- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kecenderungan Negatif Masyarakat Indonesia


TS
zealriz
Kecenderungan Negatif Masyarakat Indonesia
Hai agan-agan. Ini thread kedua saya.
Kali ini saya akan membahas beberapa kecenderungan negatif pada masyarakat Indonesia.
Ini adalah apa yang saya lihat dalam keseharian. Terkadang saya juga seperti ini.
Baiklah, tanpa banyak berbasa-basi, saya akan menyebutkan beberapa kecenderungan negatif pada masyarakat Indonesia.
1. Lebih memilih sebagai pekerja daripada pembuat pekerjaan
Hal ini masih banyak terjadi di masyarakat Indonesia walaupun dewasa ini sudah mulai banyak pemuda-pemudi yang mencoba membuka lapangan pekerjaan sendiri. Kebanyakan, keinginan untuk mencari pekerjaan dan menjadi pekerja jauh lebih besar daripada membuat usaha sendiri.
Ada suatu contoh yang tersirat yang harus dicermati. Contohnya, seorang yang baru lulus SMA/SMK bingung memikirkan di perguruan tinggi mana ia akan melanjutkan. Belum usai ia memikirkan itu, ia juga dipusingkan dengan jurusan yang akan dia pilih. Suatu ketika, ia sudah menetapkan universitas yang akan dia pilih, tetapi jurusan masih belum tahu. Sebelum saya lanjutkan, ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi di sekitar kita. Dan inilah letak kesalahannya. Kebanyakan, iya kebanyakan, seseorang dalam situasi seperti itu masih berpikir tentang pekerjaaan yang akan ia tekuni setelah lulus kuliah. Padahal, dengan mengenali minat dan kemampuannya, seseorang itu seharusnya masuk di jurusan yang membuat dia nyaman dalam bidang yang ia minati. Bukankah kuliah itu sebenarnya untuk mengembangkan minat yang dimiliki seseorang? Dari contoh itu, secara tersirat, seseorang itu memikirkan bagaimana ia dapat bekerja. Padahal ia juga bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri, tidak ada yang tidak mungkin.
Baiklah, kita lanjutkan.
2. Mudah terprovokasi
Ketika ada seseorang yang berkomentar baik untuk suatu hal, maka pikiran utama kita adalah hal itu juga baik. Dan ketika seseorang berkomentar buruk tentang suatu hal, kita mudah ikut berkomentar negatif. Ini sudah menjadi semacam budaya. Kita sering tidak melihat apa asal-usul suatu hal itu dikatakan baik/buruk. Seperti halnya tawuran pelajar. Padahal pihak A dan pihak B yang punya masalah (terkadang masalah sepele), pihak A dan pihak B memberitahukan masalah itu kepada teman-temannya. Tanpa tahu apa masalahnya, teman-temannya pun ikut terporvokasi, jadilah tawuran. Itu hanyalah suatu contoh dari mudahnya seseorang untuk terprovokasi. Sebaiknya kita mengetahui asal-usul suatu hal yang dipermasalahkan agar tidak terjadi salah paham dan akhirnya ikut terporovokasi, ikut-ikutan.
3. Bangga dengan milik orang lain
Indonesia adalah negara terbesar dan terkaya (sebenarnya) di dunia. Tapi kebanyakan, sekali lagi kebanyakan dari kita lebih memilih menggunakan suatu barang dari luar negeri. Padahal, banyak bahan baku dari barang-barang itu adalah dari Indonesia. Kita terkadang meragukan kemampuan kita sendiri. Itulah yang membuat negara kita hanya menjadi negara berkembang, bukan negara maju.
Dulu, kita sudah bisa membuat pesawat sendiri. Ya, membuat! Tetapi apa sekarang? Kita memilih membeli pesawat dari luar negeri, padahal kualitasnya belum tentu baik. Ini adalah akibat dari kita tidak yakin pada kemampuan kita sendiri yang akhirnya membuat kita cenderung bangga dengan menggunakan barang negara lain.
Kalau kita yakin, semua bisa. Pasti bisa.
4. "Yang sarjana saja cuma jadi kuli kok. Kenapa sekolah tinggi-tinggi?" | Mudah meremehkan
Itu adalah sebuah kalimat yang saya sering dengar ketika saya masih bersekolah di SD, bahkan sampai sekarang. Pikiran seperti itulah yang menghambat seseorang untuk maju. Meremehkan, padahal belum tentu seperti itu.
Suatu contoh lain adalah kita sering meremhkan alam. Kita membuang sampah di sungai, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai. Kita sadar, tetapi meremehkan. Memang, hanya satu sampah setiap hari, katakan saja seperti itu. Tapi itu setiap hari. Bagaimana satu tahun kemudian? "Ah, cuma sekali kok buang sampah ke sungai." Ya kalau orang itu saja, yang lain? Akhirnya banjir pun datang. Menyesal.
Hmm...
5. Lebih suka meniru daripada menemukan yang baru
Dan ini yang terakhir. Pernahkah kita memerhatikan acara-acara di TV seperti sekarang ini, seperti acara musik, komedi, gosip, sinetron? Membosankan bukan? Itu karena hampir semua stasiun TV memiliki acara yang hampir sama.
Ketika suatu stasiun TV membuat sebuah acara musik, seperti jamur, semuanya mengikuti. Tetapi apa? Hanya acara musik kosong.
Bagaimana dengan komedi? Bisa kita lihat sendiri. Komedi kosong.
Jika hanya membuat sesuatu yang sama, bagaimana akan menghasilkan sesuatu yang beda? Padahal, banyak orang-orang kreatif di Indonesia, sangat banyak.
Pernah mendengar KDRI? Kalau tidak salah singkatan dari Kementrian Desain Republik Indonesia. Membuat sebuah trobosan baru melalui pakaian (kaos). Dengan desain-desain yang menarik dan berbau Indonesia, mereka mampu membuktikan bahwa mereka tidak mengikuti pasar, tetapi pasar yang mengikuti mereka. Ada lagi Mbah Bintoro, yang memadukan batik dengan pakaian modern. Bagaimana hasilnya? Bagus kan? Keren. Itu hanyalah beberapa contoh yang berani beda.
Setiap orang yang mampu tampil beda, justru akan lebih dikenal dan tidak membosankan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baiklah, itu beberapa kecenderungan negatif pada masyarakat Indonesia. Bukan bermaksud menggurui, hanya menyampaikan apa yang terjadi di sekitar kita. Semoga bermanfaat buat agan-agan sekalian dan seluruh masyarakat Indonesia. Terima kasih.
Jangan lupa
ya gan. Salam Kaskus! Salam Indonesia!

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
UPDATE!!!!!!
6. Orang ambisius dianggap salah
Menurut KBBI, ambisi adalah:
ambisi /am·bi·si/ n keinginan (hasrat, nafsu) yg besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (spt pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu: ia mempunyai -- untuk menjadi duta besar; pengabdiannya penuh dedikasi, tanpa -- pribadi;
Berambsi:
berambisi /ber·am·bi·si/ v berkeinginan keras mencapai sesuatu (cita-cita dsb); mempunyai ambisi: regu bulu tangkis lawan merupakan tim yg sangat ~ dan perlu diperhitungkan
Ambisius adalah kata sifat dari dari "ambisi". Kalau melihat dari arti ambisi di atas, kenapa orang ambisius dianggap salah?
Seseorang yang ambisius akan berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya. Lantas, kenapa salah? Bukankah sifat seperti itu baik?
Justru orang yang tidak punya ambisi dan selalu pesimis itu yang seharusnya salah. Kenapa? Karena orang-orang sepeti itu justru tidak akan pernah maju. Ingin melakukan sesuatu tapi takut kegagalan, bagaimana bisa berhasil?
