- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
AWAS, beberapa calon dokter 19 kali tidak lulus uji kompetensi.


TS
dokteroon
AWAS, beberapa calon dokter 19 kali tidak lulus uji kompetensi.
Prihatin dengan TS yang galau
[SPOILER=Dokter sekarang berkualitas rendah]Tahun ini sekitar 2.500 lulusan dokter yang belum mendapatkan sertifikasi kompetensi lantaran gagal lulus uji kompetensi yang digelar kolegium kedokteran, IDI dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Bahkan, dalam ujian sertifikasi kompetisi ada yang mengulang sampai 19 kali. - See more at: http://metropolitan.pelitaonline.com...s#.Uv72TmKSypI[/SPOILER]
Sebabnya ini gan...
FK Abal-abal
Anak lulusan STM masuk FK
Kasian lulusannya gan
Tanggung jawab pemerintah
Saran untuk Calon Dokter tidak Bermutu
Jangan nekat masuk FK
[SPOILER=Dokter sekarang berkualitas rendah]Tahun ini sekitar 2.500 lulusan dokter yang belum mendapatkan sertifikasi kompetensi lantaran gagal lulus uji kompetensi yang digelar kolegium kedokteran, IDI dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Bahkan, dalam ujian sertifikasi kompetisi ada yang mengulang sampai 19 kali. - See more at: http://metropolitan.pelitaonline.com...s#.Uv72TmKSypI[/SPOILER]
Sebabnya ini gan...
Spoiler for Sebabnya:
Jakarta, Saat ini, di Indonesia terdapat lebih dari 70 fakultas kedokteran baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Kualitasnya tentu berbeda-beda, bahkan 33 persen perlu diragukan karena belum terakreditasi. Perlukah masyarakat khawatir?
"Jelas mengkhawatirkan. Itu yang sedang dibenahi dengan suatu mekanisme kemitraan antara fakultas kedokteran yang kuat dengan yang lemah," kata Dr dr Ratna Sitompul, SpM(K), Sekjen Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia (AIPKI) usai sarasehan 3 Pilar Pendidikan Kendokteran Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (12/4/2012).
Menurut Dr Ratna, dari 70 lebih fakultas kedokteran yang ada di Indonesia hanya sekitar 17 yang memiliki akreditasi A. Selebihnya, 19 fakultas memiliki akreditasi B, 10 akreditasi C dan sisanya sebanyak 33 persen belum terakreditasi atau terakreditasi rendah.
Sumur
http://health.detik.com/read/2012/04...0/1891115/763/
"Jelas mengkhawatirkan. Itu yang sedang dibenahi dengan suatu mekanisme kemitraan antara fakultas kedokteran yang kuat dengan yang lemah," kata Dr dr Ratna Sitompul, SpM(K), Sekjen Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia (AIPKI) usai sarasehan 3 Pilar Pendidikan Kendokteran Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (12/4/2012).
Menurut Dr Ratna, dari 70 lebih fakultas kedokteran yang ada di Indonesia hanya sekitar 17 yang memiliki akreditasi A. Selebihnya, 19 fakultas memiliki akreditasi B, 10 akreditasi C dan sisanya sebanyak 33 persen belum terakreditasi atau terakreditasi rendah.
Sumur
http://health.detik.com/read/2012/04...0/1891115/763/
FK Abal-abal
Spoiler for FK Abal-abal:
Fakultas Kedokteran Abal-abal di Indonesia
Belakangan ini isu mengenai fakultas kedokteran abal-abal menjadi pembicaraan hangat di publik. Hal ini terjadi setelah Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H, menyatakan bahwa dokter muda yang tidak lulus Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) tidak diperbolehkan menjadi dokter dan lebih baik menjadi bupati atau pengusaha. Statement ini kemudian menjadi heboh dan menimbulkan pro dan kontra khususnya di kalangan mahasiswa kedokteran.
Pertanyaan tersebut kemudian diberitakan luas secara online sehingga timbul komentar yang kritis dari masyarakat. Ada yang mendukung, namun ada juga yang menyayangkan. Beberapa mahasiswa kedokteran yang berstatus Co-Ass yang kami temui menyatakan pernyataan Menkes terlalu dini. “Harusnya dia (Menkes) lebih peduli sama nasib kami, karena UKDI itu susah banget, nggak segampang yang diomongin”. Mahasiswa lain pun bahkan member pertanyaan yang lebih keras, “Coba kalau misalnya anaknya Bu Menkes nggak lulus UKDI? Apa dia tetap ngomong begitu?”, ungkap seorang mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya.
Sebelumnya, dalam portal berita online sebuah stasiun televisi swasta, disebutkan bahwa ada fakultas kedokteran yang menerima mahasiswa IPS, bahkan STM, untuk menjadi mahasiswa kedokteran. Dari banyaknya berita tersebut, kami akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian secara sekunder, mengumpulkan data seluruh fakultas kedokteran negeri maupun swasta diseluruh Indonesia. Dari data tersebut, kami mengumpulkan informasi akreditasi, usia fakultas kedokteran, fasilitas penunjang, dan jumlah dosen tetap. Selain informasi tersebut, kami juga menemui beberapa mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani Co-Ass untuk dapat menyampaikan plus-minus fakultas kedokterannya (tentunya dengan identitas yang dirahasiakan).
Menurut data Dikti, ada 72 fakultas kedokteran di Indonesia. Namun dari jumlah tersebut, sebanyak lebih kurang 40 fakultas kedokteran terakreditasi C (dibawah standar). Tak hanya didominasi oleh swasta, bahkan ada beberapa fakultas kedokteran negeri yang memiliki akreditasi C. Fakultas kedokteran tersebut diantaranya adalah:
1. Universitas Abulyatama, Aceh
2. Universitas Islam Sumatera Utara, Medan
3. Universitas Methodist Indonesia, Medan
4. Universitas Prima Indonesia, Medan
5. Universitas Batam, Kepulauan Riau
6. Universitas Abdurrab, Riau
7. Universitas Jambi, Jambi
8. Universitas Bengkulu, Bengkulu
9. Universitas Malahayati, Lampung
10. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta
11. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
12. Universitas Islam Bandung, Bandung
13. Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon
14. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
15. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
16. Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
17. Universitas Tanjungpura, Kalimantan
18. Universitas Warmadewa, Bali
19. Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat
20. Universitas Islam Al Azhar, Nusa Tenggara Barat
21. Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur
22. Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah
23. Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara
24. Universiras Pattimura, Maluku
sumber : ban-pt.kemdiknas.go.id/direktori.php
Selain berakreditasi C, ada juga fakultas kedokteran yang tidak memiliki akreditasi hingga sekarang, beberapa diantaranya:
1. Universitas HKBP Nommensen, Medan
2. Universitas Baiturrahmah, Padang
3. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah
4. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya
5. Universitas Palangkaraya, Kalimantan
6. Universitas Al Khairaat,Sulawesi Tengah
7. Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan
8. Universitas Cenderawasih, Papua
sumber : ban-pt.kemdiknas.go.id/direktori.php
Belakangan ini isu mengenai fakultas kedokteran abal-abal menjadi pembicaraan hangat di publik. Hal ini terjadi setelah Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H, menyatakan bahwa dokter muda yang tidak lulus Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) tidak diperbolehkan menjadi dokter dan lebih baik menjadi bupati atau pengusaha. Statement ini kemudian menjadi heboh dan menimbulkan pro dan kontra khususnya di kalangan mahasiswa kedokteran.
Pertanyaan tersebut kemudian diberitakan luas secara online sehingga timbul komentar yang kritis dari masyarakat. Ada yang mendukung, namun ada juga yang menyayangkan. Beberapa mahasiswa kedokteran yang berstatus Co-Ass yang kami temui menyatakan pernyataan Menkes terlalu dini. “Harusnya dia (Menkes) lebih peduli sama nasib kami, karena UKDI itu susah banget, nggak segampang yang diomongin”. Mahasiswa lain pun bahkan member pertanyaan yang lebih keras, “Coba kalau misalnya anaknya Bu Menkes nggak lulus UKDI? Apa dia tetap ngomong begitu?”, ungkap seorang mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya.
Sebelumnya, dalam portal berita online sebuah stasiun televisi swasta, disebutkan bahwa ada fakultas kedokteran yang menerima mahasiswa IPS, bahkan STM, untuk menjadi mahasiswa kedokteran. Dari banyaknya berita tersebut, kami akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian secara sekunder, mengumpulkan data seluruh fakultas kedokteran negeri maupun swasta diseluruh Indonesia. Dari data tersebut, kami mengumpulkan informasi akreditasi, usia fakultas kedokteran, fasilitas penunjang, dan jumlah dosen tetap. Selain informasi tersebut, kami juga menemui beberapa mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani Co-Ass untuk dapat menyampaikan plus-minus fakultas kedokterannya (tentunya dengan identitas yang dirahasiakan).
Menurut data Dikti, ada 72 fakultas kedokteran di Indonesia. Namun dari jumlah tersebut, sebanyak lebih kurang 40 fakultas kedokteran terakreditasi C (dibawah standar). Tak hanya didominasi oleh swasta, bahkan ada beberapa fakultas kedokteran negeri yang memiliki akreditasi C. Fakultas kedokteran tersebut diantaranya adalah:
1. Universitas Abulyatama, Aceh
2. Universitas Islam Sumatera Utara, Medan
3. Universitas Methodist Indonesia, Medan
4. Universitas Prima Indonesia, Medan
5. Universitas Batam, Kepulauan Riau
6. Universitas Abdurrab, Riau
7. Universitas Jambi, Jambi
8. Universitas Bengkulu, Bengkulu
9. Universitas Malahayati, Lampung
10. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta
11. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
12. Universitas Islam Bandung, Bandung
13. Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon
14. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
15. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
16. Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
17. Universitas Tanjungpura, Kalimantan
18. Universitas Warmadewa, Bali
19. Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat
20. Universitas Islam Al Azhar, Nusa Tenggara Barat
21. Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur
22. Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah
23. Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara
24. Universiras Pattimura, Maluku
sumber : ban-pt.kemdiknas.go.id/direktori.php
Selain berakreditasi C, ada juga fakultas kedokteran yang tidak memiliki akreditasi hingga sekarang, beberapa diantaranya:
1. Universitas HKBP Nommensen, Medan
2. Universitas Baiturrahmah, Padang
3. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah
4. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya
5. Universitas Palangkaraya, Kalimantan
6. Universitas Al Khairaat,Sulawesi Tengah
7. Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan
8. Universitas Cenderawasih, Papua
sumber : ban-pt.kemdiknas.go.id/direktori.php
Anak lulusan STM masuk FK

Spoiler for Anak STM masuk FK:
Dari 33 fakultas kedokteran yang telah disebutkan diatas, akhirnya kami menemukan 4 fakultas kedokteran yang dapat dikategorikan abal-abal, telah lama berdiri namun akreditasi masih C bahkan tidak terakreditasi meskipun sudah 2 periode akreditasi (tiap 5 tahun sekali), fasilitas tidak memadai, tenaga pengajar yang kurang kompeten, dan keluhan kulitas alumni di masyarakat. Berikut kami paparkan.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (Unmal)
Status : Swasta
Berdiri : 1994 (19 tahun)
Akreditasi : C (tidak pernah naik selama 3 periode re-akreditasi)
Fasilitas : Cukup Baik
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Seleksi mahasiswa baru tidak ketat, Siswa lulusan IPS dan STM bisa menjadi mahasiswa kedokteran
3. Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah (Unbrah)
Status : Swasta
Berdiri : 1994 (19 tahun)
Akreditasi : Tidak ada (sudah 19 tahun tidak ada akreditasi?)
Fasilitas : Kurang
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Dokter alumni FK Unbrah sering diprotes pihak rumah sakit karena kurang kompeten menangani pasien
Pertanyaan : Selama 19 tahun Dikti dan IDI Padang tidak ada yang protes sama sekali dengan progress kualitas FK Unbrah?
2. Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia (UMI)
Status : Swasta
Berdiri : 1968 (45 tahun)
Akreditasi : C (sudah 9 periode re-akreditasi masih C)
Fasilitas : Kurang
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Mayoritas dosen terbang atau pinjaman dari FK USU dan bergelar dokter umum jarang yang spesialis, Tidak punya ruang atau gedung sendiri (bercampur antar fakultas kedokteran dengan fakultas lain).
Pertanyaan : Mengapa pelaksanaan UKDI Kota Medan bisa dilaksanakan di FK UMI padahal kualitasnya masih dibawah rata-rata?
1. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
Status : Swasta
Berdiri : 1965 (48 tahun)
Akreditasi : C (sudah 9 periode re-akreditasi masih C)
Fasilitas : Kurang
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Mayoritas dosen terbang atau pinjaman dari FK USU dan bergelar dokter umum jarang yang spesialis, Permasalahan legalitas ijazah
Pertanyaan : FK UISU sudah berdiri 48 tahun berdiri, namun kualitasnya tidak meningkat, apakah ini disengaja hanya komersialisasi pendidikan? Padahal uang kuliahnya Rp 45 juta per tahun.
**Hasil data yang kami dapatkan adalah dapat dipertanggungjawabkan. Kami telah menerima pengaduan dari seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Riau yang telah melaporkan artikel ini sebelumnya. Kami berterimakasih atas tanggapannya, namun sangat disayangkan artikel terdahulu dilaporkan sebagai hoax. Semoga beliau lebih bijak dalam melakukan tindakan, karena informasi ini diperuntukkan untuk publik, bukan perorangan.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (Unmal)
Status : Swasta
Berdiri : 1994 (19 tahun)
Akreditasi : C (tidak pernah naik selama 3 periode re-akreditasi)
Fasilitas : Cukup Baik
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Seleksi mahasiswa baru tidak ketat, Siswa lulusan IPS dan STM bisa menjadi mahasiswa kedokteran
3. Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah (Unbrah)
Status : Swasta
Berdiri : 1994 (19 tahun)
Akreditasi : Tidak ada (sudah 19 tahun tidak ada akreditasi?)
Fasilitas : Kurang
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Dokter alumni FK Unbrah sering diprotes pihak rumah sakit karena kurang kompeten menangani pasien
Pertanyaan : Selama 19 tahun Dikti dan IDI Padang tidak ada yang protes sama sekali dengan progress kualitas FK Unbrah?
2. Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia (UMI)
Status : Swasta
Berdiri : 1968 (45 tahun)
Akreditasi : C (sudah 9 periode re-akreditasi masih C)
Fasilitas : Kurang
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Mayoritas dosen terbang atau pinjaman dari FK USU dan bergelar dokter umum jarang yang spesialis, Tidak punya ruang atau gedung sendiri (bercampur antar fakultas kedokteran dengan fakultas lain).
Pertanyaan : Mengapa pelaksanaan UKDI Kota Medan bisa dilaksanakan di FK UMI padahal kualitasnya masih dibawah rata-rata?
1. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
Status : Swasta
Berdiri : 1965 (48 tahun)
Akreditasi : C (sudah 9 periode re-akreditasi masih C)
Fasilitas : Kurang
RS Pendidikan : Tidak Ada
Keluhan : Mayoritas dosen terbang atau pinjaman dari FK USU dan bergelar dokter umum jarang yang spesialis, Permasalahan legalitas ijazah
Pertanyaan : FK UISU sudah berdiri 48 tahun berdiri, namun kualitasnya tidak meningkat, apakah ini disengaja hanya komersialisasi pendidikan? Padahal uang kuliahnya Rp 45 juta per tahun.
**Hasil data yang kami dapatkan adalah dapat dipertanggungjawabkan. Kami telah menerima pengaduan dari seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Riau yang telah melaporkan artikel ini sebelumnya. Kami berterimakasih atas tanggapannya, namun sangat disayangkan artikel terdahulu dilaporkan sebagai hoax. Semoga beliau lebih bijak dalam melakukan tindakan, karena informasi ini diperuntukkan untuk publik, bukan perorangan.
Kasian lulusannya gan

Spoiler for Korban:
Ganda Syahputra, Alumni Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh ini merasa letih. Tak jarang ibunya, S Sihombing dan ayahnya J Sirait yang tengah berada di kampung halaman, Rantau Parapat, menanyakan kejelasan tentang pekerjaannya. “Orangtua saya nanya, ‘kok tak nampak juga pelangi ini. Kapan bisa praktik sendiri, punya pekerjaan yang jelas ? Seperti itu orangtua nanya,” ujarnya saat ditemui di kantor IDI Medan.
Suara Ganda ikut mewakili suara ribuan rekan-rekannya. Suara dokter muda yang memiliki ijazah namun tidak dapat menggunakan ijazahnya untuk bekerja.
Mereka harus kembali ikut bimbingan dengan baik untuk ikut Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang sangat sulit dan terkesan tidak transparan.
Dengan semangatnya, Ganda kembali bercerita kalau ia sudah 3 kali mengikuti UKDI namun sampai detik ini belum juga lulus. “Saya sudah 3 kali ikut UKDI, saya ikut mulai tahun 2010, setelah saya sudah selesai uji ijazah pada tahun 2010, tapi belum juga lulus. Saya sih sudah biasa saja karena teman-teman saya malah udah ada yang 15 kali, saya dan kawan-kawan tidak percaya sama UKDI ini. Tapi orangtua kami mana tahu tentang ini,” ujar koordinator Gerakan Reteker dari Unaya ini.
Sangat wajar apabila orangtua resah, tambah Ganda. Biaya kuliah yang sangat mahal dengan hasil yang tidak nampak, maka akan menjadi pertanyaan besar bagi orangtua siapa saja. Apakah anaknya benar-benar kuliah atau anaknya hanya main-main dan berpura-pura kuliah. “Uang kuliah kedokteran itu hampir Rp 500 juta, bayangkan saja uang segitu, orangtua mana yang tidak resah kalau sudah mengeluarkan uang banyak tapi anaknya tidak jadi apa-apa,” katanya.
Tambah Ganda, untuk masalah UKDI, kenapa banyak dokter muda yang sering tidak lulus atau jumlah reteker meningkat adalah karena sistem yang diberlakukan UKDI tidak jelas dan tidak transparan ditambah lagi dengan sikap fakultas yang menggunakan kesempatan untuk kepentingan sendiri.
“Soal-soal di UKDI itu sebenarnya tidak sulit dan tidak gampang. Tapi jawabannya yang benar kita tidak tahu yang mana. Tidak ada jawabannya yang jelas, tidak transparan. Informasi yang kami dapat, soal-soalnya yang buat itu orang-orang struktural, bukan orang yang praktik. Kita juga gak pernah tahu bagaimana sistem penilaiannya hasil UKDI ini,” katanya.
Tambah Ganda, sebelum mengikuti UKDI, dokter diwajibkan mengikuti bimbingan yang uang pendaftarannya sangat mahal. “Sebelum ikut UKDI, kita itu diwajibkan ikut bimbingan. Dulu ‘gak begini, mungkin karena dianggap kalau jumlah reteker semakin meningkat. Tapi kalau niatnya untuk membantu, kenapa biaya bimbingannya sangat mahal sekali. Dulu Rp300 ribu, naik jadi Rp500 ribu,” katanya.
Tambahnya, karena ketidakjelasan sistem UKDI ini, akhirnya ia harus menunggu bertahun-tahun untuk meneruskan pendidikannya untuk mengambil spesialis paru. “Saya sekarang sudah bekerja di RS Swasta di Medan, tapi apalah yang bisa saya lakukan tanpa STR. Saya hanya bisa mengobati aja, itupun bukan seperti dokter, tapi terkesan seperti tabib atau dukun. Yah, karena kami tidak bunya Surat Register. Kami belum bisa praktik, padahal ilmu untuk itu sudah kami pelajari semua dan kami sudah dianggap layak. Kalau begini, ilmunya juga bisa ngilang,” katanya.
Sumur
http://puputjulianti.wordpress.com/2...seperti-dukun/
Suara Ganda ikut mewakili suara ribuan rekan-rekannya. Suara dokter muda yang memiliki ijazah namun tidak dapat menggunakan ijazahnya untuk bekerja.
Mereka harus kembali ikut bimbingan dengan baik untuk ikut Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang sangat sulit dan terkesan tidak transparan.
Dengan semangatnya, Ganda kembali bercerita kalau ia sudah 3 kali mengikuti UKDI namun sampai detik ini belum juga lulus. “Saya sudah 3 kali ikut UKDI, saya ikut mulai tahun 2010, setelah saya sudah selesai uji ijazah pada tahun 2010, tapi belum juga lulus. Saya sih sudah biasa saja karena teman-teman saya malah udah ada yang 15 kali, saya dan kawan-kawan tidak percaya sama UKDI ini. Tapi orangtua kami mana tahu tentang ini,” ujar koordinator Gerakan Reteker dari Unaya ini.
Sangat wajar apabila orangtua resah, tambah Ganda. Biaya kuliah yang sangat mahal dengan hasil yang tidak nampak, maka akan menjadi pertanyaan besar bagi orangtua siapa saja. Apakah anaknya benar-benar kuliah atau anaknya hanya main-main dan berpura-pura kuliah. “Uang kuliah kedokteran itu hampir Rp 500 juta, bayangkan saja uang segitu, orangtua mana yang tidak resah kalau sudah mengeluarkan uang banyak tapi anaknya tidak jadi apa-apa,” katanya.
Tambah Ganda, untuk masalah UKDI, kenapa banyak dokter muda yang sering tidak lulus atau jumlah reteker meningkat adalah karena sistem yang diberlakukan UKDI tidak jelas dan tidak transparan ditambah lagi dengan sikap fakultas yang menggunakan kesempatan untuk kepentingan sendiri.
“Soal-soal di UKDI itu sebenarnya tidak sulit dan tidak gampang. Tapi jawabannya yang benar kita tidak tahu yang mana. Tidak ada jawabannya yang jelas, tidak transparan. Informasi yang kami dapat, soal-soalnya yang buat itu orang-orang struktural, bukan orang yang praktik. Kita juga gak pernah tahu bagaimana sistem penilaiannya hasil UKDI ini,” katanya.
Tambah Ganda, sebelum mengikuti UKDI, dokter diwajibkan mengikuti bimbingan yang uang pendaftarannya sangat mahal. “Sebelum ikut UKDI, kita itu diwajibkan ikut bimbingan. Dulu ‘gak begini, mungkin karena dianggap kalau jumlah reteker semakin meningkat. Tapi kalau niatnya untuk membantu, kenapa biaya bimbingannya sangat mahal sekali. Dulu Rp300 ribu, naik jadi Rp500 ribu,” katanya.
Tambahnya, karena ketidakjelasan sistem UKDI ini, akhirnya ia harus menunggu bertahun-tahun untuk meneruskan pendidikannya untuk mengambil spesialis paru. “Saya sekarang sudah bekerja di RS Swasta di Medan, tapi apalah yang bisa saya lakukan tanpa STR. Saya hanya bisa mengobati aja, itupun bukan seperti dokter, tapi terkesan seperti tabib atau dukun. Yah, karena kami tidak bunya Surat Register. Kami belum bisa praktik, padahal ilmu untuk itu sudah kami pelajari semua dan kami sudah dianggap layak. Kalau begini, ilmunya juga bisa ngilang,” katanya.
Sumur
http://puputjulianti.wordpress.com/2...seperti-dukun/
Tanggung jawab pemerintah
Spoiler for Ditertibkan:
Dikti Diminta Tegas Terhadap Fakultas Kedokteran Abal-abal
Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendesak Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud agar bersikap tegas pada fakultas kedokteran abal-abal yang kerap menghasilkan dokter tidak bermutu.
“Saat ini ada sejumlah fakultas kedokteran yang beroperasi melanggar aturan. Karena pembenahan bidang pendidikan urusan Kemendikbud, kita berharap Dikti bersikap tegas pada fakultas-fakultas ini,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kemenkes Untung Suseno Sutarjo, Rabu (28/8).
Sumur: http://www.metrotvnews.com/metronews...eran-Abal-abal
Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendesak Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud agar bersikap tegas pada fakultas kedokteran abal-abal yang kerap menghasilkan dokter tidak bermutu.
“Saat ini ada sejumlah fakultas kedokteran yang beroperasi melanggar aturan. Karena pembenahan bidang pendidikan urusan Kemendikbud, kita berharap Dikti bersikap tegas pada fakultas-fakultas ini,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kemenkes Untung Suseno Sutarjo, Rabu (28/8).
Sumur: http://www.metrotvnews.com/metronews...eran-Abal-abal
Saran untuk Calon Dokter tidak Bermutu
Spoiler for Saran pertama:
Menkes: Bolak-Balik Gagal Uji Kompetensi Dokter, Jadi Bupati Saja
Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyarankan bagi para lulusan fakultas kedokteran yang berkali-kali gagal menjalani uji kompetensi agar melupakan saja cita-cita untuk menjadi dokter.
“Kalau berkali-kali para dokter muda itu gagal uji kompetensi, lebih baik mereka jangan dikasih kesempatan untuk pegang pasien. Bisa-bisa pasien jadi mati. Lebih baik mereka menjadi pengusaha atau mencalonkan jadi bupati saja,” tandas Nafsiah di Jakarta, Selasa (27/8).
Pernyataan itu merupakan bentuk keprihatinan Menkes atas lulusan fakultas kedokteran yang berkali-kali gagal menjalani uji kompetensi untuk beralih ke bidang manajemen. Hal tersebut dinilai lebih baik karena keselamatan pasien merupakan yang utama.
Sumur: http://www.metrotvnews.com/metronews...di-Bupati-Saja
Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyarankan bagi para lulusan fakultas kedokteran yang berkali-kali gagal menjalani uji kompetensi agar melupakan saja cita-cita untuk menjadi dokter.
“Kalau berkali-kali para dokter muda itu gagal uji kompetensi, lebih baik mereka jangan dikasih kesempatan untuk pegang pasien. Bisa-bisa pasien jadi mati. Lebih baik mereka menjadi pengusaha atau mencalonkan jadi bupati saja,” tandas Nafsiah di Jakarta, Selasa (27/8).
Pernyataan itu merupakan bentuk keprihatinan Menkes atas lulusan fakultas kedokteran yang berkali-kali gagal menjalani uji kompetensi untuk beralih ke bidang manajemen. Hal tersebut dinilai lebih baik karena keselamatan pasien merupakan yang utama.
Sumur: http://www.metrotvnews.com/metronews...di-Bupati-Saja
Spoiler for Saran kedua:
Bagi lulusan yang sudah berkali-kali gagal ikut uji kompetensi walau sudah dibimbing, Ghufron merekomendasikan lebih baik melupakan mimpi jadi dokter.
“Kami sarankan mereka mengambil pendidikan untuk menjadi profesi lain yang masih terkait bidang medis, seperti menjadi aktuaris asuransi kesehatan, manajer rumah sakit, PNS Dinas Kesehatan, dan sebagainya,” tutup Ghufron. Sumur: http://www.metrotvnews.com/metronews...-tidak-Bermutu
“Kami sarankan mereka mengambil pendidikan untuk menjadi profesi lain yang masih terkait bidang medis, seperti menjadi aktuaris asuransi kesehatan, manajer rumah sakit, PNS Dinas Kesehatan, dan sebagainya,” tutup Ghufron. Sumur: http://www.metrotvnews.com/metronews...-tidak-Bermutu
Jangan nekat masuk FK
Spoiler for Make jasa calo:
[YOGYAKARTA] Kepolisian Resor Sleman DI Yogyakarta, menangkap lima orang yang diduga terlibat percaloan tes masuk Fakultas Kedokteran UGM, akhir pekan lalu. Kelima orang tersebut, Budi Purwanto PNS bagian administrasi UGM, Dede Kusnada Direktur Bimbel Jogja Education, Marinda Rizka Kamal Guru Bimbel, Karim pegawai swasta, dan Silvyantari mahasiswa S2 FK UGM.
Kapolres Sleman, AKBP Ihsan Amin menjelaskan, penangkapan itu bermula ketika polisi menerima laporan dari orangtua calon mahasiswa asal Cengkareng, Jakarta, bernama Sri Ganeviati pada 30 Desember 2013. Anak korban, dijanjikan tersangka Budi Purwanto dapat menjadi mahasiswa FK UGM dengan syarat menyerahkan sejumlah uang.
Dia lalu menyetorkan uang Rp 439,5 juta kepada Budi pada bulan Juli, tahun lalu. Meski demikian, anaknya dianggap tidak lulus meski telah mendapatkan surat tanda lulus yang ditandatangani pimpinan UGM.
Sumur: http://www.suarapembaruan.com/nasion...erungkap/49312
Kapolres Sleman, AKBP Ihsan Amin menjelaskan, penangkapan itu bermula ketika polisi menerima laporan dari orangtua calon mahasiswa asal Cengkareng, Jakarta, bernama Sri Ganeviati pada 30 Desember 2013. Anak korban, dijanjikan tersangka Budi Purwanto dapat menjadi mahasiswa FK UGM dengan syarat menyerahkan sejumlah uang.
Dia lalu menyetorkan uang Rp 439,5 juta kepada Budi pada bulan Juli, tahun lalu. Meski demikian, anaknya dianggap tidak lulus meski telah mendapatkan surat tanda lulus yang ditandatangani pimpinan UGM.
Sumur: http://www.suarapembaruan.com/nasion...erungkap/49312
Diubah oleh dokteroon 15-02-2014 19:08
0
7.6K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan