- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Di 10 sektor ini Indonesia keok dari Malaysia


TS
Deckrest
Di 10 sektor ini Indonesia keok dari Malaysia
Keinginan menjadi maju tentu ada di setiap benak warga negara di dunia. Kemajuan suatu negara diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan warga negara.
Namun, hal ini nampaknya sulit dilakukan oleh Indonesia. Berdasarkan laporan 'Global Competitiveness Report 2013-2014' yang disusun World Economic Forum, peringkat daya saing ekonomi Indonesia berada di urutan 38.
Daya saing merupakan salah satu indikator peningkatan ekonomi. Saat ini, meski berhasil meningkat dibanding peringkat tahun 2012 lalu, yakni posisi 50, tapi pemerintah mengakui hal itu tak menggembirakan. Apalagi, Indonesia masih kalah dibanding negara lain di Asia Tenggara.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, mengatakan posisi daya saing Indonesia masih di bawah Thailand (37), Singapura (2), dan Malaysia (24).
Lembaga internasional banyak menyoroti bahwa peringkat Indonesia masih tercecer dalam hal kemudahan memulai berbisnis, pendaftaran properti, kemudahan memperoleh listrik, kemudahan memperoleh kredit, serta kemudahan pembayaran pajak.
"Kita coba lakukan reformasi birokrasi, penyederhanaan perizinan melalui pelayanan terpadu satu atap (PTSP), 4 paket kebijakan stimulus fiskal, dan dikeluarkannya 17 paket kebijakan untuk kemudahan berusaha baru-baru ini untuk mengusahakan kemudahan berbisnis," kata Firmanzah.
Kemudahan berbisnis yang sulit tentunya membuat kemakmuran warga negara susah terwujud. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebut tidak masalah jika disebut Indonesia kalah dibanding Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura. Dia justru optimis, dengan kondisi ekonomi nasional saat ini, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan tersebut.
"Tidak apa, penduduk kita jauh lebih banyak. Kita akan kejar. Mereka start lebih dulu tapi akselerasi kita kuat," tegas Hatta saat melakukan kunjungan kerja ke Malang, Jawa Timur.
Hatta mengaku tidak meragukan keyakinannya tersebut. "Saya yakin itu," singkatnya.
Dia optimis Indonesia masih lebih baik dari Malaysia. Indikatornya diperlihatkan dari jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia yang semakin besar.
"Kelas menengah kita meningkat sangat tajam. Sekarang kelas menengah kita 50 juta. Dua kali lipat dari Malaysia dan akan terus meningkat pada 2030 menjadi 135 juta," katanya.
Hatta menyebutkan, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia saat ini sudah di atas USD 6.000. "Dan rata-rata di 2025 sudah USD 16.000 pendapatan per kapita kita," jelasnya.
Kali ini merdeka.com akan menyoroti beberapa aspek ekonomi di mana Indonesia kalah dibandingkan negara tetangga Malaysia. Berikut rangkumannya.
Namun, hal ini nampaknya sulit dilakukan oleh Indonesia. Berdasarkan laporan 'Global Competitiveness Report 2013-2014' yang disusun World Economic Forum, peringkat daya saing ekonomi Indonesia berada di urutan 38.
Daya saing merupakan salah satu indikator peningkatan ekonomi. Saat ini, meski berhasil meningkat dibanding peringkat tahun 2012 lalu, yakni posisi 50, tapi pemerintah mengakui hal itu tak menggembirakan. Apalagi, Indonesia masih kalah dibanding negara lain di Asia Tenggara.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, mengatakan posisi daya saing Indonesia masih di bawah Thailand (37), Singapura (2), dan Malaysia (24).
Lembaga internasional banyak menyoroti bahwa peringkat Indonesia masih tercecer dalam hal kemudahan memulai berbisnis, pendaftaran properti, kemudahan memperoleh listrik, kemudahan memperoleh kredit, serta kemudahan pembayaran pajak.
"Kita coba lakukan reformasi birokrasi, penyederhanaan perizinan melalui pelayanan terpadu satu atap (PTSP), 4 paket kebijakan stimulus fiskal, dan dikeluarkannya 17 paket kebijakan untuk kemudahan berusaha baru-baru ini untuk mengusahakan kemudahan berbisnis," kata Firmanzah.
Kemudahan berbisnis yang sulit tentunya membuat kemakmuran warga negara susah terwujud. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebut tidak masalah jika disebut Indonesia kalah dibanding Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura. Dia justru optimis, dengan kondisi ekonomi nasional saat ini, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan tersebut.
"Tidak apa, penduduk kita jauh lebih banyak. Kita akan kejar. Mereka start lebih dulu tapi akselerasi kita kuat," tegas Hatta saat melakukan kunjungan kerja ke Malang, Jawa Timur.
Hatta mengaku tidak meragukan keyakinannya tersebut. "Saya yakin itu," singkatnya.
Dia optimis Indonesia masih lebih baik dari Malaysia. Indikatornya diperlihatkan dari jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia yang semakin besar.
"Kelas menengah kita meningkat sangat tajam. Sekarang kelas menengah kita 50 juta. Dua kali lipat dari Malaysia dan akan terus meningkat pada 2030 menjadi 135 juta," katanya.
Hatta menyebutkan, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia saat ini sudah di atas USD 6.000. "Dan rata-rata di 2025 sudah USD 16.000 pendapatan per kapita kita," jelasnya.
Kali ini merdeka.com akan menyoroti beberapa aspek ekonomi di mana Indonesia kalah dibandingkan negara tetangga Malaysia. Berikut rangkumannya.

Quote:

2. Otomotif
Quote:

3. Kerja sama bilateral
Quote:

4. Cadangan minyak
Quote:

5. Tenaga kerja
Quote:

6. Perbankan
Quote:

7. Wirausaha
Quote:

8. Investor pasar modal
Quote:

9. Perawatan pesawat
Quote:
.
10. Produksi ponsel
Quote:
Sumur
Diubah oleh Deckrest 18-02-2014 08:26
0
4K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan