- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
WANITA INI BERANI MEMBAKAR SURGA-MEMADAMKAN NERAKA


TS
Justape
WANITA INI BERANI MEMBAKAR SURGA-MEMADAMKAN NERAKA

Assalamu'alaikum Warohmatullohiwabarokatuh. ane hanya ingin share cerita inspiratif tentang sosok Wanita yang SUPER WOW menurut ane. silahkan di resapi ceritanya. mudah-mudahan terdapat hikmah dan nasehat untuk kita semua setelah selesai membacanya. Amiin

Kisah Rabiatul Adawiyah (Kekasih Allah)

Wacana mahabbatullah (cinta kepada Allah) dalam dunia tasawuf dipopularkan oleh seorang wanita yang menjadi kekasih Allah (Waliyyullah), Rabiah al-Adawiyyah. Tampilnya Rabiah dalam sejarah tasawuf Islam, memberikan cinta tersendiri dalam menyetarakan gender pada dataran spiritual Islam.
Bahkan dengan kemampuannya dalam menempuh perjuangan ‘melawan diri sendiri’ dan seterusnya tenggelam dalam ‘telaga cinta Ilahi’, dinilai oleh kalangan sufi telah melampau seratus darjat orang-orang soleh dari kalangan laki-laki. Rabiah al-Adawiyyah termasyhur kerana pengalaman spiritualnya, iaitu mahabah atau penyerahan diri total kepada Allah S.W.T. Pengalaman ini diperolehnya bukan melalui guru, melainkan melalui pengalamannya sendiri. Jika sebelumnya Hasan al-Basri, ahli hadis dan fikh, telah merintis kehidupan zuhud berdasarkan rasa takut dan harapan, makan Rabiah melengkapinya dengan cinta kepada Tuhan. Cintanya kepada Allah S.W.T telah memenuhi seluruh jiwa raganya; tidak menyisakan tempat di hatinya untuk mencintai sesuatu selain Allah S.W.T.
Baginya, dorongan mahabah berasal dari dirinya sendiri dan juga karena hak Allah S.W.T untuk dipuja dan dicintai. Puncak pertemuan mahabah antara hamba dan cinta kasih Allah S.W.T yang menjadi akhir keinginan Rabiah. Rabiah yang berparas cantik, memiliki suara merdu, dan pandai menari ini ditugaskan oleh tuannya sebagai penghibur. Setelah belasan tahun menjadi penghibur, suatu hari ketika bernyanyi, Rabiah merasakan kedekatannya dengan Allah S.W.T yang seolah-olah memanggilnya. Sejak itu, ia menolak semua perintah tuannya untuk bernyanyi dan menari sehingga tuannya marah, bahkan menyiksanya. Namun, Rabiah tetap berdoa kepada Allah S.W.T. Rabiah pun dijual kepada seorang sufi yang kemudian mengajaknya menikah. Rabiah menolaknya kerana kecintaannya yang tinggi pada Allah S.W.T. Setelah dibebaskan, Rabiah memutuskan untuk hidup menyendiri. Cinta Rabiah kepada Allah S.W.T merupakan cinta suci, murni, dan sempurna seperti disenandungkan kepada syair ini:
“Aku mencintaimu dengan dua cinta; cinta karena diriku, dan cinta karena diri-Mu. Cinta karena diriku adalah keadaanku yang sentiasa mengingat-Mu yang mengungkapkan tabir, sehingga Engkau kulihat. Baik untuk ini, maupun untuk itu, pujianku bukanlah bagiku; bagi-Mulah pujian untuk semuanya. Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi, berilah keampunan pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu. Engkaulah harapanku, kebahagiaanku, dan kesenanganku, hatiku enggan mencintai selain Engkau."

Rabiah mencurahkan seluruh hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. Karena itu, ia memilih hidup zuhud (sederhana) agar bebas daripada segala rintangan dalam perjalanan menuju Tuhan. Dalam pandangannya, kenikmatan duniawi adalah hambatan menuju Tuhan. Dia pernah memanjatkan doa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu daripada segala perkara yang menyibukkanku sehingga aku tidak sempat menyembah-Mu dan daripada segala rintangan yang merenggangkan hubunganku dengan-Mu.”

Perkimpoian baginya adalah rintangan. Dia menerima banyak lamaran untuk menikah, tetapi menolak semua lamaran itu. Mengenai cinta kepada Nabi Muhammad S.A.W, dia berkata:
“Aku cinta kepada Nabi S.A.W, tetapi cintaku kepada Khalik (Maha Pencipta) memalingkan perhatianku daripada cinta kepada makhluk (segala ciptaan).”
Rabiah sang pencinta agung itu, mencintai Tuhan buka karena naluri kewanitannya. Dia mencintai Tuhan dengan sepenuh jiwanya, ia mencintai zat-Nya, sifat-sifat-Nya. Ia bertafakur, berzikir, juga suntuk memaknai segala sesuatu tentang Kekuasaan dan Kebesaran-Nya, sehingga tidak ada ruang sedikit pun dalam dirinya untuk berfikir selain Dia. Dia merelakan dirinya tidak menikah. Dia tidak ingin menikah bukan lantaran tidak ada yang meminangnya, dia memilih kehidupan bersendirian kerana tidak tertarik dengan kenikmatan hidup duniawi.
Ketika Rabiah ditanya: “Kenapa engkau tidak menikah, wahai Rabi’ah?” Dia menjawab: “Tidak ada tempat di hatiku kecuali untuk Kekasih Sejati.” Rabiah menyembah Tuhan dengan penuh cinta dan kerinduan, yang sulit untuk dijabarkan melalui pena, diungkapkan melalui pemahaman. Kalimat rindu dan ungkapan cinta Rabiah kepada Kekasih Sejatinya sering kita dengar dalam lantun tawajjuh-nya: “Tuhanku, jika ibadahku hanya untuk menjauhkan diriku daripada api neraka-Mu, maka kelak bakarlah aku dengan api neraka-Mu. Jika sembahanku hanya untuk meraih syurga-Mu, Maka haramkan syurga-Mu bagi diriku. Adapun apabila ibadahku hanya ingin beroleh kasih sayang-Mu, Berilah aku kurnia-Mu yang besar, Kurniakanlah kepadaku agar dapat melihat wajah-Mu Wahai Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia.”
Dalam pandangan Rabiah, cinta pada galibnya adalah kehidupan spiritual, cinta berasal daripada Allah S.W.T dan untuk Allah S.W.T. Terilhami rasa kasih yang dalam akan nasib kaumnya, Rabiah coba meluruskan pandangan ‘ubudiyyah mereka dengan bait syair: “Mereka menyembah-Mu hanya kerana takut akan neraka-Mu Kemenangan dan keselamatan bagi mereka Adalah apabila terbebas daripada (niat seperti) itu. Bagiku, masalahnya bukanlah pada syurga atau neraka-Mu Aku tidak rela (Kau) Tuhanku diganti sembahan yang lain.” Apa yang ingin ditegaskan Rabiah di sini adalah (bahwa) perilaku cintanya kepada Allah adalah tulus, jujur dan murni, demi dan untuk-Nya semata, tanpa kepentingan apa pun kecuali mengharap ridho-Nya. Rabiah tidak ingin seperti yang lain, yang meniatkan sembahannya untuk tujuan dan keinginan tertentu, terlebih menghindarkan diri daripada sesuatu.

Cinta Rabiah adalah cinta kepada zat-Nya, dan kerinduannya adalah rindu pada sifat-sifat-Nya. Dalam hal ini Rabiah telah jauh keluar orbit, menembus dimensi ruang dan waktu, dari epos sembahan kaumnya. Dia telah memfokuskan kepada satu titik ilah (sembahan yang satu) yang patut dicintai. Apa yang ia sosialisasikan dengan ritual ibadah murni adalah sebuah perilaku cinta dengan penyerahan dan kepasrahan yang tulus, jauh daripada rasa takut.
Allah S.W.T berfirman yang bermaksud: “… Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang salih, dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi:110) Makna sufistik ayat di atas bagi Rabi’ah adalah, (bahwa) hendaknya seseorang jangan menyekutukan Allah dalam ibadahnya dengan berharap Syurga-Nya, atau agar terselamatkan dari Neraka-Nya. Seorang penulis riwayat hidup Rabiah yang berasal dari Parsi mengisahkan kematiannya sebagai berikut:
“Pada masa menjelang akhir hayatnya, banyak sekali orang- alim duduk mengelilinginya. Rabiah meminta kepada mereka, ‘Bangkit dan keluarlah; berikan jalan kepada pesuruh-pesuruh Allah Yang Maha Agung!’ Maka semua orang bangkit dan keluar, dan pada saat mereka menutup pintu, mereka mendengar suara Rabiah mengucapkan kalimat syahadat dan mereka mendengar sebuah suara, “… Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu, berpuas-puaslah dengan-Nya. Maka masuklah bersama golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam Syurga-Ku.” (Al-Fajr: 27-30) Sesudah itu, tidak terdengar lagi suara apa pun, pada ketika orang-orang itu masuk kembali ke bilik itu, mereka Rabiah sudah meninggalkan dunia fana ini. Sesudah Rabiah menghembuskan nafas terakhir, segera para doktor yang berdiri di hadapannya meminta agar jasad wanita sufi ini segera dimandikan. Setelah semua jenzah wanita sufi itu dimandi dan kafankan, mereka bersama-sama melaksanakan solat jenazah dan mengkebumikan jasad itu di tempat yang dia akan berada di sana selamanya. Sungguh hebat cinta Rabiah ini kepada Allah S.W.T. Mampukah kita mencapai satu tahap itu?

Saya - langsung tidak berkeyakinan kepada diri sendiri.. . Beliau sanggup di bakar di dalam neraka sekiranya segala amalan yang dibuatnya hanya untuk meraih syurga Allah.. Namun, kita adalah dituntut untuk mencintai Allah lebih dari segalanya yang kita ada di dunia ini. Cinta Allah, adalah cinta yang hakiki, cinta pertama yang kita akui sebelum roh kita di tiup ke jasad, cinta yang tidak pernah/tidak akan menzalimi, cinta yang tidak akan hilang walau bumi ini telah musnah.. Semoga entry ini telah memberi sedikit sebanyak pengajaran/peringatan kepada semua, terutama diri saya sendiri.. Wallahua'lam...
sumber : http://safwan-myheart.blogspot.com/2...bbatullah.html


Sangat layak di baca & direnungkan oleh agan2 member Kaskus terkhusus aganwati di forum ini . Tapi berpikir bijak dan smart ya sista.. yang (aganwati) Muslimah sebagaimana juga umat Rasulullah mesti berpegang teguh kepada ajarannya Nabi Muhammad yang menyeru umatnya untuk Menikah. seraplah nilai-nilai positif lainnya yang memang relevan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. seperti nilai ; Keimanan, Istiqomah, keteguhan prinsip, kecerdasan dan lain-lain. CMIIW
Sekian Thread ini ane Share semoga terdapat hikmah dan nasehat didalamnya. Kepada Alloh S.W.T ane mohon ampun. Terimakasih kepada yang bersedia membaca nya dengan sabar. Terimakasih. Wassalamu'alaikum Warohmatullohiwabarokatuh.

Sumber pic : Google
Bonus Link Sholawat yang memiliki syair senada dengan do'a sang Sufi Wanita Rabiatul Adawiyah
Sholawat Abu Nawas yang dilantunkan oleh Alm. Gusdur

Spoiler for Sholawat Abunawas:
[/youtube]Diubah oleh Justape 01-03-2014 01:21
0
9.7K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan