- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Taman Gesang di Solo, Apakah Sudah Dilupakan?


TS
woknugroho
Taman Gesang di Solo, Apakah Sudah Dilupakan?
Selamat Malam Agan-Aganwati Sekalian!!!
Saya yakin, agan-aganwati sekalian tahu siapa Eyang Gesang, tetapi apakah agan-aganwati (selain yang tinggal atau pernah tinggal di Solo) tahu bahwa di Solo ada taman khusus yang didedikasikan untuk Eyang Gesang? Silahkan simak thread ini hingga selesai dan semoga bermanfaat

Spoiler for No Repost:


Spoiler for Taman Gesang:
Quote:
Lokasi:
Taman Gesang didirikan di komplek Taman Satwa Taru Jurug di Jalan Ir. Sutami 40 Surakarta / Solo
Taman Gesang didirikan di komplek Taman Satwa Taru Jurug di Jalan Ir. Sutami 40 Surakarta / Solo
Quote:
Gerbang Taman Gesang:


Quote:
Batu Peresmian:




Quote:
Batu Tanda Kerjasama:




Quote:
Taman Gesang didirikan oleh organisasi Jepang yaitu Perhimpunan Dana Gesang di Jepang, pada tahun 1983 dan baru diresmikan 10 tahun kemudian pada tanggal 1 Oktober 1993 oleh Walikota Surakarta, Hartomo, dan Ketua Perhimpunan Dana Gesang di Jepang, Mitsuo Hirano.
Quote:
Patung Gesang:


Lirik dan Notasi Lagu Bengawan Solo di Patung Gesang:



Lirik dan Notasi Lagu Bengawan Solo di Patung Gesang:

Quote:
Tempat Pagelaran Seni di Taman Gesang:

Panggung:

Tempat Penonton:


Panggung:

Tempat Penonton:

Quote:
Lain-lain:
1. Monumen Pesawat B-608 milik AURI


2. Maaf saya tidak tahu ini apa, tetapi sepertinya dipergunakan untuk arak-arakan atau pagelaran seni


1. Monumen Pesawat B-608 milik AURI


2. Maaf saya tidak tahu ini apa, tetapi sepertinya dipergunakan untuk arak-arakan atau pagelaran seni


Quote:
Sekilas tentang Taman Gesang:
Pada saat Perang Dunia II, terutama pada masa penjajahan Jepang atas Indonesia selama 3,5 tahun, Gesang yang seorang pencipta dan penyanyi lagu keroncong, merupakan salah satu musisi yang dikagumi oleh para tentara Jepang. Lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang adalah lagu yang paling digemari, dan bahkan ketika masa penjajahan berakhir, Jepang juga membawa serta lagu Bengawan Solo untuk diperdengarkan di Jepang. Musik Bengawan Solo sangat dikagumi karena notasi musik keroncong yang unik, nada-nada yang damai, dan lirik yang menghanyutkan, yang katanya mengingatkan tentara Jepang akan kampung halamannya. Kemudian, beberapa pihak di Jepag membentuk sebuah wadah (organisasi) yaitu Perhimpunan Dana Gesang di Jepang yang bertujuan untuk menyokong kehidupan Gesang dan mendirikan Taman Gesang di dekat sungai Bengawan Solo, sebagai bentuk rasa terima kasih atas jasa Gesang terhadap perkembangan musik keroncong.
Pada saat Perang Dunia II, terutama pada masa penjajahan Jepang atas Indonesia selama 3,5 tahun, Gesang yang seorang pencipta dan penyanyi lagu keroncong, merupakan salah satu musisi yang dikagumi oleh para tentara Jepang. Lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang adalah lagu yang paling digemari, dan bahkan ketika masa penjajahan berakhir, Jepang juga membawa serta lagu Bengawan Solo untuk diperdengarkan di Jepang. Musik Bengawan Solo sangat dikagumi karena notasi musik keroncong yang unik, nada-nada yang damai, dan lirik yang menghanyutkan, yang katanya mengingatkan tentara Jepang akan kampung halamannya. Kemudian, beberapa pihak di Jepag membentuk sebuah wadah (organisasi) yaitu Perhimpunan Dana Gesang di Jepang yang bertujuan untuk menyokong kehidupan Gesang dan mendirikan Taman Gesang di dekat sungai Bengawan Solo, sebagai bentuk rasa terima kasih atas jasa Gesang terhadap perkembangan musik keroncong.
Quote:
Kondisi Taman Gesang saat ini:
Seperti yang bisa dilihat dari foto-foto Taman Gesang di atas yang diambil sendiri oleh TS, kondisi Taman Gesang sangat memprihatinkan, karena terlihat tidak terawat dengan banyaknya sampah dedaunan yang berserakan, rumput liar yang tidak beraturan, dan beberapa bagian dari Taman Gesang rusak dimakan usia, seperti hilangnya huruf "N" pada kata "Taman Gesang" di gapura pintu masuk Taman Gesang, beberapa genteng gapura Taman Gesang dan tempat pagelaran seni yang rusak, monumen Pesawat B-608 AURI yang rusak, batu peresmian dan batu tanda kerjasama yang terkikis oleh lumut, dan lain-lain.
Kondisi yang demikian sangat disayangkan, karena Taman Gesang adalah suatu bukti peninggalan bersejarah yang didedikasikan untuk jasa Eyang Gesang. Dan lebih disayangkan lagi, karena tidak ada perawatan yang dilakukan secara rutin dengan alasan tidak ada dana perawatan, karena menurut sumber yang didapatkan TS ketika melakukan kunjungan ke Taman Gesang, hanya ada sedikit biaya yang di dapat dari tiket masuk ke komplek Taman Satwa Taru Jurug sebesar Rp. 8.500,- pada hari biasa dan untuk masuk ke lokasi Taman Gesang tidak ada biaya masuk yang dikenakan. Biaya perawatan Taman Gesang sampai saat ini hanya didapat dari Perhimpunan Dana Gesang di Jepang saja.
Sebetulnya, pada tahun 2010 yang lalu, mantan Walikota Solo Joko Widodo berencana dan berjanji untuk merenovasi Taman Gesang dalam jangka waktu paling tidak selama satu tahun (berarti paling tidak sudah dilakukan renovasi pada tahun 2011). Pada saat itu, direncanakan proses renovasi akan dilakukan bersamaan dengan revitalisasi komplek Taman Satwa Taru Jurug. Akan tetapi, seperti yang dilihat pada foto-foto di atas, hingga sampai saat ini kondisi Taman Gesang masih memprihatinkan, dan hingga sampai saat ini, menurut sepengetahuan TS belum ada upaya riil yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Solo di dalam proses renovasi Taman Gesang dan revitalisasi komplek Taman Satwa Taru Jurug.
Seperti yang bisa dilihat dari foto-foto Taman Gesang di atas yang diambil sendiri oleh TS, kondisi Taman Gesang sangat memprihatinkan, karena terlihat tidak terawat dengan banyaknya sampah dedaunan yang berserakan, rumput liar yang tidak beraturan, dan beberapa bagian dari Taman Gesang rusak dimakan usia, seperti hilangnya huruf "N" pada kata "Taman Gesang" di gapura pintu masuk Taman Gesang, beberapa genteng gapura Taman Gesang dan tempat pagelaran seni yang rusak, monumen Pesawat B-608 AURI yang rusak, batu peresmian dan batu tanda kerjasama yang terkikis oleh lumut, dan lain-lain.
Kondisi yang demikian sangat disayangkan, karena Taman Gesang adalah suatu bukti peninggalan bersejarah yang didedikasikan untuk jasa Eyang Gesang. Dan lebih disayangkan lagi, karena tidak ada perawatan yang dilakukan secara rutin dengan alasan tidak ada dana perawatan, karena menurut sumber yang didapatkan TS ketika melakukan kunjungan ke Taman Gesang, hanya ada sedikit biaya yang di dapat dari tiket masuk ke komplek Taman Satwa Taru Jurug sebesar Rp. 8.500,- pada hari biasa dan untuk masuk ke lokasi Taman Gesang tidak ada biaya masuk yang dikenakan. Biaya perawatan Taman Gesang sampai saat ini hanya didapat dari Perhimpunan Dana Gesang di Jepang saja.
Sebetulnya, pada tahun 2010 yang lalu, mantan Walikota Solo Joko Widodo berencana dan berjanji untuk merenovasi Taman Gesang dalam jangka waktu paling tidak selama satu tahun (berarti paling tidak sudah dilakukan renovasi pada tahun 2011). Pada saat itu, direncanakan proses renovasi akan dilakukan bersamaan dengan revitalisasi komplek Taman Satwa Taru Jurug. Akan tetapi, seperti yang dilihat pada foto-foto di atas, hingga sampai saat ini kondisi Taman Gesang masih memprihatinkan, dan hingga sampai saat ini, menurut sepengetahuan TS belum ada upaya riil yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Solo di dalam proses renovasi Taman Gesang dan revitalisasi komplek Taman Satwa Taru Jurug.
Spoiler for Sekilas tentang Gesang:
Quote:



Quote:
Eyang Gesang memiliki nama lengkap Gesang Martohartono. Eyang Gesang lahir di Surakarta (Kasunanan Surakarta, Hindia Belanda) Jawa Tengah, pada tanggal 1 Oktober 1917. Beliau adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia yang dikenal sebagai "maestro keroncong Indonesia," dan belia terkenal melalui lagu Bengawan Solo ciptaannya. Eyang Gesang tidak memiliki keturunan karena selepas perceraian dengan istrinya pada tahun 1962, beliau memilih untuk hidup sendiri.
Selain, Bengawan Solo, Eyang Gesang juga menciptakan berbagai lagu keroncong, seperti Jembatan Merah, Pamitan, Andheng-Andheng, Roda Dunia, Si Piatu, Sapu Tangan, Impenku, Pandan Wangi, Dunia Berdamai, dan lain-lain. Eyang Gesang meninggal dunia pada hari Kamis, 20 Mei 2010, pukul 18:10, di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
Selain, Bengawan Solo, Eyang Gesang juga menciptakan berbagai lagu keroncong, seperti Jembatan Merah, Pamitan, Andheng-Andheng, Roda Dunia, Si Piatu, Sapu Tangan, Impenku, Pandan Wangi, Dunia Berdamai, dan lain-lain. Eyang Gesang meninggal dunia pada hari Kamis, 20 Mei 2010, pukul 18:10, di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
Spoiler for Sekilas tentang lagu Bengawan Solo:
Quote:
Lagu Bengawan Solo, merupakan lagu keroncong yang diciptakan pada tahun 1940 oleh Eyang Gesang. Eyang Gesang menciptakan lagu ini setelah terinspirasi dari sungai yang terkenal di Solo, yaitu sungai Bengawan Solo di Jawa Tengah yang kerap meluap. Lagu ini mendeskripsikan tentang sungai Bengawan Solo dengan gaya nostalgia dan lantunan musik yang menenangkan.
Lagu Bengawan Solo sangat terkenal, tidak hanya di Indonesia dan Jepang saja, tetapi di berbagai negara di dunia, bahkan hingga diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, diantaranya bahasa Jepang, Inggris, Rusia, China, dll. Di Jepang, lagu ini dibawa oleh tentara Jepang dan dipopulerkan oleh beberapa penyanyi dan salah satunya oleh Toshi Matsuda, sementara di Uni Soviet (Rusia), lagu ini dinyanyikan dengan sukses oleh penyanyi Maya Golovnya.
Lagu Bengawan Solo sangat terkenal, tidak hanya di Indonesia dan Jepang saja, tetapi di berbagai negara di dunia, bahkan hingga diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, diantaranya bahasa Jepang, Inggris, Rusia, China, dll. Di Jepang, lagu ini dibawa oleh tentara Jepang dan dipopulerkan oleh beberapa penyanyi dan salah satunya oleh Toshi Matsuda, sementara di Uni Soviet (Rusia), lagu ini dinyanyikan dengan sukses oleh penyanyi Maya Golovnya.
Quote:
Lirik Lagu Bengawan Solo (Bahasa Indonesia):
Bengawan Solo, riwayatmu kini
Sedari dulu jadi, perhatian insani
Musim kemarau, tak seberapa airmu
Di musim hujan, air meluap sampai jauh
Ref:
Mata airmu dari Solo, terkurung Gunung Seribu
Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut
Itu perahu, riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu, naik itu perahu
Bengawan Solo, riwayatmu kini
Sedari dulu jadi, perhatian insani
Musim kemarau, tak seberapa airmu
Di musim hujan, air meluap sampai jauh
Ref:
Mata airmu dari Solo, terkurung Gunung Seribu
Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut
Itu perahu, riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu, naik itu perahu
Quote:
Lirik Lagu Bengawan Solo (Bahasa Jepang):
変わらぬは, ソロの流れ kawaranu ha, Solo no nagare
いわれを秘めて, 今日も流れる iware wo himete, kyou mo nagareru
乾燥期(かれどき)は, 水は乾けど karedoki ha, mizu kawakedo
雨期は豊かに, あふれ流れる uki ha yutaka ni, afure nagareru
緑の深山(みやま)に, 囲まれた水上(みなかみ) midori no (miyama) ni, kakomareta (minakami)
流れて終(つ)いには, 海にそそぐ nagarete tsu ni ha, umi ni sosogu
過ぎし日を, 語るように sugisi hi wo, kataru you ni
商いの舟, 今日も漕ぎ行く akinai no fune, kyou mo kogi yuku
変わらぬは, ソロの流れ kawaranu ha, Solo no nagare
いわれを秘めて, 今日も流れる iware wo himete, kyou mo nagareru
乾燥期(かれどき)は, 水は乾けど karedoki ha, mizu kawakedo
雨期は豊かに, あふれ流れる uki ha yutaka ni, afure nagareru
緑の深山(みやま)に, 囲まれた水上(みなかみ) midori no (miyama) ni, kakomareta (minakami)
流れて終(つ)いには, 海にそそぐ nagarete tsu ni ha, umi ni sosogu
過ぎし日を, 語るように sugisi hi wo, kataru you ni
商いの舟, 今日も漕ぎ行く akinai no fune, kyou mo kogi yuku
Quote:

Quote:
Kesan TS:
Saya bukan orang Solo, tetapi asli Surabaya yang sekarang menetap di Jakarta. Pada awalnya, saya juga tidak mengetahui bahwa di Solo ada Taman Gesang yang didirikan sebagai bentuk rasa terima kasih atas jasa dan dedikasi Eyang Gesang dalam kesenian dan kebudayaan, terutama musik keroncong.
Kebetulan pada saat itu saya ada tugas kantor di Solo beserta dengan atasan saya (orang Jepang), dan justru dari beliau ini lah saya tahu tentang keberadaan Taman Gesang. Kemudian, di sela-sela pekerjaan, kami berdua menyempatkan diri untuk mengunjungi Taman Gesang. Ketika saya sampai di sana, perasaan saya bangga, terharu dan sekaligus tercampur dengan rasa miris dan sedih.
Saya merasa bangga, bahwa ternyata Eyang Gesang dan lagu Bengawan Solo sangat terkenal di Jepang. Sebetulnya, sebelumnya saya telah mengetahui bahwa di Jepang pun lagu ini terkenal, karena ketika saya bersekolah di Jepang dulu, ada satu kesempatan dimana saya mengunjungi panti jompo di Jepang. Ketika saya berada di sana dan ketika mereka mengetahui bahwa saya berasal dari Indonesia, secara otomatis para orang tua Jepang yang saya teui di rumah jompo tersebut menyanyikan lagu Bengawan Solo dalam bahasa Jepang. Dan saya semakin bangga ketika lagu ini jauh lebih populer dari yang saya bayangkan. Tidak hanya itu, saya juga terharu bahwa orang Jepang begitu perhatian dengan Eyang Gesang dan jasa-jasa beliau hingga membentuk Perhimpunan Dana Gesang di Jepang dan mendirikan taman khusus yang didedikasikan untuk beliau.
Tetapi di sisi lain, saya juga merasa miris dan sedih, karena seharusnya kita lah (bangsa Indonesia) yang seharusnya lebih perhatian dengan nasib dan kehidupan Eyang Gesang, dan juga seharusnya kita lah yang mendirikan taman tersebut. Saya semakin sedih melihat kenyataan bahwa kondisi taman tersebut sangat memprihatinkan dan tidak terawat, serta tidak adanya kesadaran dari kita, terutama generasi muda untuk melestarikan kebudayaan sendiri dan peninggalan-peninggalan bersejarah. Iya, memang sudah seharusnya Pemerintah Kota Solo melakukan renovasi, tetapi tugas tersebut tidak hanya milik Pemerintah Kota Solo, tetapi kita semua sebagai penerus bangsa.
Saya bukan orang Solo, tetapi asli Surabaya yang sekarang menetap di Jakarta. Pada awalnya, saya juga tidak mengetahui bahwa di Solo ada Taman Gesang yang didirikan sebagai bentuk rasa terima kasih atas jasa dan dedikasi Eyang Gesang dalam kesenian dan kebudayaan, terutama musik keroncong.
Kebetulan pada saat itu saya ada tugas kantor di Solo beserta dengan atasan saya (orang Jepang), dan justru dari beliau ini lah saya tahu tentang keberadaan Taman Gesang. Kemudian, di sela-sela pekerjaan, kami berdua menyempatkan diri untuk mengunjungi Taman Gesang. Ketika saya sampai di sana, perasaan saya bangga, terharu dan sekaligus tercampur dengan rasa miris dan sedih.
Saya merasa bangga, bahwa ternyata Eyang Gesang dan lagu Bengawan Solo sangat terkenal di Jepang. Sebetulnya, sebelumnya saya telah mengetahui bahwa di Jepang pun lagu ini terkenal, karena ketika saya bersekolah di Jepang dulu, ada satu kesempatan dimana saya mengunjungi panti jompo di Jepang. Ketika saya berada di sana dan ketika mereka mengetahui bahwa saya berasal dari Indonesia, secara otomatis para orang tua Jepang yang saya teui di rumah jompo tersebut menyanyikan lagu Bengawan Solo dalam bahasa Jepang. Dan saya semakin bangga ketika lagu ini jauh lebih populer dari yang saya bayangkan. Tidak hanya itu, saya juga terharu bahwa orang Jepang begitu perhatian dengan Eyang Gesang dan jasa-jasa beliau hingga membentuk Perhimpunan Dana Gesang di Jepang dan mendirikan taman khusus yang didedikasikan untuk beliau.
Tetapi di sisi lain, saya juga merasa miris dan sedih, karena seharusnya kita lah (bangsa Indonesia) yang seharusnya lebih perhatian dengan nasib dan kehidupan Eyang Gesang, dan juga seharusnya kita lah yang mendirikan taman tersebut. Saya semakin sedih melihat kenyataan bahwa kondisi taman tersebut sangat memprihatinkan dan tidak terawat, serta tidak adanya kesadaran dari kita, terutama generasi muda untuk melestarikan kebudayaan sendiri dan peninggalan-peninggalan bersejarah. Iya, memang sudah seharusnya Pemerintah Kota Solo melakukan renovasi, tetapi tugas tersebut tidak hanya milik Pemerintah Kota Solo, tetapi kita semua sebagai penerus bangsa.
Spoiler for Sumber:
Sumber untuk Taman Gesang 1
Sumber untuk Taman Gesang 2
Sumber untuk Eyang Gesang
Sumber untuk Lagu Bengawan Solo
Sumber untuk Taman Gesang 2
Sumber untuk Eyang Gesang
Sumber untuk Lagu Bengawan Solo
Terima kasih sudah berkenan untuk menyimak thread saya yang panjang ini, semoga thread ini bisa menjadi perenungan dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dan semoga agan-aganwati juga berkenan untuk komen, membagi










Spoiler for yang pernah ke Taman Gesang juga:
Quote:
Original Posted By apgpg►Ane pernah kesitu gan, tp sayangnya kurang terawat. Pengunjung juga ga jaga kebersihan.
~apgpg

~apgpg

Thread ane yang lain:
Quote:
[Amazing] Penampakan Rokok Indonesia di Komik Jepang
Petisi Pembubaran DPRD DKI Jakarta, mungkinkah DPRD dibubarkan?
[Amazing] Jakarta Masuk Anime Jepang
Jengkol dan Juki: Harga Jengkol Melonjak, Ketua DPR Melunjak?
[Seks Edukasi] Ukuran Mr. P dan Kepuasan Hubungan (Bukan Thread BB)
Petisi Pembubaran DPRD DKI Jakarta, mungkinkah DPRD dibubarkan?
[Amazing] Jakarta Masuk Anime Jepang
Jengkol dan Juki: Harga Jengkol Melonjak, Ketua DPR Melunjak?
[Seks Edukasi] Ukuran Mr. P dan Kepuasan Hubungan (Bukan Thread BB)
Diubah oleh woknugroho 13-06-2013 17:44
0
7.9K
Kutip
91
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan