- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer
[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi


TS
silent.reader.4
[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi
========================================================
Tulisan ini adalah opini saya pribadi yang bisa saja banyak kekurangannya, karena saya juga hanya orang awam yang sedang belajar. Jika ada yang kurang pas, mohon kritiknya. Data yang mendasari artikel ini, saya ambil dari beberapa sumber yang menurut saya cukup kredible, namun saya tidak bisa memastikan 100% kebanarannya.
mohon maaf jika tulisan ini kurang berkenan, hanya ingin berbagi dan belajar..
Special Thanks saya ucapkan buat agan @StealthFlanker yang sudah bersedia menurunkan sedikit ilmunya.
========================================================
Sumber Asli Tulisan : Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesia di Masa Datang
Topik yang saya bahas kali ini adalah mengenai Project KFX/IFX, yang merupakan project development Jet Tempur generasi 4.5 kerjasama Korea Selatan dengan Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa project ini sudah mengalami beberapa kali penundaan, baik sebelum Indonesia bergabung maupun setelah Indonesia bergabung. Ketika Korea Selatan memutuskan untuk menunda project KFX/IFX selama satu setengah tahun di akhir tahun 2012 lalu, banyak pihak yang mempertanyakan kejelasan nasib Project KFX/IFX ini. Namun, belakangan ini nasib project KFX/IFX ini sudah mendekati akan dilanjutkan kembali, terlebih saat Korea Selatan memutuskan F-35 Asebagai pemenang tender FX-III mereka.
Kabar Terbaru Project KFX/IFX
Tanggal 5 January 2014 lalu, [URL="'http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2014/01/116_149209.html"]Korea Times[/URL] memberitakan bahwa Pemerintah Korea Selatan sudah memberikan lampu hijau bahwa Porject ini akan segera dimulai kembali. Harian itu memberitakan bahwa saat ini pihak komite pembuat keputusan sedang dalam tahap menentukan design final dan mesin yang akan digunakan dalam project ini. Disebutkan juga bahwa Departemen Pertahanan Korea, Joint Chief of Staff (semacam komite gabungan petinggi militer Korea) dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA, bisa dibilang mirip High Level Commite Indonesia) akan memberikan rekomendasi kepada Komite Pembuat Keputusan di awal Februari ini.
Disebutkan juga bahwa Korea Selatan menyediakan dana sekitar $19 Juta untuk keperluan mengambil keputusan design mana yang akan diambil sebagai dasar pengembangan Project KFX/IFX ini. Project KFX/IFX ini sendiri ditargetkan oleh pihak Korea Selatan untuk mulai diterima oleh Angkatan Udara Korea di tahun 2023. Dan total pesanan Korea Selatan yang sebesar 120 unit (di sumber lain di sebut 200 unit) akan selesai 7 atau 8 tahun setelah pesanan pertama tiba. Itu artinya target pengirimannya adalah tahun 2023-2030.
Dari pihak Indonesia sendiri sudah di konfirmasi oleh Kemenhan bahwa project ini akan tetap di lanjutkan. Kemenhan Indonesia sendiri sudah memberikan keterangan pers bahwa [URL="'http://arc.web.id/berita/602-rapim-kemhan-dari-kfx-hingga-apache-dan-panther.html"]Indonesia akan menyediakan dana sebesar $5 Juta sebagai dana riset untuk memasuki tahap Enginering Manufacturing Design (EMD)[/URL] project KFX/IFX ini. Pernyataan ini semakin di pertegas ketika Wakil Menteri Pertahanan Indonesia menerima kunjungan Deputi Menteri Kantor Anggaran, Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan, Bang Moon Kyu, di Kantor Kemhan RI, Jakarta, 13 January 2014 lalu. Pertemuan ini membicarakan secara khusus masalah kerjasama project KFX/IFX.
Dari petikan diatas dapat dipastikan bahwa ada dana sekitar $25 juta gabungan dari kedua negara untuk membawa project KFX/IFX ini memasuki tahap Enginering Manufacturing Design (EMD). Sebagai informasi, tahap EMD inilah yang akhir tahun 2012 lalu di tunda. Sebagai informasi pula, tahap EMD ini adalah tahap paling menentukan dalam project KFX/IFX ini.
Keputusan Akhir Design dan Mesin untuk Project KFX/IFX
Pada tahapan Enginering Manufacturing Design (EMD) ini, sudah harus ditentukan design akhir yang akan dipakai. Selain itu, harus sudah di tentukan apa jenis mesin yang akan digunakan. Ini adalah tahap yang sangat krusial dan sangat menentukan. Sebagai informasi, tahun 2012 yang lalu telah diajukan 2 kemungkinan design untuk digunakan di project ini, yaitu design C-103 dan C-203. Penentuan design yang mana yang akan di pakai, juga sangat dipengaruhi oleh pemenang tender FX-III Korea Selatan. Jika pemenang tender FX-III Korea Selatan adalah F-35 A atau F-15 Silent Eagle, maka KFX akan menggunakan design C-103. Sedangkan jika pemenang tender FX-III ini adalah EF Typhoon, maka KFX akan menggunakan design C-203. Hal ini merupakan bagian Transfer of Technology dari pemenang tender FX-III ke project KFX/IFX. Kabar terakhir tender FX-III sepertinya sudah dimenangkan oleh F-35 A, sehingga kemungkinan design yang dipakai adalah design C-103. Berikut adalah contoh gambar design C-103 :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://s.kaskus.id/images/2014/02/13/4266869_20140213064805.jpg)
Namun di tahun 2013 lalu, ketika project KFX/IFX ini masih dalam masa vakum (ditunda), Korean Aerospace Industrie (KAI alias PT DI nya Korea) mengajukan design yang berbeda yaitu design KFX-E. Berbeda dengan design C-103 dan C-203 sebelumnya yang keduanya adalah design dengan 2 mesin, maka design KFX-E yang ajukan oleh KAI ini adalah single engine. Berikut contoh gambar design KFX-E :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://s.kaskus.id/images/2014/02/13/4266869_20140213064842.jpg)
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa design yang kemungkinan akan dipakai tinggal 2 yaitu design C-103 (terkait dengan pemenang tender FX-III) dan design KFX-E yang di usulkan oleh KAI. Pertanyaannya sekarang adalah design yang mana yang akan digunakan? Sebagai informasi tambahan design C-103 adalah design yang dihasilkan dalam tahap Technical Development (TD) yang diikuti oleh ADD Korea Selatan, KAI Korea dan Tim Indonesia. Sedangkan design KFX-E adalah murni usulan KAI Korea tanpa melibatkan pihak ADD Korea dan Tim Indonesia.
Dibeberapa artikel lain yang saya sebagai admin AnalisisMiliter.com baca sebelumnya, saya memperoleh informasi bahwa ADD Korea Selatan dan pihak Indonesia sedikit ngotot untuk menggunakan design dengan dua mesin, yaitu design C-103. Sedangkan KAI menginginkan design dengan 1 mesin yaitu KFX-E untuk memudahkan dalam memperoleh teknologinya. Sebagai informasi pula, kita harus ingat bahwa dalam project KFX/IFX ini, persent sharing yang dimiliki KAI hanya 20%, sisanya adalah 60% share Pemerintah Korea (diwakili ADD Korea) dan 20% share Indonesia. Itu artinya suara gabungan ADD Korea dan Indonesia lebih besar dalam menentukan final design dibandingkan dengan KAI. Itu juga berarti konsep design C-103 sepertinya tetap lebih berpeluang menjadi pilihan.
Sekarang mari kita bahas, mesin apa yang akan digunakan dalam project KFX/IFX ini. Dari beberapa artikel yang saya baca sejak 2011 sampai saat ini, ada beberapa kemungkinan type mesin yang digunakan yaitu mesin F414 (mesin Super Hornet), EJ200 (Mesin EF Typhoon), Snecma M88-2 (Mesin Dasault Rafale), dan F110-GE-129 (Mesin KF-16 dan F-15K). Dan dari beberapa artikel lain yang admin AnalisisMiliter.com pelajari, diperoleh informasi bahwa Dry Thrust yang diharapkan untuk design C-103 adalah sekitar 24.000 sampai 27.000 pounds serta 36.000 sampai 44.000 pounds thrust dengan after burner. Sedangkan untuk design KFX-E, Dry Thrust yang diharapkan adalah sekitar 18.000 pounds dan 29.000 pounds thrust dengan afterburner. Berangkat dari data ini, mari kita perhatikan data mesin yang mungkin di gunakan dibawah ini :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://dl.kaskus.id/analisismiliter.com/gambar/engine_spec.jpg)
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk design KFX-E (single engine), maka pilihan mesin yang memenuhi Kriteria hanya F110-GE-129. Selain memenuhi kriteria, mesin ini juga sudah digunakan di KF-16 dan F-15 K milik Korea Selatan, sehingga akan menjadi nilai plus di mata Korea Selatan. Sedangkan untuk design C-103 (dual engine), pilihan yang memenuhi kriteria adalah F414, EJ200 dan Snecma M88-2. Mesin F110-GE-129 tidak masuk kedalam kriteria karena akan memberikan Thrust yang lebih besar dari yang di harapakan. Dengan kata lain, mesin F110-GE-229 akan menghasilkan KFX sebagai fighter kelas berat, bukan lagi kelas menengah seperti tujuan awal. Nah dari tiga mesin (F414, EJ200, Snecma M88-2), sepertinya mesin F414 yang memberikan Thrust yang paling maksimal baik tanpa atau dengan after burner. Pilihan kedua kemungkinan akan jatuh ke mesin EJ200 yang memberikan Thrust yang sedikit dibawah F414. Pilihan ketiga adalah Snecma M88-2, yang sepertinya memberikan Thrust yang relatif lebih rendah dari dua kandidat lain. Faktor lain yang menyebabkan F414 lebih diunggulkan adalah karena masih satu keluarga dengan mesin F404 yang digunakan oleh T-50 Golden Eagle family.
Design C-103 Vs KFX-E Dalam Perspektif Indonesia
Pada keterangan diatas kita sudah membahas sedikit tentang kemungkinan design dan mesin yang akan digunakan. Namun pandangan diatas adalah dari perspektif umum, tanpa memandang kepentingan Nasional Indonesia didalamnya. Maka sekarang, tiba lah saatnya kita memandang pilihan-pilihan diatas dalam perspektif kepentingan Nasional Indonesia. Ini penting, karena tujuan awal Indonesia ikut kedalam project KFX/IFX ini juga tentunnya berdasarkan kepentingan Nasional Indonesia.
Berangkat dari isu kepentingan Nasional Indonesia, design KFX/IFX manakah yang paling memberikan keuntungan kepada Indonesia? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita membuat perbandingan kedua design dan dibandingkan dengan pesawat tempur yang sudah operasional saat ini. Perhatikan data di bawah ini :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://dl.kaskus.id/analisismiliter.com/gambar/detail_spec.jpg)
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa dimensi fisik design KFX-E sedikit lebih besar dari KF-16 milik Korea Selatan. Berat kosong dan Internal Fuel KFX-E lebih besar sedikit diatas KF-16 Korea. Dengan perkiraan mesin yang sama (F110-GE-129), maka bisa di simpulkan bahwa kemampuan KFX-E tidak akan jauh berbeda dari KF-16. Bahkan dengan berat kosong dan internal fuel yang lebih besar, maka dengan mesin yang sama bisa disimpulkan bahwa KF-16 akan lebih lincah dibandingkan dengan KFX-E.
Lalu apakah design KFX-E ini dibutuhkan oleh Indonesia? Saya pribadi belum tau secara detail spesifikasi KFX yang di inginkan Indonesia. Berita terakhir yang saya dengar dari [URL="'http://www.angkasa.co.id/index.php/aerotech/663-program-kfx-ifx-dilanjutkan-pemerintah-diminta-segera-memilih-desain"]Angkasa Online, 6 feb 2014[/URL], disebutkan bahwa Indonesia menginginkan pesawat dengan Maximun Take Off Weight (MTOW) sebesar 50.000 pounds. Dari speksifikasi diatas, jelas terlihat bahwa KFX-E ini hanya memeliki MTOW sebesar 46.000 pounds yang tidak akan berbeda jauh dari F-16 Block 52. Mungkin yang menjadi keunggulannya hanyalah Radar AESA dan design airframe yang memungkinkan nilai RCS-nya lebih kecil dari F-16 Block 52. Disini saya melihat tidak banyak nilai plus bagi Indonesia jika KFX menggunakan design KFX-E ini. Dibandingkan dengan jet tempur generasi 4+ sekarang ini seperti F-16 Block 60, F-18 Super Hornet, EF Typhoon, Rafale, dan lainnya, praktis design KFX-E ini tidaklah terlalu spesial.
Nilai plus yang paling mungkin diterima Indonesia jika KFX menggunakan design KFX-E adalah kesempatan belajar membuat pesawat tempur dari awal. Selain itu tentunya, tentunya ada nilai plus lain dimana memungkinkan adanya jenis-jenis senjata baru yang bisa diaplikasikan di KFX-E ini yang selama ini belum ada di jet tempur lain. Namun sejauh ini, ini masih hanya sebatas kemungkinan karena teknologi senjata baru seperti rudal, bom pintar baru dan lainnya masih dalam tahap pengembangan di Korea. Hal lain yang menjadi nilai plusnya adalah design KFX-E yang lebih simple tentunya akan membuat project KFX ini bisa lebih cepat selesai dibandingkan dengan menggunakan design C-103.
Lalu bagaimana dengan design C-103? Kita misalkanlah design C-103 ini dipakai dengan menggunakan mesin F414-400 yang sama dengan F-18 Super Hornet. Dibandingkan dengan design KFX-E, design C-103 ini lebih menjanjikan baik dari segi dimensi fisik, maupun dalam masalah RCS. Design C-103 sudah menyediakan ruang untuk memungkinkan adanya Internal Waepon Bay di masa datang. Namun Internal Waepon Bay ini direncanakan baru akan digunakan di KFX Block 2. Sementara produksi awal (Block 1), belum menggunakan Internal Waepon Bay. Itu artinya design C-103 memiliki peluang untuk meningkatkan kemampuan “Stealth” dimasa datang. Untuk Block I ditargetkan nilai RCS-nya berada di level 0.1-1.0 m2, yang artinya tidak terlalu berbeda jauh dibandingkan dengan Rafale, Super Hornet dan Typhoon yang RCS-nya berada di level 0.3-1 m2. Namun design C-103 yang mempunyai space untuk digunakan untuk Internal Weapon Bay dimasa datang, memungkinkan untuk bisa memiliki nilai “Stealth” yang lebih baik dibandingkan Super Hornet, Rafale, F-16 Block 60 dan Typhoon. Ini berarti design C-103 ini cukup memiliki keunggulan dibandingkan dengan jet tempur sekelasnya tersebut. Dengan pertimbangan ini, maka ada baiknya Indonesia tetap untuk tetap fokus kepada design C-103.
berlanjut di bawah ya.....
Tulisan ini adalah opini saya pribadi yang bisa saja banyak kekurangannya, karena saya juga hanya orang awam yang sedang belajar. Jika ada yang kurang pas, mohon kritiknya. Data yang mendasari artikel ini, saya ambil dari beberapa sumber yang menurut saya cukup kredible, namun saya tidak bisa memastikan 100% kebanarannya.
mohon maaf jika tulisan ini kurang berkenan, hanya ingin berbagi dan belajar..
Special Thanks saya ucapkan buat agan @StealthFlanker yang sudah bersedia menurunkan sedikit ilmunya.
========================================================
Sumber Asli Tulisan : Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesia di Masa Datang
Quote:
Topik yang saya bahas kali ini adalah mengenai Project KFX/IFX, yang merupakan project development Jet Tempur generasi 4.5 kerjasama Korea Selatan dengan Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa project ini sudah mengalami beberapa kali penundaan, baik sebelum Indonesia bergabung maupun setelah Indonesia bergabung. Ketika Korea Selatan memutuskan untuk menunda project KFX/IFX selama satu setengah tahun di akhir tahun 2012 lalu, banyak pihak yang mempertanyakan kejelasan nasib Project KFX/IFX ini. Namun, belakangan ini nasib project KFX/IFX ini sudah mendekati akan dilanjutkan kembali, terlebih saat Korea Selatan memutuskan F-35 Asebagai pemenang tender FX-III mereka.
Kabar Terbaru Project KFX/IFX
Tanggal 5 January 2014 lalu, [URL="'http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2014/01/116_149209.html"]Korea Times[/URL] memberitakan bahwa Pemerintah Korea Selatan sudah memberikan lampu hijau bahwa Porject ini akan segera dimulai kembali. Harian itu memberitakan bahwa saat ini pihak komite pembuat keputusan sedang dalam tahap menentukan design final dan mesin yang akan digunakan dalam project ini. Disebutkan juga bahwa Departemen Pertahanan Korea, Joint Chief of Staff (semacam komite gabungan petinggi militer Korea) dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA, bisa dibilang mirip High Level Commite Indonesia) akan memberikan rekomendasi kepada Komite Pembuat Keputusan di awal Februari ini.
Disebutkan juga bahwa Korea Selatan menyediakan dana sekitar $19 Juta untuk keperluan mengambil keputusan design mana yang akan diambil sebagai dasar pengembangan Project KFX/IFX ini. Project KFX/IFX ini sendiri ditargetkan oleh pihak Korea Selatan untuk mulai diterima oleh Angkatan Udara Korea di tahun 2023. Dan total pesanan Korea Selatan yang sebesar 120 unit (di sumber lain di sebut 200 unit) akan selesai 7 atau 8 tahun setelah pesanan pertama tiba. Itu artinya target pengirimannya adalah tahun 2023-2030.
Dari pihak Indonesia sendiri sudah di konfirmasi oleh Kemenhan bahwa project ini akan tetap di lanjutkan. Kemenhan Indonesia sendiri sudah memberikan keterangan pers bahwa [URL="'http://arc.web.id/berita/602-rapim-kemhan-dari-kfx-hingga-apache-dan-panther.html"]Indonesia akan menyediakan dana sebesar $5 Juta sebagai dana riset untuk memasuki tahap Enginering Manufacturing Design (EMD)[/URL] project KFX/IFX ini. Pernyataan ini semakin di pertegas ketika Wakil Menteri Pertahanan Indonesia menerima kunjungan Deputi Menteri Kantor Anggaran, Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan, Bang Moon Kyu, di Kantor Kemhan RI, Jakarta, 13 January 2014 lalu. Pertemuan ini membicarakan secara khusus masalah kerjasama project KFX/IFX.
Dari petikan diatas dapat dipastikan bahwa ada dana sekitar $25 juta gabungan dari kedua negara untuk membawa project KFX/IFX ini memasuki tahap Enginering Manufacturing Design (EMD). Sebagai informasi, tahap EMD inilah yang akhir tahun 2012 lalu di tunda. Sebagai informasi pula, tahap EMD ini adalah tahap paling menentukan dalam project KFX/IFX ini.
Keputusan Akhir Design dan Mesin untuk Project KFX/IFX
Pada tahapan Enginering Manufacturing Design (EMD) ini, sudah harus ditentukan design akhir yang akan dipakai. Selain itu, harus sudah di tentukan apa jenis mesin yang akan digunakan. Ini adalah tahap yang sangat krusial dan sangat menentukan. Sebagai informasi, tahun 2012 yang lalu telah diajukan 2 kemungkinan design untuk digunakan di project ini, yaitu design C-103 dan C-203. Penentuan design yang mana yang akan di pakai, juga sangat dipengaruhi oleh pemenang tender FX-III Korea Selatan. Jika pemenang tender FX-III Korea Selatan adalah F-35 A atau F-15 Silent Eagle, maka KFX akan menggunakan design C-103. Sedangkan jika pemenang tender FX-III ini adalah EF Typhoon, maka KFX akan menggunakan design C-203. Hal ini merupakan bagian Transfer of Technology dari pemenang tender FX-III ke project KFX/IFX. Kabar terakhir tender FX-III sepertinya sudah dimenangkan oleh F-35 A, sehingga kemungkinan design yang dipakai adalah design C-103. Berikut adalah contoh gambar design C-103 :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://s.kaskus.id/images/2014/02/13/4266869_20140213064805.jpg)
Namun di tahun 2013 lalu, ketika project KFX/IFX ini masih dalam masa vakum (ditunda), Korean Aerospace Industrie (KAI alias PT DI nya Korea) mengajukan design yang berbeda yaitu design KFX-E. Berbeda dengan design C-103 dan C-203 sebelumnya yang keduanya adalah design dengan 2 mesin, maka design KFX-E yang ajukan oleh KAI ini adalah single engine. Berikut contoh gambar design KFX-E :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://s.kaskus.id/images/2014/02/13/4266869_20140213064842.jpg)
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa design yang kemungkinan akan dipakai tinggal 2 yaitu design C-103 (terkait dengan pemenang tender FX-III) dan design KFX-E yang di usulkan oleh KAI. Pertanyaannya sekarang adalah design yang mana yang akan digunakan? Sebagai informasi tambahan design C-103 adalah design yang dihasilkan dalam tahap Technical Development (TD) yang diikuti oleh ADD Korea Selatan, KAI Korea dan Tim Indonesia. Sedangkan design KFX-E adalah murni usulan KAI Korea tanpa melibatkan pihak ADD Korea dan Tim Indonesia.
Dibeberapa artikel lain yang saya sebagai admin AnalisisMiliter.com baca sebelumnya, saya memperoleh informasi bahwa ADD Korea Selatan dan pihak Indonesia sedikit ngotot untuk menggunakan design dengan dua mesin, yaitu design C-103. Sedangkan KAI menginginkan design dengan 1 mesin yaitu KFX-E untuk memudahkan dalam memperoleh teknologinya. Sebagai informasi pula, kita harus ingat bahwa dalam project KFX/IFX ini, persent sharing yang dimiliki KAI hanya 20%, sisanya adalah 60% share Pemerintah Korea (diwakili ADD Korea) dan 20% share Indonesia. Itu artinya suara gabungan ADD Korea dan Indonesia lebih besar dalam menentukan final design dibandingkan dengan KAI. Itu juga berarti konsep design C-103 sepertinya tetap lebih berpeluang menjadi pilihan.
Sekarang mari kita bahas, mesin apa yang akan digunakan dalam project KFX/IFX ini. Dari beberapa artikel yang saya baca sejak 2011 sampai saat ini, ada beberapa kemungkinan type mesin yang digunakan yaitu mesin F414 (mesin Super Hornet), EJ200 (Mesin EF Typhoon), Snecma M88-2 (Mesin Dasault Rafale), dan F110-GE-129 (Mesin KF-16 dan F-15K). Dan dari beberapa artikel lain yang admin AnalisisMiliter.com pelajari, diperoleh informasi bahwa Dry Thrust yang diharapkan untuk design C-103 adalah sekitar 24.000 sampai 27.000 pounds serta 36.000 sampai 44.000 pounds thrust dengan after burner. Sedangkan untuk design KFX-E, Dry Thrust yang diharapkan adalah sekitar 18.000 pounds dan 29.000 pounds thrust dengan afterburner. Berangkat dari data ini, mari kita perhatikan data mesin yang mungkin di gunakan dibawah ini :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://dl.kaskus.id/analisismiliter.com/gambar/engine_spec.jpg)
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk design KFX-E (single engine), maka pilihan mesin yang memenuhi Kriteria hanya F110-GE-129. Selain memenuhi kriteria, mesin ini juga sudah digunakan di KF-16 dan F-15 K milik Korea Selatan, sehingga akan menjadi nilai plus di mata Korea Selatan. Sedangkan untuk design C-103 (dual engine), pilihan yang memenuhi kriteria adalah F414, EJ200 dan Snecma M88-2. Mesin F110-GE-129 tidak masuk kedalam kriteria karena akan memberikan Thrust yang lebih besar dari yang di harapakan. Dengan kata lain, mesin F110-GE-229 akan menghasilkan KFX sebagai fighter kelas berat, bukan lagi kelas menengah seperti tujuan awal. Nah dari tiga mesin (F414, EJ200, Snecma M88-2), sepertinya mesin F414 yang memberikan Thrust yang paling maksimal baik tanpa atau dengan after burner. Pilihan kedua kemungkinan akan jatuh ke mesin EJ200 yang memberikan Thrust yang sedikit dibawah F414. Pilihan ketiga adalah Snecma M88-2, yang sepertinya memberikan Thrust yang relatif lebih rendah dari dua kandidat lain. Faktor lain yang menyebabkan F414 lebih diunggulkan adalah karena masih satu keluarga dengan mesin F404 yang digunakan oleh T-50 Golden Eagle family.
Design C-103 Vs KFX-E Dalam Perspektif Indonesia
Pada keterangan diatas kita sudah membahas sedikit tentang kemungkinan design dan mesin yang akan digunakan. Namun pandangan diatas adalah dari perspektif umum, tanpa memandang kepentingan Nasional Indonesia didalamnya. Maka sekarang, tiba lah saatnya kita memandang pilihan-pilihan diatas dalam perspektif kepentingan Nasional Indonesia. Ini penting, karena tujuan awal Indonesia ikut kedalam project KFX/IFX ini juga tentunnya berdasarkan kepentingan Nasional Indonesia.
Berangkat dari isu kepentingan Nasional Indonesia, design KFX/IFX manakah yang paling memberikan keuntungan kepada Indonesia? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita membuat perbandingan kedua design dan dibandingkan dengan pesawat tempur yang sudah operasional saat ini. Perhatikan data di bawah ini :
![[SHARE] Project KFX/IFX : Hambatan, Tantangan dan Peluang Sebagai Jet Tempur Indonesi](https://dl.kaskus.id/analisismiliter.com/gambar/detail_spec.jpg)
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa dimensi fisik design KFX-E sedikit lebih besar dari KF-16 milik Korea Selatan. Berat kosong dan Internal Fuel KFX-E lebih besar sedikit diatas KF-16 Korea. Dengan perkiraan mesin yang sama (F110-GE-129), maka bisa di simpulkan bahwa kemampuan KFX-E tidak akan jauh berbeda dari KF-16. Bahkan dengan berat kosong dan internal fuel yang lebih besar, maka dengan mesin yang sama bisa disimpulkan bahwa KF-16 akan lebih lincah dibandingkan dengan KFX-E.
Lalu apakah design KFX-E ini dibutuhkan oleh Indonesia? Saya pribadi belum tau secara detail spesifikasi KFX yang di inginkan Indonesia. Berita terakhir yang saya dengar dari [URL="'http://www.angkasa.co.id/index.php/aerotech/663-program-kfx-ifx-dilanjutkan-pemerintah-diminta-segera-memilih-desain"]Angkasa Online, 6 feb 2014[/URL], disebutkan bahwa Indonesia menginginkan pesawat dengan Maximun Take Off Weight (MTOW) sebesar 50.000 pounds. Dari speksifikasi diatas, jelas terlihat bahwa KFX-E ini hanya memeliki MTOW sebesar 46.000 pounds yang tidak akan berbeda jauh dari F-16 Block 52. Mungkin yang menjadi keunggulannya hanyalah Radar AESA dan design airframe yang memungkinkan nilai RCS-nya lebih kecil dari F-16 Block 52. Disini saya melihat tidak banyak nilai plus bagi Indonesia jika KFX menggunakan design KFX-E ini. Dibandingkan dengan jet tempur generasi 4+ sekarang ini seperti F-16 Block 60, F-18 Super Hornet, EF Typhoon, Rafale, dan lainnya, praktis design KFX-E ini tidaklah terlalu spesial.
Nilai plus yang paling mungkin diterima Indonesia jika KFX menggunakan design KFX-E adalah kesempatan belajar membuat pesawat tempur dari awal. Selain itu tentunya, tentunya ada nilai plus lain dimana memungkinkan adanya jenis-jenis senjata baru yang bisa diaplikasikan di KFX-E ini yang selama ini belum ada di jet tempur lain. Namun sejauh ini, ini masih hanya sebatas kemungkinan karena teknologi senjata baru seperti rudal, bom pintar baru dan lainnya masih dalam tahap pengembangan di Korea. Hal lain yang menjadi nilai plusnya adalah design KFX-E yang lebih simple tentunya akan membuat project KFX ini bisa lebih cepat selesai dibandingkan dengan menggunakan design C-103.
Lalu bagaimana dengan design C-103? Kita misalkanlah design C-103 ini dipakai dengan menggunakan mesin F414-400 yang sama dengan F-18 Super Hornet. Dibandingkan dengan design KFX-E, design C-103 ini lebih menjanjikan baik dari segi dimensi fisik, maupun dalam masalah RCS. Design C-103 sudah menyediakan ruang untuk memungkinkan adanya Internal Waepon Bay di masa datang. Namun Internal Waepon Bay ini direncanakan baru akan digunakan di KFX Block 2. Sementara produksi awal (Block 1), belum menggunakan Internal Waepon Bay. Itu artinya design C-103 memiliki peluang untuk meningkatkan kemampuan “Stealth” dimasa datang. Untuk Block I ditargetkan nilai RCS-nya berada di level 0.1-1.0 m2, yang artinya tidak terlalu berbeda jauh dibandingkan dengan Rafale, Super Hornet dan Typhoon yang RCS-nya berada di level 0.3-1 m2. Namun design C-103 yang mempunyai space untuk digunakan untuk Internal Weapon Bay dimasa datang, memungkinkan untuk bisa memiliki nilai “Stealth” yang lebih baik dibandingkan Super Hornet, Rafale, F-16 Block 60 dan Typhoon. Ini berarti design C-103 ini cukup memiliki keunggulan dibandingkan dengan jet tempur sekelasnya tersebut. Dengan pertimbangan ini, maka ada baiknya Indonesia tetap untuk tetap fokus kepada design C-103.
berlanjut di bawah ya.....
Diubah oleh silent.reader.4 13-02-2014 18:48
0
24.3K
Kutip
121
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan