- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menganalisa Walikota Surabaya Risma di Mata Najwa


TS
asrulsani
Menganalisa Walikota Surabaya Risma di Mata Najwa

Ane memang gak kenal dengan Ibu Risma sang Wali Kota Surabaya. Tahunya cuman dari media massa yang memang sering memberitakan kegiatan-kegiatannya dalam membenahi Kota Surabaya.
Tetapi melihat wawancara Ibu Risma dengan Najwa Shihab dalam acara ”Mata Najwa” yang ditayangkan pada 12 Februari 2014. Ane benar benar terkesan
Tri Rismaharini Ibu Walikota ini Sebetulnya tidak ada yang luar biasa dari tampak luarnya.
Tubuhnya tidak tinggi semampai seperti Sophia Latjuba (yang belakangan dikabarkan comeback ke Indonesia dan langsung membuat heboh infotainment), tidak juga secantik Ibu Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Tubuh Risma kekar berbalut jilbab dan jarinya tidak lentik bak Dewi Persik, melainkan bulat-kuat seperti jari-jemari ibu-ibu petani yang biasa memegang pacul (lihat aja ketika Ibu Risma menghapus air matanya).
Dia juga tidak pandai bersilat lidah seperti Farhat Abbas, bahkan tidak pandai bicara (apalagi bicara diplomatis) seperti anggota DPR. Dia bukan politisi, atau pengacara.
Dari ceritanya kepada Najwa, keliatan banget bahwa Risma sangat religius. Religiositasnya sangat berbeda dari religiositas Wali Kota Bengkulu Helmi Harun, yang menjanjikan umrah dan haji gratis serta hadiah mobil Kijang Innova dan Honda CRV buat masyarakat yang paling rajin salat subuh berjamaah di masjid.
Spontan keesokan harinya masjid dipenuhi oleh calon-calon peserta umrah/haji bermentalmatre( apalagi buat PNS diwajibkan datang, dicatat kehadirannya dan kena sanksi kalau tidak hadir).
Religiositas Risma nampak dari intuisinya yang kuat, yang menurut Risma sendiri merupakan petunjuk Tuhannya. Tuhan setiap hari memberitahu kemana dia harus pergi hari itu, ke barat atau ke utara, maka dia pun pergi ke arah itu, dan selalu dia menemukan warganya yang sedang bermasalah.
Seperti anak telantar di pinggir jalan yang membutuhkan bantuan Dinas Sosial, pramuria berumur 60 tahun yang masih praktek dengan langganan anakanak SD( karena ia mau menerima bayaran Rp1.000-2.000), atau banjir yang ketika ditelusuri penyebabnya adalah pagar orang yang membuat air mampat (maka spontan dia suruh bongkar pagar itu).
Maka ketika dia ditanya oleh Najwa, ”Masih tegakah Ibu mengundurkan diri sebagai wali kota, walaupun sudah menerima 51 penghargaan dan calon wali kota terbaik dunia? Apa yang saya harus katakan kepada warga Surabaya?” Pecahlah tangis Risma. Dia kasihan kepada jutaan warga Surabaya yang masih perlu bantuannya. Tetapi dia juga tidak mau, sebagai wali kota, mengetahui adanya warganya yang masih menderita dan dia tidak berbuat apa-apa.
”Nanti kalau saya dipanggil dan ditanya Tuhan (dia lebih banyak menggunakan istilah ‘Tuhan’ daripada ‘Allah’) dan saya tidak bisa menjawab, saya tidak akan masuk surga. Saya tidak mau tidak masuk surga!” Alangkah religiusnya, walaupun tidak sepotong ayat pun keluar dari bibirnya.
Risma (yang hanya ibu rumah tangga dan senang keluar makan malam dengan suami dan anak-anaknya) jelas jauh religius daripada ustadz Solmed atau ustadzah Mama Dede yang kondang dengan memasang tarif jutaan rupiah sekali taushiah, yang menolak hadir jika tarifnya tidak disepakati, dan punya rumah mewah dan motor gede dan sering masuk infotainment.
Dia hanya seorang arsitek dan mantan Kepala Dinas Pertanaman dan Kebersihan di Kota Surabaya (tipikal PNS dan birokrat yang kebetulan mengurus taman dan sampah Surabaya).
Tetapi dia tahu betul apa yang dikatakannya dan bisa mempertanggung jawabkan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Inilah contoh konkret dari ”satunya kata dengan perbuatan”.
Pemimpin yang sebenarnya sudah sangat langka kita dapatkan disini.
Di Sadur dari http://www.koran-sindo.com/node/367716
Diubah oleh asrulsani 28-02-2014 08:20


tien212700 memberi reputasi
1
4.7K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan