Dalam tradisi Selarian Merarik, mempelai wanita dibawa lari. Merarik merupakan cara pernikahan yang paling sering digunakan oleh masyakarat Suku Sasak, karena dianggap paling terhormat. Merarik adalah proses menculik gadis yang hendak dinikahi dengan alasan menjaga kehormatan gadis. Untuk menculiknya, dicari hari dan bulan baik. Gadis yang diculik tersebut tidak dibawa pulang ke rumah calon suaminya, tetapi ditempatkan di rumah kerabat calon suaminya.

maling tidak boleh dilakukan pada siang hari, dari pasar, dari sekolah, hal ini harus dilakukan dari rumah perempuan dan pada malam hari. Bila dilakukan pada siang hari maka pihak lelaki akan mendapat sanksi adat dari tetua adat. Dalam melarikan calon istri ini jangan sampai diketahui keluarg pihak perempuan sebab bila hal itu terjadi maka bisa terjadi saling rebut dan tentunya akan terjadi pertupahan darah untu membela harga diri masing-masing. Pihak orang tua wanita akan mempertahankan dan mengambil anak gadisnya apapun yang terjadi walau nyawa taruhannya, demikian juga pihak lelaki harus mendaptkan wanita tersebut bila gagal maka harga dirinya menjadi turun dan tidak jantan.

Dari pihak keluarga gadis yang merasa kehilangan, mereka melaporkan kepada kepala kampung atau kepala desa, proses ini disebut mesejati. Pihak lelaki memberi kabar atau nyelabar pada keluarga gadis bahwa anak gadisnya kimpoi lari. Urusan ini telah menjadi urusan desa, maka kepala desa mempelai laki-laki akan turun tangan memberitahu kepala desa pihak wanita, yang selanjutnya disampaikan kepada keluarga mempelai wanita.



Setelah itu dilakukan permintaan wali untuk segera dinikahkan di rumah pihak lelaki. Permintaan ini tentunya tidak gampang harus dipenuhi syarat-syarat adat lainnya. Mengenai biaya, berapa maskimpoinya, dan denda-denda lainnya bila ada, misalnya uang pelengkak (uang loncat) karena si gadis memiliki kakak yang belum menikah.

Kalau proses pernikahan sudah selesai maka hal terakhir yang dilakukan adalah Nyongkolanyaitu berkunjung ke rumah wanita dengan diiringi musik atau kesenian tradisional seperti gendang belek, kelentang, cilokak, dan ceroncong, dengan pengantin yang dihiasi dengan menggunakan pakaian adat suku sasak. Ada yang terkadang kalau nyongkolan itu pengantin di arak menggunakan kuda dari kayu (jaran)