Fasis secara garis besar adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis (Perusahaan), nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa demi terciptanya "manusia baru" yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi (Pembodohan), pendidikan fisik, dan eugenika (Pembersihan orang2 cacat) untuk kebijakan pada sebuah negara termasuk keluarga

sejak krisis keuangan menghantam Eropa, Ukraina merasakan dampak telak. Sepanjang tahun 2008 dan 2009, ekonomi Ukraina turun sebesar 15%. Pengangguran membengkak dari 3% menjadi 9%. Kemiskinan mencapai 25% (angka resmi)–sementara perkiraan lain menyebut 80%. PDB per kapitanya merupakan yang terendah ketiga di Eropa–setelah Moldova dan Kosovo. Ekonomi Ukraina terjerembab dalam krisis hutang. Lantaran ekonomi yang memburuk itu, 6,6 juta rakyat Ukraina mencari penghidupan di luar negeri.

Untuk mengatasi ini, bagi sebagian elit dan kelompok bisnis, Ukraina butuh pinjaman sebesar $ 27 miliar dari Uni Eropa dan IMF. Selain itu, dengan bergabung di bawah Uni Eropa, ekonomi Eropa akan mendapat suntikan modal baru dan pasar baru. Pinjaman baru ini tentu bisa menjadi lahan korupsi baru bagi oligarki yang mengontrol ekonomi Ukraina.

Di sisi lain, pendukung Uni Eropa juga menebar mimpi-mimpi indah kepada kaum muda dan klas menengah Ukraina, bahwa Eropa adalah sumber kemakmuran dan kebebasan. Upah rata-rata pekerja di Ukraina hanya € 250 per bulan. Sementara upah di Polandia, negara tetangganya yang juga anggota Uni Eropa, bisa dua kali lipat lebih besar. Ilusi inilah yang ditiupkan oleh pendukung Uni Eropa.

Namun, supaya bisa menjadi bagian dari keluarga ‘Uni Eropa’, IMF mengajukan syarat-syarat: pemerintah Ukraina harus menaikkan tarif gas sebesar 40%,(Padahal dengan bekerjasama dengan Rusia, Ukraina mendapat potongan harga tarif gas hampir 50% gan --Harga jual standar Gas Rusia ke negara lain 400$, dijual ke Ukraina semasa Yanukovich menjadi 268$ per 1000kubik gas!, dan Ukraina mendapat dana talangan dari Rusia 15Milyar Dolar secara cuma-cuma, dalam artian tanpa mendikte kebijakan negeri Ukraina), memangkas subsidi energi, membekukan upah minimum, berkomitmen untuk mengurangi belanja sosial dan gaji, dan lain-lain. Pada INTINYA: kalau Ukraina masuk Uni Eropa, mereka harus melakukan kebijakan penghematan dan neoliberalisme yang intensif, yang akan merugikan Negara Ukraina itu sendiri !

kepentingan Amerika sangat besar di Ukraina. Terutama untuk menggusur pengaruh Rusia dan China. Ukraina juga bisa menjadi ‘kuda troya’ bagi NATO untuk menjepit Rusia, oleh karena itulah amerika dengan kedok Kemanusiaan dan Demokrasi Palsu menyuplai para oposisi

Mengapa menteri luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton melindungi dan menutup-tutupi jatidiri para penembak jitu yang beroperasi di Lapangan Maidan, Kiev, Ukraina, yang menembak mati baik para demonstran maupun polisi?

Setidaknya sejak 25 Februari, ujar jurnalis investigatif Umberto Pascali, Menteri Luar Negeri Uni Eropa Catherine Aston telah diberitahu menteri luar negeri Estonia bahwa pengarang pembantaian di Lapangan Maidan, Kiev, bukan agen pemerintah Yanukovych melainkan sengaja dikerahkan para penghasut kudeta pemerintah.

Fakta di Kiev ini, kata Pascali, telah diketahui betul oleh koalisi yang mengambil alih pemerintahan berkat dukungan AS dan Uni Eropa. "Juga diketahui bahwa pemerintahan baru' telah mengeluarkan perintah untuk menyabot setiap penyelidikan guna mempertahankan satu-satunya alibi yang entah bagaimana membenarkan kudeta itu," lanjutnya.

Menurut Pascali, para pembunuh massal yang terlatih secara profesional dan berdarah dingin itu memasok dalih sinis untuk Ashton, Kerry, Obama, serta seluruh pimpinan AS dan Uni Eropa untuk membenarkan tindakan ilegalnya serta sponsor mereka dari geng Neo-Nazi bersenjata yang melecehkan dan mengintimidasi rakyat Ukraina.

"Tapi sekarang selubung penutup itu tersingkap sudah," ujarnya lega.

Ashton, tegasnya, harus mengakui apa yang ia ketahui sebagai plot memuakkan itu, yang nyaris saja memicu Perang Dunia III, lalu mengundurkan diri jika masih punya rasa malu, serta menanggung konsekuensi hukum atas tindakannya!

Berikut ungkapan Menteri Luar Negeri Estonia, Urmas Paet, kepada Ashton pada 25 Februari (kemungkinan Ashton sudah tahu jauh sebelumnya), "Saat ini semakin kuat dan lebih kuat lagi pemahaman bahwa pihak di balik para penembak jitu itu bukan Yanukovych, tapi seseorang dari koalisi baru."

Sumber Paet adalah salah seorang otoritas medis paling menonjol di Ukraina, Olga Bogomolets, yang baru saja menolak diangkat sebagai wakil Perdana Menteri "pemerintahan baru" meskipun Ashton sendiri memaksanya.

"Cukup mengganggu saat Olga juga mengatakan bahwa semua bukti menunjukkan, orang-orang yang dibunuh para penembak jitu dari kedua belah pihak, polisi dan kemudian orang-orang di jalanan, adalah penembak jitu yang sama yang membunuh orang-orang dari kedua belah pihak... ia kemudian menunjukkan beberapa foto seraya mengatakan bahwa sebagai dokter, ia dapat mengatakan, itu tulisan tangan yang sama, jenis peluru yang sama, dan benar-benar mengusik bahwa sekarang, koalisi baru itu,tidak ingin menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi."

Tidak jelas, kata Pascali, apakah Dr. Olga Bogomolets yang berasal dari keluarga profesional medis terkemuka sejak abad ke-15, menolak menerima posisi dalam "pemerintahan baru" karena apa yang telah disaksikannya. "Namun, Ashton sendiri mengaku mustahil untuk tidak mengindahkan kompetensi profesionalnya, seraya menekankan bahwa dirinya pernah meminta Dr. Bogomolets menjadi bagian dari pemerintahan (hasil kudeta)--kemungkinkan sebagai Menteri Kesehatan," imbuhnya.

Ashton jelas gelisah saat Menteri Luar Negeri Estonia memberinya bukti afiliasi nyata dari para penembak jitu (yang kemungkinan besar ia tahu betul tentangnya), kata Pascali. "Dengan suara rendah yang jelas-jelas menunjukkan rasa malu, ia menjawab, dirinya tak pernah mendengar itu dan menginginkan investigasi. Tapi, Ashton dan koleganya, AS dan Uni Eropa, terus menggunakan cerita para penembak jitu, kendati tahu itu palsu, sebagai alasan utama untuk mendukung kudeta di Kiev dan pemerintah ilegal yang baru," paparnya.

Benar-benar mengerikan saat melihat Menteri Luar Negeri AS John Kerry meletakkan karangan bunga di Lapangan Maidan untuk para korban penembak jitu yang ia tahu, ditembakkan pasukan yang didukungnya, ujar Pascali.

"Untung saja kebenaran pada penembak jitu itu terkuak. Berapa lama lagi publik di Eropa, AS, dan dunia akan melawan kebohongan besar dalam 'Revolusi' Maidan itu?" lanjut Pascali.

"Catherine Ashton harus mengundurkan diri sekarang juga!"