- Beranda
- Komunitas
- News
- Perencanaan Keuangan
Menyiasati Uang Kembalian Yang Kurang Saat Berbelanja Di Supermarket/Minimarket


TS
FajarDZ8217
Menyiasati Uang Kembalian Yang Kurang Saat Berbelanja Di Supermarket/Minimarket
Assalamualaikum Wr Wb. Langsung saja ya gan.
Pernahkah agan-agan sekalian amati harga-harga barang di supermaket/minimarket yang dibuat 'keriting'? seperti Rp 1875,- atau Rp 9750,-. Pasti sering kan? hal ini terjadi di semua supermarket dan minimarket. Pertanyaanya, kenapa sih nggak dibikin 'bulat' aja misalnya Rp 1500,- atau Rp 2000?
Jawabannya agan-agan semua kelihatannya sudah pada tahu ya. Ya tentu pencantuman harga seperti itu untuk membuat konsumen merasa harga barang yang ada di display terkesan murah
. Apalagi jika kita berbelanja dalam jumlah yang banyak. Dari sisi manajemen perusahaan pun hal seperti menguntungkan karena jika ditotal harga pembelian yang keriting tadi akan membuat penjumlahan total belanja menjadi tidak bulat. Ini keuntungan yang tidak sedikit bagi retailer.
Contoh sederhana, pembelian dua item berharga Rp 1750 dan Rp 2875 akan menghasilkan jumlah Rp 4625. Kalau kita membayar dengan menggunakan uang Rp 5000, uang kembalian kita menjadi Rp 375. Rasanya langka sekali uang kembalian kita akan kita peroleh utuh. Palingan uang kembalian kita hanya akan kita dapatkan sebesar Rp 300,- saja. Tentu sisa yang Rp 75 itu akan masuk menjadi keuntungan bagi pemilik perusahaan. Bayangkan kalau dalam satu bulan hal ini terus berlangsung. Hitung sendiri deh
Alasannya tentu bermacam-macam, paling sering tentunya adalah ketersediaan uang receh yang tidak mencukupi. Sedangkan banyak perusahaan ritel yang mewajibkan atau mengharuskan kasir mengganti uang receh yang kurang tadi dengan sistem potong gaji. Hal ini membuat sebagian oknum kasir juga berbuat 'nakal' dengan cara tidak mengembalikan uang dengan pas (toh susah juga). Atau dengan tidak memberikan struk belanja untuk menyamarkan sisa uang yang tertinggal.
Kalau dulu ada sistem kembalian dengan permen. Tapi karena banyak diprotes oleh konsumen dan permen memang bukan alat tukar yang sah, maka sistem ini perlahan menghilang. Disediakan uang receh yang cukup untuk kembalian.
Tapi tentu saja hal kekurangan kembalian masih terus terjadi. Lalu bagaimana solusinya?
Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk menyiasatinya.
Cara pertama. Membawa uang receh. Memang merepotkan kalau dompet atau kantung baju kita isi dengan receh yang banyak. Tetapi setidaknya bisa membantu mengatasi kekurangan uang kembalian. Ingat bro, uang sekecil apapun harus kita hargai kalau kita mau kaya!
Cara kedua, berbelanja menggunakan kartu kredit atau debit. Jumlah pembelanjaan akan diinput sama dengan jumlah yang didebit. Hanya saja untuk beberbelanja dengan 'uang plastik' seperti ini ada limit/jumlah minimal pembelian barang.
Setidaknya, kita berusaha untuk 'menghargai' uang kita walaupun itu receh saja. Bagi mereka yang sering berbelanja tentu juga bisa menggunakan uangnya dengan lebih maksimal. Ingat prinsip 'uang satu juta juga kalau kurang 100 rupiah belum satu juta'.
Sekian gan semoga tulisan ane bisa bermanfaat atau barangkali ada yang mau menambahkan? terimakasih.
Pernahkah agan-agan sekalian amati harga-harga barang di supermaket/minimarket yang dibuat 'keriting'? seperti Rp 1875,- atau Rp 9750,-. Pasti sering kan? hal ini terjadi di semua supermarket dan minimarket. Pertanyaanya, kenapa sih nggak dibikin 'bulat' aja misalnya Rp 1500,- atau Rp 2000?

Jawabannya agan-agan semua kelihatannya sudah pada tahu ya. Ya tentu pencantuman harga seperti itu untuk membuat konsumen merasa harga barang yang ada di display terkesan murah

Contoh sederhana, pembelian dua item berharga Rp 1750 dan Rp 2875 akan menghasilkan jumlah Rp 4625. Kalau kita membayar dengan menggunakan uang Rp 5000, uang kembalian kita menjadi Rp 375. Rasanya langka sekali uang kembalian kita akan kita peroleh utuh. Palingan uang kembalian kita hanya akan kita dapatkan sebesar Rp 300,- saja. Tentu sisa yang Rp 75 itu akan masuk menjadi keuntungan bagi pemilik perusahaan. Bayangkan kalau dalam satu bulan hal ini terus berlangsung. Hitung sendiri deh

Alasannya tentu bermacam-macam, paling sering tentunya adalah ketersediaan uang receh yang tidak mencukupi. Sedangkan banyak perusahaan ritel yang mewajibkan atau mengharuskan kasir mengganti uang receh yang kurang tadi dengan sistem potong gaji. Hal ini membuat sebagian oknum kasir juga berbuat 'nakal' dengan cara tidak mengembalikan uang dengan pas (toh susah juga). Atau dengan tidak memberikan struk belanja untuk menyamarkan sisa uang yang tertinggal.
Kalau dulu ada sistem kembalian dengan permen. Tapi karena banyak diprotes oleh konsumen dan permen memang bukan alat tukar yang sah, maka sistem ini perlahan menghilang. Disediakan uang receh yang cukup untuk kembalian.

Tapi tentu saja hal kekurangan kembalian masih terus terjadi. Lalu bagaimana solusinya?
Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk menyiasatinya.
Cara pertama. Membawa uang receh. Memang merepotkan kalau dompet atau kantung baju kita isi dengan receh yang banyak. Tetapi setidaknya bisa membantu mengatasi kekurangan uang kembalian. Ingat bro, uang sekecil apapun harus kita hargai kalau kita mau kaya!
Cara kedua, berbelanja menggunakan kartu kredit atau debit. Jumlah pembelanjaan akan diinput sama dengan jumlah yang didebit. Hanya saja untuk beberbelanja dengan 'uang plastik' seperti ini ada limit/jumlah minimal pembelian barang.

Setidaknya, kita berusaha untuk 'menghargai' uang kita walaupun itu receh saja. Bagi mereka yang sering berbelanja tentu juga bisa menggunakan uangnya dengan lebih maksimal. Ingat prinsip 'uang satu juta juga kalau kurang 100 rupiah belum satu juta'.

Sekian gan semoga tulisan ane bisa bermanfaat atau barangkali ada yang mau menambahkan? terimakasih.
Diubah oleh FajarDZ8217 06-05-2014 09:53
0
5.5K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan