Awal tahun 2014 Jakarta dilanda banjir, walaupun banjir sudah merupakan musibah rutin bagi Jakarta, mengapa musibah ini selalu terulang? Setiap kali banjir terjadi, masing-masing saling menylahkan dan mencari kambing hitam. Mengapa demikian?

Tak hanya di Ibu Kota, Manado pun dilanda banjir bandang yang cukup untuk memporak porandakan ratusan rumah tinggal dan mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Tidak sedikit juga nyawa yang melayang akibat musibah ini.

Tidak hanya banjir, namun gempa bumi juga menghampiri kawasan Kebumen. Tidak sedikit warga yang dibuat panik dan tidak sedikit pula kerugian yang diakibatkan oleh bencana ini.

Tidak cukup banjira dan gempa, nampaknya alam di Indonesia sedang sedih dan kecewa. Gunung Sinabung pun meluncurkan asap tinggi dan tebal, memaksa warga di sekitarnya mengungsi sehingga kerugian yang dialamipun tidak sedikit.

Tidak cukup dengan rentetan musibah yang telah terjadi, Gunung Kelud kembali meletus dan mengakibatkan hujan abu vulkanik di sekitarnya. Kerugian yang dihasilkan tidaklah sedikit, aktifitas terganggu, penerbangan dibatalkan, belum lagi faktor kesehatan warga yang akan terpengaruh akibat hujan vulkanik.

Sudah umum dibicarakan, bahkan di tingkat internasional, bahwa angka korupsi di Indonesia sangatlah tinggi. Saya yang saat ini berdomisili di luar negri pun terkadang menanggung malu ketika rekan menyinggung soal kasus korupsi dan kronisnya budaya korupsi di Indonesia. Tapi nampaknya tidak sedikit masyarakat yang sudah bebal dan tidak perduli dengan korupsi, terutama mereka yang menduduki posisi strategis di pemerintahan. Bahkan berdasarkan pengalaman rekan saya yang mengunjungi Indonesia, dengan gamblang petugas imigrasi di bandara tanpa rasa malu meminta uang kepada WNA yang berkunjung. Tidak sedikit juga orang yang mengaku anti korupsi berkata bahwa mereka tidak akan pernah meminta uang tapi apabila diberi mereka tidak akan menolak. Lalu di mana perbedaannya?

Sudah sangat banyak diberitakan kejadian serta tindakan-tindakan anarkis yang dilakukan segelintir orang di Indonesia hingga masyarakatpun sudah tidak perduli lagi dengan apa yang terjadi. Mulai dari demo yang berakhir anarkis, suporter sepak bola yang bertindak anarkis, kelompok tertentu yang memaksakan kehendak melalui tindakan anarkis, tawuran pelajar, dan masih banyak lainnya. Mengapa harus melalui tindakan anarkis? Kita adalah manusia yang dikaruniai akal budi serta emosi. Tindakan anarkis merupakan salah satu bentuk penerapan hukum rimba dimana yang kuat adalah pemenangnya, namun dalam beberapa kasus anarkis tidak akan ada pemenang, semua pihak dirugikan. Mengapa kita tidak bisa mengendalikan emosi, membuka pikiran, dan mencoba untuk musyawarah bersama untuk memperoleh kesepakatan? Bukankah hal ini tertera pada sila ke-4 Pancasila? Nampaknya Pancasila kini hanya sekedar dekorasi karena makna mulia yang terkandung di dalamnya sudah luntur dan tidak lagi diperdulikan.

Belakangan ini banyak berita tentang sikap arogansi segelintir orang sehingga merugikan banyak orang. Setiap orang memiliki prinsip yang berbeda dan pendasarah salah-benar yang berbeda pula. Hormatilah orang lain dan jangan selalu ingin menjadi yang dominan. Ingat! Hargailah orang lain bila ingin dihargai!

Sama halnya dengan Pancasila, kata "Bhinneka Tunggal Ika" nampaknya hanya pajangan dan mungkin banyak orang yang tidak lagi tahu arti dari kalimat tersebut. Isu SARA sering jadi pemicu. Namun coba pikirkan bahwa tidak ada manusia di bumi ini yang bisa memilih untuk dilahirkan. Kita tercipta apa adanya dan keyakinan yang kita miliki merupakan hubungan vertikal antara setiap individu. Kenapa hal demikian harus dipermasalahkan?

Tanpa kita sadari, sikap apatis telah tumbuh secara kronis dalam diri kita. Mungkin karena kita jenuh dengan situasi yang terjadi dan perubahan yang kita impikan tak kunjung tiba. Tapi ingatlah bahwa segala bentuk perubahan harus diawali dari diri kita sendiri, jangan menanti orang lain untuk melakukannya. Kalau bukan kita yang memulai maka perubahan yang kita inginkan tidak akan pernah tiba. Mulailah dari hal yang paling sederhana, tumbuhkan sikap toleran, kendalikan emosi, berpikir positif, taati aturan yang ada, dan yang paling penting adalah kejujuran!