Kaskus

Entertainment

a.ditiaAvatar border
TS
a.ditia
REAKTUALISASI MAKNA ISLAM SONTOLOYO
Frasa Islam Sontoloyo pernah dipopulerkan oleh mendiang Presiden Soekarno untuk menyebut prilaku kiai dan atau juga Muslim kebanyakan yang cenderung mempergunakan bahasa agama untuk kepentingan menutupi tindakan amoral termasuk juga sibuk bicara tataran agama dan fiqih yang cenderung teknis partikular dan tidak peka terhadap isu-isu substansial dalam agama. Dua paragraf penting yang relevan dengan pemikiran reaktualisasi pemaknaan Islam Sontoloyo adalah:

“Di dalam surat kabar Pemandangan beberapa waktu yang lalu , saya membaca satu perkabaran yang ganjil: seorang guru agama dijebloskan ke dalam bui tahanan karena ia merudapaksa kehormatan salah seorang muridnya yang masih gadis kecil. Bahwa orang dijebloskan ke dalam tahanan kalau ia merudapaksa gadis itu tidaklah ganjil. Dan tidak terlalu ganjil pula kalau seorang guru merudapaksa seorang muridnya. Bukan karena ini perbuatan tidak bersifat kebinatangan, jauh dari itu, tetapi oleh karena memang kadang-kadang terjadi kebinatangan semacam itu. Yang saya katakana ganjil ialah caranya si guru itu “menghalalkan” ia punya perbuatan. Sungguh, kalau reportase di surat kabar Pemandangan itu benar, maka benar-benarlah di sini kita melihat Islam Sontoloyo….!!! Suatu perbuatan dosa dihalalkan menurut hokum fiqh.”

“Cobalah kita mengambil satu contoh. Islam melarang kita makan daging babi. Islam juga melarang kita menghina kepada si miskin, memakan haknya anak yatim, menfitnah orang lain, menyekutukan Tuhan Yang Esa itu. Malahan yang belakangan ini dikatakan dosa yang terbesar, dosa datuknya dosa. Tetapi apa yang kita lihat? Coba Tuan menghina si miskin, makan haknya anak yatim, menfitnah orang lain, musyrik di dalam Tuan punya pikiran dan perbuatan. Maka tidak banyak orang yang akan menunjuk kepada tuan dengan jari seraya berkata: tuan menyalahi Islam. Tetapi coba tuan makan daging babi, walau hanya sebesar biji asam pun dan seluruh dunia akan mengatakan tuan orang kafir. Inilah gambarnya jiwa Islam sekarang ini, terlalu mementingkan kulitnya saja, tidak mementingkan isi. Terlalu terikat kepada “uiterlijke vormen” saja, tidak menyalah-nyalahkan “intrinsieke waarde”.”

Jika penyebutan Islam Sontoloyo itu kini direaktualisasikan dalam konteks kekinian tentu akan berbunyi

1. Islam yang sibuk koar-koar dengan penutup tubuh (jilbab dan sejenisnya), begitu takut dengan isu kemaksiatan dan kutukan karena tidak menutup aurat, tetapi dengan santainya menyimpan istri-istri dari kalangan selebritis dengan menggunakan uang negara dengan jalur pencucuian uang, masih marak dimana-mana, melarang maksiat dan zina tetapi dengan mencari-cari dalil agama melakukan lagalisasi menyimpan banyak selir dari uang panas dengan memanfaatkan prilaku hedonis artis.

2. Sibuk koar-koar negara syari'at dan khilafah, tapi kemiskinan dan keterbelakangan bahkan marasmus tidak dihiraukan. Yang lebih memprihatinkan, ketika anggaran penggandaan kitab sucinya dikorupsi, dana hajinya dikemplang, para agitator negara khilafah pura-pura mleng nggak tau.

3. Sibuk swiping celana ketat dan larangan boncengan ngangkang bagi perempuan, tetapi tidak peduli dengan pejabat yang hidup mewah-mewah menggunakan fasilitas negara, kemana-mana menggunakan mobil dinas, sementara mobil pribadinya berderet parkir digarasenya, hanya karena dengan memakai mobil dinas BBM-nya masih menjadi tangungan negara.

4. Sibuk menggunakan jargon makanan halal dengan mengeluarkan fatwa halal terhadap makanan, tetapi kurang kritis terhadap permasalahan jangan-jangan yang dimakan hasil gratifikasi yang dihalalkan karena alasan bukan pejabat negara walaupun menerima gaji rutin dari negara.

5. Sibuk teriak hukuman potong tangan bagi pencuri, tetapi pejabat yang korup dan menjarah uang rakyat miliaran rupiah malah dibiarkan cengegesan di media-media sambil melambaikan tangan ke publik untuk menunjukkan betapa bangganya menjadi publik figus karena tersangka dan terkasus korupsi.

6. Sibuk mengidolakan negara-negara Islam termasuk berfantasi utopis ingin menegakkan negara syari'ah dan khifah, namun melihat saudara sebangsa yang bernasib harus menjadi TKW dirudapaksa di Negara Islam dan pulang membawa anak tanpa ayahnya tidak mendapat respon sama sekali dari kelompok pengusung negara syari'ah.

7. Mempromosikan Islam rahmatan lil'alamin, tetapi terhadap korban-korban pelanggaran HAM hanya karena dilegalisasi negara, malah ikut-ikut dalam membasminya sampai cindil abangnya. Demi dan atas nama membela Tuhan korban-korban tragedi 1965 yang sudah tidak berdaya masih saja diintimidasi, disantroni dan jika perlu dibasmi.

Islam Sontoloyo akan tetap muncul setiap era dan zaman, sebab agama hanya dijadikan tameng untuk menutupi keboborakan dan kebusukkan mental dari kebanyakan orang beragama.

monggo di komeng gan... emoticon-No Sara Please ya..

SUMBER
0
2.8K
32
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan