GPO2AAvatar border
TS
GPO2A
Di mata orang Medan, jadi Petani pekerjaan hina
Merdeka.com - Sektor pertanian merupakan tonggak kekuatan ekonomi negara agraris. Namun jargon itu tidak sepenuhnya berlaku di Indonesia. Sektor pertanian di dalam negeri mulai terpinggirkan berganti dengan sektor industri manufaktur yang lebih menggeliat.

Jadi jangan heran jika impor bahan pangan mengalir deras ke dalam negeri. Sebab kedigdayaan swasembada pangan di Tanah Air kini hanya tinggal cerita. Lumbung-lumbung pangan nasional secara perlahan meredup bahkan mulai mati.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Sedang Bedagai, Medan. Kabupaten ini terkenal sebagai salah satu penghasil terbesar pangan khususnya beras. Tapi itu dulu di saat masih banyak warga Medan yang dengan penuh semangat menggarap potensi lahan pertanian.

Kini, lahan pertanian dibiarkan kosong. Sebab muncul paradigma baru di mata orang Medan dan sekitarnya, menjadi petani bukan sebuah pekerjaan yang layak. Banyak yang akhirnya memilih mencari pekerjaan lain.

"Kami kesulitan mencari tenaga kerja (petani) dari dalam kabupaten ini, rata-rata anak-anak mereka (petani) tidak mau menjadi petani sehingga tidak ada generasi selanjutnya untuk melanjutkan produksi beras disini. Anggapan mereka bahwa menjadi petani adalah pekerjaan hina, pekerjaan bau lumpur," ujar Ketua Industri Pertanian Terpadu, Parlan Sibarani kepada merdeka.com, beberapa pekan lalu di Medan.

Kondisinya bakal semakin mengkhawatirkan. Dalam lima tahun ke depan, kabupaten ini bakal kesulitan dan kekosongan tenaga kerja sektor pertanian. Padahal dalam tiap tahunnya, melalui desa binaan para calon petani diberikan pembekalan dasar hingga penggunaan alat teknologi pertanian.

"Pembinaan ini sudah berjalan selama setahun tapi tidak juga menghasilkan tenaga kerja yang banyak. Saya yakin dalam lima tahun ke depan akan sulit mencari petani di sini," jelas dia.

Setiap tahun, kabupaten ini menghasilkan beras 14,5 ton beras dengan memanfaatkan luas lahan pertanian 3.434 hektar (ha). Tingginya produksi beras tidak dinikmati langsung oleh warga Medan. Sebab, petani penggarap lahan pertanian di kabupaten ini didatangkan dari luar Medan.

"Kan sayangnya setiap tahunnya kami menghasilkan produksi beras terbesar di kota ini. Dan kami harus bayar upah yang lebih tinggi karena mempekerjakan petani dari luar. Kami setiap harinya mendatangkan 13 orang untuk satu hektar dengan upah 100.000 per hari," ungkapnya.

(mdk/noe)

http://m.merdeka.com/uang/di-mata-or...jaan-hina.html

Anggapan mereka bahwa menjadi petani adalah pekerjaan hina, pekerjaan bau lumpur,emoticon-Hammer (S)
0
7K
96
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan