Christine Aurellia (16) dan ayahnya, Gunawan (67), warga Jl Griya Babatan Mukti 89, Wiyung menjadi korban penganiayaan sopir taksi O-Renz bernomor lambung BA 115.

Informasi yang dihimpun Lensa Indonesia, Selasa (18/2/2014) malam, gadis alumni Great Crystal International School (GCIS) ini berangkat dari rumah dengan ayahnya ke Pakuwon Trade Center (PTC) dengan menumpang Taksi berwarna orange itu.

Di tengah perjalanan, Christine Aurellia yang akrab disapa Aurel mendadak memberikan instruksi kepada sopir taksi O-Renz belok kiri karena menganggap jalan itu lebih dekat menuju PTC. Namun sang sopir taksi O-Renz menjawabnya dengan nada yang kurang sopan.

Ketika sampai di lokasi yang dimaksud, anak dan ayahnya ini turun dan membayar tarif argo sebesar Rp 17.500. Permasalahan muncul saat korban menyerahkan uang Rp 100 ribu dan meminta uang kembalian. Sang sopir taksi O-Renz mengaku tak bisa memberi uang kembalian sehingga terjadi cekcok mulut. “Pak sopirnya bilang pada saya agar saya menukarkan uang itu. Ya saya protes dong, kami ini kan customer yang seharusnya dilayani dengan baik, kok malah disuruh nukarin uang,” terang Aurel saat dikonfirmasi Lensa Indonesia,” tandas Aurel saat dikonfirmasi Lensa Indonesia.

Cekcok mulut itu berakhir dengan aksi penganiayaan yang dilakukan sopir taksi O-Renz. Tersinggung dengan ucapan korban yang bernada tinggi, pelaku ini kemudian membalikkan badan dan memukul Aurel tiga kali. Melihat itu, sang ayah mencoba melerai namun malah ikutan kena bogem mentah pelaku yang terlanjur emosi.

Merasa tak terima, korban penganiayaan ini keluar dari taksi menuju Satpam penjaga PTC. Namun yang dilapori enggan ikut campur dan meminta agar taksi itu minggir dulu. “Sudah mbak minggir saja dulu,” ujar Aurel menirukan ucapan sang satpam.

Merasa teraniaya, Aurel lantas menuju Polsek Wiyung untuk melaporkan kasus penganiayaan itu. Namun lagi, lagi ABG itu mendapat perlakuan kurang mengenakkan karena petugas jaga waktu itu menolak laporannya. “Pak polisinya bilang, belum ada konfirmasi dari pihak taksi O-Renz. Bahkan waktu itu saya ingin melakukan visum sendiri untuk membuktikan laporan kasus penganiayaan ini. Namun petugasnya bilang, mereka tak mau menerima hasil visum saya jika dilakukan sendiri,” terang Aurel dengan nada bingung.

Karena luka di mata kirinya mulai mengeluarkan darah, korban penganiayaan sopir taksi O-Renz ini bergegas menuju Rumah Sakit Wiyung Sejahtera untuk mendapat pengobatan. Di tempat itu, Aurel juga bermaksud meminta dilakukan visum, namun petugas rumah sakit menolaknya dengan alasan tak ada surat pengantar dari kepolisian.

Hingga berita ini diturunkan, Aurel masih bingung mencari keadilan terhadap kasus penganiayaan yang menimpanya. Sayangnya korban mengaku hanya mengingat nomor lambung taksi O-Renz itu tanpa melihat ID Card sang sopir. “Tapi saya ingat ciri-cirinya. Dia berkulit hitam, rambutnya pendek dan ada kumis. usianya sekitar 35-40 tahunan,” ungkapnya.

Sementara Kapolsek Wiyung, Kompol Wiwiek Setyaningsih membantah dengan tegas bila pihaknya dianggap mengabaikan laporan korban penganiayaan itu. “Kami sudah melakukan prosedur yang ada dan membuat surat pengantar agar pelapor divisum. Bahkan ketika itu penyidik di Polsek juga sudah siap membuat BAP (Berita Acara Pemeriksaan) terhadap pelapor. namun yang bersangkutan menolaknya dengan alasan kepala masih pusing. Rencananya hari ini dia mau datang lagi untuk dibuatkan BAP,” paparnya.