau ada yang mau kutip alasan agama Islam, tolong menjelaskan kenapa Nabi Muhammad SAW boleh punya rambut panjang sampai ke bahu, yang dibelah di tengah. (Ada hadiths dengan penjelasan sosok Nabi seperti itu).
Dan dari mana guru dapat wewenang untuk menyentuh badan seorang murid secara paksa dan mengubah sesuatu pada badan anak tersebut?
Kalau rambut boleh dipotong secara paksa, apa kuku juga boleh dipotong secara paksa?
Kalau murid dinilai “kurang bersih” kulitnya, apa boleh dimandikan secara paksa?
Apa lagi yang bisa dilakukan secara paksa terhadap badan seorang murid oleh gurunya?
Kalau kulitnya terlalu “sawo matang”, apa guru boleh mengoleskan krim pemutih wajah di muka murid itu sehingga murid menjadi lebih rapi dengan muka putih dan bersih (seperti dalam iklan tivi)?
Saya tidak paham kenapa para guru boleh memiliki hak seperti itu, untuk mengubah keadaan fisik seorang murid, berdasarkan PERSEPSI guru dan pihak sekolah, karena yang disebut “gondrong” adalah sebuah persepsi. Ini sama seperti halnya “panas”. Yang panas buat saya belum tentu panas buat orang lain. Yang gondrong menurut orang A, belum tentu gondrong menurut orang B.
Sikap guru seperti ini perlu dikaji ulang, karena tidak ada manfaatnya sama sekali dari sisi pendidikan, dan hanya dilakukan oleh guru yang merasa bahwa dirinya adalah orang yang berkuasa, yang selalu boleh menentukan “benar” dan “salah” dan murid hanya perlu nurut saja dan setuju.
Kalau guru bilang “panas” tidak ada murid yang boleh mengatakan “dingin” dan pakai jaket. Guru sudah bicara. Persepsi guru selalu benar. Tugasnya murid hanya nurut dan membenarkan guru (dan menghafal semua jawaban yang “benar” tentu saja!). Dan kalau tidak mau, guru akan memaksakan kehendak terhadap murid.
Apakah itu yang disebut “pendidikan”?
Lalu murid2 itu lulus sekolah dan menjadi PNS, dan pada saat atasan mereka suruh ikut melakukan korupsi dengan memberikan tanda tangan pada laporan keuangan yang palsu.... sang pegawai NURUT SAJA, karena sudah diajarkan begitu di sekolah selama 12 tahun! Diam, nurut saja dengan yang berkuasa, jangan berani berbeda pendapat, jangan peduli pada yang benar dan salah, karena nanti akan dikasih tahu apa yang “benar” dan “salah” dan apa yang wajib dituruti oleh orang yang berkuasa (baik itu guru, maupun atasan di kantor nanti)!
Sekarang satu bangsa jadi rusak karena ada sikap seperti ini di dalam banyak (atau hampir semua?) sekolah secara nasional. Bagaimana kita bisa memajukan bangsa ini kalau para guru bukannya sibuk memikirkan daya pikir anak, dan bagaimana kita bisa menyediakan sistem pendidikan yang paling berkualitas di dunia, tetapi malah sibuk memikirkan urusan sepele seperti rambut?!?! Dan sekaligus mereka juga menyiapkan razia di sekolah untuk memaksakan semua murid nurut dengan pendapat guru tentang apa itu “gondrong” dan apa itu “rapi”!
Kasihan anak bangsa Indonesia!
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
sumber
lanjut gan..
Quote:

Rambut Gondrong Bukan Masalah Disiplin Sekolah
[Ini adalah penjelasan tambahan dari saya di group pendidikan. Kaitannya dengan post ini:
Komentar Tentang Rambut Gondrong Siswa. Semoga bermanfaat bagi teman2 yang mau berfikir ttg perkara ini.]
Sepertinya masih ada sebagian teman yang belum paham atau kurang paham masalah rambut gondrong ini. Saya akan coba menjelaskan lagi. Dengan penuh kehormatan, saya mohon teman2 bisa bersabar, dan baca tulisan saya dengan tenang, dan berusaha mengikuti penjelasan saya dulu. Semoga bisa tembus dan bisa dipahami.
Perkara rambut gondrong ini BUKAN perkara disiplin sekolah. Sekali lagi, bukan perkara disiplin. Tapi banyak teman melihatnya sebagai isu disiplin dan oleh karena itu merasa bahwa semua murid wajib nurut dengan sekolah. Kalau dilihat secara kasat mata, iya, kelihatan sebagai perkara disiplin saja. Ada aturan. Murid wajib nurut. Mau bahas apa lagi? Sederhana kan?
Betul, kalau yang dipahami adalah ini perkara disiplin, maka tentu saja jawaban seorang guru (atau orang tua) akan seperti itu, karena mereka belum memahami hakekat dari masalah ini.
Tetapi... perkara ini adalah perkara yang berkaitan dengan hal yang lebih sulit ditentukan, dan penuh dengan persepsi orang (secara individu).
Perkara rambut gondrong ini adalah perkara yang berkaitan dengan KEBENARAN, dan apa itu kebenaran, dan siapa yang berhak menentukan apa yang benar dan salah. Semua itu adalah persepsi seorang manusia, dan bisa sangat berbeda dari orang ke orang.
Kalau seandainya rambut gondrong ini adalah perkara disiplin sekolah, maka bisa dibuktikan dengan sederhana. Supaya gampang, kita ambil contoh yang lain dulu.
Narkoba. Murid dilarang bawa narkoba ke sekolah.
Pertanyaan: Apa itu “narkoba”?
Definisi: narkoba adalah zat yang adiktif, dan berbahaya (ditentukan begitu secara medis dan bukti klinis tentang narkoba bisa disediakan kalau perlu). Contohnya adalah: ganja, shabu-shabu, ekstasi, kokain, amfetamin, heroin, putaw dan sebagainya.
Alasan dilarang di sekolah: Karena sangat mengganggu proses belajar, bisa membuat anak kurang sadar, overdosis, mati mendadak, bertindak dibawah sadar (untuk menganiaya diri sendiri atau orang lain) dan sebagainya.
Sudah jelas? Ini bisa saja menjadi sebuah peraturan sekolah. Peraturan ini berkaitan dengan tata tertib, juga dengan hukum negara, berlaku di mana saja, bisa diberikan definisi, bisa dijelaskan kenapa dijadikan peraturan sekolah, dan alasan yang disediakan masuk akal. Dan bahayanya narkoba bisa dibuktikan secara medis. Ini jelas. Ini tidak bisa dibantah, karena bukan persepsi orang. Ini adalah fakta dan sangat wajar kalau ini menjadi peraturan sekolah. Gangguan terhadap proses belajar sudah jelas sekali.
Contoh lain: jam sekolah. Murid dilarang datang telat.
Pertanyaan: Apa itu “telat”?
Definisi: Telat adalah kedatangan sesudah jam 7.00 pagi. Semua kelas mulai pada jam 7.00 tepat waktu.
Alasan dilarang di sekolah: Karena sangat mengganggu proses belajar, dan sulit bagi guru untuk mengajar kalau hanya sekian persen dari muridnya hadir. Dengan banyak murid datang telat, dan guru mulai mengajar secara telat, atau ada banyak informasi yang harus diulangi untuk murid yang telat, maka proses belajar menjadi terganggu.
Sudah jelas? Ini bisa saja menjadi sebuah peraturan sekolah. Peraturan ini berkaitan dengan proses belajar-mengajar, dan kalau semua murid boleh datang jam berapa saja, maka tentu saja akan mengganggu semua rencana guru untuk mengajar pada waktu pagi itu. Penjelasan ini masuk akal sekali dan wajar kalau ini menjadi peraturan sekolah. Gangguan terhadap proses belajar sudah jelas sekali.
Sekarang, kembali ke laptop.
Rambut gondrong. Murid laki-laki dilarang mempunyai rambut gondrong.
Pertanyaan: Apa itu “gondrong”?
Definisi: Kurang tahu. Sepertinya, gondrong adalah ukuran mana saja yang ditentukan gondrong oleh guru, secara sepihak, dan bisa berubah kapan saja karena tidak pernah dibuat definisi tentang gondrong di mana saja. Satu guru boleh saja mengatakan rambutnya oke, guru lain mengatakan gondrong. Jadi jangan minta definisi, karena kami tidak tahu. Pokoknya kalau guru bilang “gondrong” maka sudah gondrong, dan pendapat murid tidak boleh diterima.
Alasan dilarang di sekolah: Karena kami tidak suka.
Penjelasan kenapa tidak suka: Tidak ada. Pokoknya kami tidak suka dan tidak boleh, dan murid akan dihukum kalau melawan!
Gangguan terhadap proses belajar-mengajar: Jangan tanyakan itu. Kami tidak mau membahasnya. Pokoknya tidak boleh karena kami mengatakan tidak boleh. Itu sudah merupakan jawaban yang paling benar.
Bisa melihat bedanya? Siapa yang boleh menentukan rambut itu gondrong? Guru? Definisi gondrong apa? Tidak ada? Terserah guru? Terserah guru yang mana? Kalau guru A mengatakan “Rambut kamu oke” lalu guru B mengatakan “Rambut kamu gondrong” maka guru mana yang “benar”? Kenapa perkara ini boleh diputuskan guru secara sepihak? Kenapa siswa tidak boleh berbeda pendapat? Apa karena guru selalu mutlak benar dan siswa selalu mutlak salah?
Kalau begitu, kenapa berhenti dengan rambut gondrong saja? Warna seragam juga boleh disalahkan oleh guru secara sepihak.
“Kamu harus pulang. Celana kamu kurang merah.”
“Celana saya merah Pak. Merah yang benar seperti apa?”
“Pokoknya saya anggap celana kamu kurang merah. Jadi tidak diterima. Kamu harus pulang. Dan sekaligus, pensil kamu kurang tajam, tas kamu kurang besar, sepatu kamu kurang berkilat, kaos kaki kamu kurang tinggi, tulisan kamu terlalu besar, kertas tulis kamu kurang putih, buku kamu ada terlalu banyak halaman, ruang belajar kamu terlalu dingin, makan siang kamu kurang banyak, dan sekaligus rambut kamu terlalu gondrong. Harap segera memperbaiki semuanya!”
“Bagaimana saya bisa tahu apa yang benar Pak?”
“Datang ke sini setelah memperbaiki semua itu, dan kalau saya bilang benar, maka itu yang benar.”
“Tapi saya punya pendapat yang berbeda Pak. Saya anggap semua yang bapak sebutkan bukan masalah, dan saya masih bisa belajar!”
“Tidak boleh. Kamu tidak akan bisa belajar di sini karena kamu melakukan pelanggaran terus. Hanya pendapat saya yang benar. Dan kamu hanya boleh nurut. Pulang, dan memperbaiki semua yang salah itu!”
Apakah ini pendidikan yang kita inginkan untuk masa depan bangsa Indonesia?
Apa ada yang masih ingat Orde Baru? Semua guru yang dewasa sekarang adalah hasil dari Orde Baru. Zaman dulu itu, semua PNS harus pilih Golkar. Kenapa? Karena hanya Golkar yang benar, dan hanya Soeharto yang boleh menjadi presiden. Mau punya pendapat yang berbeda? Jangan berani.
Dan sekarang, banyak orang dewasa yang dididik seperti itu oleh guru dan orang tua mereka selama puluhan tahun sudah menjadi GURU. Dan sekarang.... mereka teruskan apa yang diajarkan kepada mereka dulu. Kalau guru bicara, itu sudah benar. Tidak mungkin murid punya pendapat yang berbeda, dan boleh benar. Soalnya kalau begitu, berarti guru bisa dicap “salah” dan guru sebagai pihak yang berkuasa tidak boleh salah. Hanya murid yang salah. Hanya guru yang boleh benar.
Jadi, tolong coba berfikir lagi. Ini sungguh bukan masalah DISIPLIN sekolah. Tetapi ini adalah murni sebuah perkara yang berkaitan dengan KEBENARAN, dan apa itu kebenaran, dan siapa yang berhak menentukan apa yang benar dan salah. Selama guru berpendapat bahwa rambut gondrong adalah “pelanggaran” dan harus dipotong secara paksa, maka itu berarti guru2 tersebut masih belum bisa melepaskan pikiran mereka dari hasil penjajahan mental Orde Baru. Mereka masih merasa bahwa guru yang selalu berhak menentukan kebenaran, dan tugas murid adalah diam, terima saja tanpa protes, setuju dengan guru dan manggut-manggut. Hanya guru yang perlu diminta pendapatnya, karena hanya guru yang bisa benar. Murid tidak berhak punya pendapat yang berbeda.
Itu bukan pendidikan. Tetapi itu adalah indoktrinasi, yang dilakukan untuk memenangkan pihak guru (yang berkuasa). Semua ini kembali ke fungsi sekolah, dan apa yang kita harapkan sebagai hasil pendidikan. Kalau yang diharapkan adalah kaum yang selalu siap nurut dan manggut-manggut (dan siap menjadi karyawan pabrik yang baik), maka silahkan memotong rambut murid secara paksa, dan mengajarkan mereka bahwa pendapat mereka tidak punya nilai. Hanya guru sebagai orang yang berkuasa yang boleh benar.
Semoga bisa dipahami dan semoga bermanfaat.
Wassalam,
Gene
sumber
nih ilustrasi pendidikan kita sekarang

saking penasarannya sama fenomena ini sampe browsing sana sini.. eh nemu ginian..
http://id.answers.yahoo.com/question...7220915AAQK0lm

http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Kol...tto_Yogyakarta
ternyata ada juga ya sekolah kaya gitu..

yah gitu deh gan.. biarin lah rambut sama sepatu mah,yang penting jangan tawuran sama main cabe cabean aja..

Polling
Poll ini sudah ditutup. - 26 suara
menurut agan apakah rambut dan sepatu menggangu proses belajar mengajar
YA
35%
TIDAK
65%
Diubah oleh dreambandit 11-03-2014 03:16


keenan09 memberi reputasi
1
54.9K
Kutip
82
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan