Kontroversi Rhoma Irama menjadi capres
"Saya katakan, bahwa politik, agama, seni buat saya three in one. Jadi, saya harus tahu (berbagai persoalan umum) bukan ketika mencapreskan diri," kata Rhoma Irama, ketika saya tanya berapa lama dia membutuhkan waktu untuk mempelajari persoalan ekonomi mikro.
Menurutnya, sejak merintis karir di dunia musik dangdut, dia sudah bersentuhan dengan persoalan ekonomi dan agama.
Dia kemudian menyebut sejumlah lagunya yang disebutnya bertema tentang kritik sosial dan politik, selain percintaan.
"Tentang politik, saya telah mengajak Bangsa Indonesia untuk menghormati hak asasi manusia pada tahun 1977," katanya, seraya kemudian menyanyikan beberapa baris lirik lagu itu.
"Saya sudah melakukannya sejak berdirinya Soneta, melalui takbir akbar dam main musik. Jadi, di dalam politik, saya tidak perlu bermetamorfosis dari penyanyi menjadi politisi."
Mantan politisi PPP dan Golkar ini juga mengaku sudah lebih dari 40 tahun melakukan "blusukan" ke pelosok Indonesia.
"Saya sudah melakukannya sejak berdirinya Soneta, melalui takbir akbar dam main musik," katanya.
"Jadi, di dalam politik, saya tidak perlu bermetamorfosis dari penyanyi menjadi politisi," kata Rhoma, yang sempat kuliah di Fakultas Sosial Politik, Universitas 17 Agustus, namun hanya bertahan setahun.
Pernyataan Rhoma ini jelas untuk menangkis "serangan" lawan politiknya atau pihak-pihak yang selama ini meremehkan tentang keseriusannya menjadi bakal calon presiden.
(
sumber)

Nama : Rhoma Irama
Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 11 Desember 1946
Profesi : penyanyi, musisi dangdut
Diskografi:
Album film: Lebih dari 26 film, mulai film Oma Irama Penasaran hingga Sajadah Ka'bah.
Album Melayu Bersama Soneta Group:
Soneta Volume I Begadang (1973) hingga Soneta Volume 18 Azza (2011)
Album Solo: Pemilu (1982) hingga Ukhuwah (2011)
Penghargaan:
The South East Asia
Superstar Legenddi Singapura (2007)
Lifetime Achievement Awards, 2011, SCTV (2011)
Ayo panasbung dan panastak bersatu ya....
Tambahan:
Quote:
Tentang Rhoma Irama dan Gelar Profesornya
Hari hari ini banyak orang mencibiri Rhoma Irama dengan gelar Profesor "Honoris Causa-nya", sebuah penempelan gelar yang salah mungkin atau kenaifan Bung Oma Irama dalam menabalkan dirinya di tengah konfigurasi politik dimana gelar pendidikan menjadi patokan tempat sosial di masyarakat.
Terlepas soal gelar-gelaran Pendidikan Bung Oma Irama, saya melihat justru Bung Oma Irama itu memiliki situasi kemanusiaan yang lebih hebat dari kebanyakan manusia Indonesia, Merendahkan diri sebenarnya bila Bung Oma Irama hanya dijuluki Profesor, bagi saya Oma Irama itu Prefosseren de Professor, Professornya Proffesor, dia mampu menciptakan peradaban, dia mampu mengatalisator kekuatan daya hidup rakyat jelata, selama puluhan tahun Oma Irama mampu memproduksi karya-karyanya yang dinikmati orang banyak. Malulah diri kita bila menghina Oma Irama sedemikian rupa ditengah kemampuannya berkarya.
Dalam politik, Oma Irama bisa dikatakan dialah yang paling senior dari tokoh politik di jaman sekarang yang muncul, di tahun 1982, Oma Irama sudah bisa bikin kalang kabut Intel, bikin pening kepala Pangkopkamtib, dan Oma Irama dikatakan sebagai "Peletik awal " Impor Revolusi Iran di Indonesia, dari Lapangan Banteng 1982 yang rusuh dimana Bung Oma Irama menjadi pusar segala tuduhan, maka digaungkanlah operasi Naga Hijau yang dimulai 1983/1984 dimana hasilnya pelemahan politik kalangan Islam secara signifikan. Oma Irama sudah menjadi penentu politik ketika kebanyakan dari kita masih bercelana monyet atau belum lahir.
Memang dia naif dalam menyerang Jokowi, tapi bagaimanapun dia sudah satu panggung dengan Jokowi tertawa bersama, dalam politik dia ditertawakan habis-habisan karena kegagapannya dalam menjawab pertanyaan Mata Najwa, Karena dia memang tidak pandai dalam kamus kosa kata politik, tapi menertawakan Oma Irama sebagai figur politik jelas kita seakan gagap membaca masa lalu.
Saya tidak membela Oma Irama, dan jelas saya tidak akan mendukung Oma Irama dalam Capres, karena "Menempatkan orang yang tepat pada tempatnya" adalah prinsip rasionalitas, sejauh ini memang hanya Jokowi yang paling tepat dalam "menjawab panggilan jaman" tapi saya hanya mencoba jujur dalam menilai, bagaimanapun Oma Irama adalah manusia istimewa dan menertawakannya sama seperti membahasakan dari dalam diri kita "apa yang sudah kamu lakukan untuk bangsamu?"dan perlu 12 buku ensikloped untuk menjelaskan apa yang telah dilakukan Oma Irama untuk bangsanya : Indonesia...........
-Anton DH Nugrahanto-.
Tambahan soal Wanita:
Quote:
Rhoma dan poligami
Sebagai musisi kondang yang sudah malang-melintang lebih dari 40 tahun, perjalanan hidup Rhoma Irama tidak terlepas dari kontroversi.
Pilihannya untuk berpoligami, misalnya, telah menyulut cibiran sebagian masyarakat Indonesia.
Setelah menikahi Veronica awal tahun 1970-an dan memiliki tiga anak, Rhoma menikahi Ricca Rachim pada 1984. Setahun setelah pernikahan ini, Rhoma dan Veronica resmi bercerai.
Di awal 1990-an, menurut penulis Moh. Shofan dalam buku berjudul Rhoma Irama, Politik dakwah dalam Nada (2014), raja dangdut ini menikah lagi dengan Marwah Ali.
Dari pernikahan ini, mereka dikarunai dua anak, yaitu Ridho Rhoma dan Nazela.
Seperti dikutip dalam buku karangan Moh. Shofan, awal 2000, 'Satria Bergitar' -- judul film yang dibintangi dirinya -- ini menikah kembali dengan gadis asal Solo bernama Gita Andini Saputri, dan dikaruniai seorang anak.
Tiga tahun kemudian, Rhoma menikah lagi dengan aktris Angel Lelga, yang tidak berlangsung lama.
Apakah sikap anda berpoligami dan menimbulkan cibiran masyarakat tidak membuat anda terganggu saat maju sebagai bakal calon presiden? Tanya saya.
"Sama sekali tidak. Kenapa? Poligami itu sesuatu yang halal, bukan sebuah dosa, bukan cacat moral, bukan cacat politik, bukan cacat integritas," kata Rhoma Irama, berulang-ulang.
Sebaliknya, "Kalau kita tukang main perempuan, misalnya, itu cacat moral. Tapi kalau kimpoi, poligami, itu sesuatu yang halal yang dibenarkan oleh agama."
"Saya tidak terganggu karena sebagai superstar, mohon maaf, saya ini orang yang dikejar-kejar perempuan. Lumrah kalau seorang superstar. Bukan mengejar perempuan," katanya lebih lanjut.
Untuk para jones: belajar dari bang haji tuh
