FAKTA TENTANG GURU

Sebelum kita membahas lebih mendalam tetantang profesi sebagai seorang guru, alangkah baiknya kita mengetahui pengertian dari kata guru.
Berdasarkan Wilkipedia, Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

Guru dibedakan menjadi 2, yakni guru tetap dan guru honorer.

1. Guru tetap
Guru yang telah memiliki status minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan telah ditugaskan di sekolah tertentu sebagai instansi induknya. Selaku guru di sekolah swasta, guru tersebut dinyatakan guru tetap jika telah memiliki kewewenangan khusus yang tetap untuk mengajar di suatu yayasan tertentu yang telah diakreditasi oleh pihak yang berwenang di kepemerintahan Indonesia.

2. Guru honorer
Guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, bahkan mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil layaknya seorang guru tetap.
Secara fakta, mereka berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur honorer, ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil formasi umum.

KINI KITA AKAN MENGETAHUI SUKA DUKA GURU HONORER (GURU TIDAK TETAP)

Silahkan di simak dan semoga dapat menjadi gambaran yang nyata mengenai profesi guru di Indonesia pada umumnya.



Mulyadi menjalankan aktivitasnya sebagai guru mata pelajaran PKn di sebuah SMA di daerah Karanganyar Jawa Tengah.

Bagi Mulyadi, mengajar merupakan tugas mulia yang harus dijalankan dengan maksimal tanpa memperhitungkan penghasilannya. Sejak lulus dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1998, Mulyadi sudah membulatkan tekad untuk menjadi pendidik. Mulyadi lalu melamar menjadi guru di SMA dan diterima untuk mengajar mata pelajaran PKn. Saat pertama kali jadi guru itu, Mulyadi digaji hanya Rp15.000 per bulan.

”Tapi yang jelas, dengan gaji pas-pasan itu harus tetap ngajarterus. Karena saya memang ingin jadi guru. Istri dan anak juga mendukung,” ungkapnya. Dengan gaji awal yang masih jauh dari layak tersebut, Mulyadi masih bertahan sebagai pengajar di sekolah di naungan yayasan itu hingga kini. Penghasilan kecil itu justru melecut ayah tiga anak itu untuk mencari sumber penghasilan lain agar tidak mengganggu tugasnya sebagai pengajar. ”Istri saya di pasar, saya sendiri memelihara sapi, jadi peternak sapi. Alhamdulillah, dari penghasilan di luar mengajar itu bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bangun rumah. Saya juga bisa mengantarkan anak bekerja ke luar negeri,” katanya.

Kisah yang tak jauh berbeda :

Mukhlisin, seorang guru honorer terlihat ramah dan penuh kasih sayang kepada para anak didiknya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yakti Desa Klopo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Secara bergantian, anak didiknya mencium tangannya saat jam pelajaran selesai. Tak jarang, guru yang akrab disapa Pak Muh ini mengelus kepala anak didiknya.
Selama mengajar sejak 2001, dia hanya bisa menikmati gaji Rp150.000 per bulan.

Kendati demikian, menurutnya, nominal yang diterimanya itu bukan menjadi alasan untuk mengeluh dan lepas dari tanggung jawab. ”Kalau dilihat dari gaji, sangat jauh dari UMR (Upah Minimum Regional). Tetapi hal itu tidak menjadikan saya mengajarnya asal-asalan. Saya tetap bertanggung jawab anak didik di sini memiliki kemampuan yang sama dengan sekolah yang lain, atau status gurunya negeri,” katanya. Padahal, Pak Muh merupakan satu-satunya guru lakilaki yang ada di MI Yakti Klopo. Dari sembilan guru, delapan di antaranya adalah perempuan.

http://m.koran-sindo.com/node/346845


cerita lain akan di update setelah ini...
ikuti terus threadnya ya ?