Ini adalah salah satu budaya yang salah. "Ih, tuh orang kok ambisius banget ya?", sering kita dengar di sekitar kita seperti itu. Cobalah untuk memaknai dan mengambil sisi positifnya.

Ini adalah apa yang saya lihat dalam keseharian. Terkadang saya juga seperti ini.

Baiklah, tanpa banyak berbasa-basi, saya akan menyebutkan beberapa kecenderungan negatif pada masyarakat Indonesia.
1. Lebih memilih sebagai pekerja daripada pembuat pekerjaan
Hal ini masih banyak terjadi di masyarakat Indonesia walaupun dewasa ini sudah mulai banyak pemuda-pemudi yang mencoba membuka lapangan pekerjaan sendiri. Kebanyakan, keinginan untuk mencari pekerjaan dan menjadi pekerja jauh lebih besar daripada membuat usaha sendiri.
Ada suatu contoh yang tersirat yang harus dicermati. Contohnya, seorang yang baru lulus SMA/SMK bingung memikirkan di perguruan tinggi mana ia akan melanjutkan. Belum usai ia memikirkan itu, ia juga dipusingkan dengan jurusan yang akan dia pilih. Suatu ketika, ia sudah menetapkan universitas yang akan dia pilih, tetapi jurusan masih belum tahu. Sebelum saya lanjutkan, ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi di sekitar kita. Dan inilah letak kesalahannya. Kebanyakan, iya kebanyakan, seseorang dalam situasi seperti itu masih berpikir tentang pekerjaaan yang akan ia tekuni setelah lulus kuliah. Padahal, dengan mengenali minat dan kemampuannya, seseorang itu seharusnya masuk di jurusan yang membuat dia nyaman dalam bidang yang ia minati. Bukankah kuliah itu sebenarnya untuk mengembangkan minat yang dimiliki seseorang? Dari contoh itu, secara tersirat, seseorang itu memikirkan bagaimana ia dapat bekerja. Padahal ia juga bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri, tidak ada yang tidak mungkin.
Baiklah, kita lanjutkan.
2. Mudah terprovokasi
Ketika ada seseorang yang berkomentar baik untuk suatu hal, maka pikiran utama kita adalah hal itu juga baik. Dan ketika seseorang berkomentar buruk tentang suatu hal, kita mudah ikut berkomentar negatif. Ini sudah menjadi semacam budaya. Kita sering tidak melihat apa asal-usul suatu hal itu dikatakan baik/buruk. Seperti halnya tawuran pelajar. Padahal pihak A dan pihak B yang punya masalah (terkadang masalah sepele), pihak A dan pihak B memberitahukan masalah itu kepada teman-temannya. Tanpa tahu apa masalahnya, teman-temannya pun ikut terporvokasi, jadilah tawuran. Itu hanyalah suatu contoh dari mudahnya seseorang untuk terprovokasi. Sebaiknya kita mengetahui asal-usul suatu hal yang dipermasalahkan agar tidak terjadi salah paham dan akhirnya ikut terporovokasi, ikut-ikutan.
3. Bangga dengan milik orang lain
Indonesia adalah negara terbesar dan terkaya (sebenarnya) di dunia. Tapi kebanyakan, sekali lagi kebanyakan dari kita lebih memilih menggunakan suatu barang dari luar negeri. Padahal, banyak bahan baku dari barang-barang itu adalah dari Indonesia. Kita terkadang meragukan kemampuan kita sendiri. Itulah yang membuat negara kita hanya menjadi negara berkembang, bukan negara maju.
Dulu, kita sudah bisa membuat pesawat sendiri. Ya, membuat! Tetapi apa sekarang? Kita memilih membeli pesawat dari luar negeri, padahal kualitasnya belum tentu baik. Ini adalah akibat dari kita tidak yakin pada kemampuan kita sendiri yang akhirnya membuat kita cenderung bangga dengan menggunakan barang negara lain.
Kalau kita yakin, semua bisa. Pasti bisa.
4. "Yang sarjana saja cuma jadi kuli kok. Kenapa sekolah tinggi-tinggi?" | Mudah meremehkan
Itu adalah sebuah kalimat yang saya sering dengar ketika saya masih bersekolah di SD, bahkan sampai sekarang. Pikiran seperti itulah yang menghambat seseorang untuk maju. Meremehkan, padahal belum tentu seperti itu.
Suatu contoh lain adalah kita sering meremhkan alam. Kita membuang sampah di sungai, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai. Kita sadar, tetapi meremehkan. Memang, hanya satu sampah setiap hari, katakan saja seperti itu. Tapi itu setiap hari. Bagaimana satu tahun kemudian? "Ah, cuma sekali kok buang sampah ke sungai." Ya kalau orang itu saja, yang lain? Akhirnya banjir pun datang. Menyesal.
Hmm...
5. Lebih suka meniru daripada menemukan yang baru
Dan ini yang terakhir. Pernahkah kita memerhatikan acara-acara di TV seperti sekarang ini, seperti acara musik, komedi, gosip, sinetron? Membosankan bukan? Itu karena hampir semua stasiun TV memiliki acara yang hampir sama.
Ketika suatu stasiun TV membuat sebuah acara musik, seperti jamur, semuanya mengikuti. Tetapi apa? Hanya acara musik kosong.
Bagaimana dengan komedi? Bisa kita lihat sendiri. Komedi kosong.
Jika hanya membuat sesuatu yang sama, bagaimana akan menghasilkan sesuatu yang beda? Padahal, banyak orang-orang kreatif di Indonesia, sangat banyak.
Pernah mendengar KDRI? Kalau tidak salah singkatan dari Kementrian Desain Republik Indonesia. Membuat sebuah trobosan baru melalui pakaian (kaos). Dengan desain-desain yang menarik dan berbau Indonesia, mereka mampu membuktikan bahwa mereka tidak mengikuti pasar, tetapi pasar yang mengikuti mereka. Ada lagi Mbah Bintoro, yang memadukan batik dengan pakaian modern. Bagaimana hasilnya? Bagus kan? Keren. Itu hanyalah beberapa contoh yang berani beda.
Setiap orang yang mampu tampil beda, justru akan lebih dikenal dan tidak membosankan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baiklah, itu beberapa kecenderungan negatif pada masyarakat Indonesia. Bukan bermaksud menggurui, hanya menyampaikan apa yang terjadi di sekitar kita. Semoga bermanfaat buat agan-agan sekalian dan seluruh masyarakat Indonesia. Terima kasih.

Jangan lupa



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
UPDATE!!!!!!
6. Orang ambisius dianggap salah
Menurut KBBI, ambisi adalah:
ambisi /am·bi·si/ n keinginan (hasrat, nafsu) yg besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (spt pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu: ia mempunyai -- untuk menjadi duta besar; pengabdiannya penuh dedikasi, tanpa -- pribadi;
Berambsi:
berambisi /ber·am·bi·si/ v berkeinginan keras mencapai sesuatu (cita-cita dsb); mempunyai ambisi: regu bulu tangkis lawan merupakan tim yg sangat ~ dan perlu diperhitungkan
Ambisius adalah kata sifat dari dari "ambisi". Kalau melihat dari arti ambisi di atas, kenapa orang ambisius dianggap salah?
Seseorang yang ambisius akan berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya. Lantas, kenapa salah? Bukankah sifat seperti itu baik?
Justru orang yang tidak punya ambisi dan selalu pesimis itu yang seharusnya salah. Kenapa? Karena orang-orang sepeti itu justru tidak akan pernah maju. Ingin melakukan sesuatu tapi takut kegagalan, bagaimana bisa berhasil?
Ini adalah salah satu budaya yang salah. "Ih, tuh orang kok ambisius banget ya?", sering kita dengar di sekitar kita seperti itu. Cobalah untuk memaknai dan mengambil sisi positifnya.
Diubah oleh zealriz 08-03-2014 09:37
0
1.2K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan