Quote:
Sindonews.com - Sejumlah pelajar SMP dan SMA di Depok tak luput dari julukan negatif 'cabe-cabean' dan 'terong-terongan'. Lantas apa yang mendasari perilaku sejumlah remaja terkait hal itu?
Psikolog Perkembangan Universitas Indonesia (UI) Edward Andriyanto S menilai, kelompok cabe-cabean berawal dari minat dan hobi yang sama antar komunitas. Edward menegaskan, seluruh pihak bisa disalahkan dengan menjamurnya fenomena tersebut, dari mulai orang tua, guru, hingga pemerintah.
"Masalah pembentukan identitas yang salah seperti ini, semua salah, orang tua salah, lingkungan salah. Depok saja kota cukup Islami, kenapa enggak sanggup mengatasi itu (cabe - cabean), sistem yang salah. Ada istilah namanya katarsis, banyak remaja yang perlu komunitas untuk katarsis. Padahal kalau nyaman sendiri, enggak perlu komunitas, balik lagi kepada individunya," tandasnya di Kampus UI, Depok, Selasa 4 Maret 2014.
Dia menjelaskan, perkembangan dan keingintahuan remaja secara seksual normal dialami di usia SMP, bahkan kini sudah dimulai sejak usia SD.
"Untuk anak SMP tertarik dengan seksual itu enggak aneh. Mulai SD dan sudah menstruasi hasrat itu meningkat. Kelas 5-6 SD juga sudah mulai," ujarnya.
Edward mengatakan, yang jadi permasalahan saat ini adalah fasilitas dan ilmu pengetahuan pendidikan seksual yang disediakan pihak sekolah masih terbatas karena masih dianggap tabu. Hal itu membuat para remaja memperoleh pengetahuan dari media yang salah seperti dari teman, internet, situs porno, hingga orang dewasa yang tak bertanggung jawab.
"Keingintahuan atau high curiousity tak terbendung, dari sisi pemerintah juga tidak mendukung, padahal setiap anak remaja yang sedang mencari jati diri, mereka akan patuh kepada komunitasnya. Jika ingin ikut komunitas A, agar langsung diterima ada tekanan dari lingkungan dan rasa ingin tahu," jelasnya.
Apalagi tekanan dari komunitas dan senioritas membuat mereka mau tidak mau terpaksa melakukan apapun persyaratan di dalam komunitas. Apalagi seiring perkembangan zaman, lanjutnya, apapun semakin terbuka tak lagi tabu.
"Lumrah di kalangan mereka, akan lakukan itu terus. Fun atau enggak, enggak bisa dilihat. Agak susah melihat fun enggak fun, sisi fun-nya saat diterima dalam lingkungannya, tetapi perilaku seksualnya belum tentu," paparnya.
http://metro.sindonews.com/read/2014...si-cabe-cabean
emang Depok itu kota Islami ya?
btw gimana nih akhi raithen? cabe2annya belom diajarin makan belimbing pake tangan kanan sih
