- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jual Obat Mahal, Dokter Dapat Bonus Mobil dari Perusahaan Farmasi


TS
kolong61
Jual Obat Mahal, Dokter Dapat Bonus Mobil dari Perusahaan Farmasi
Quote:
TRIBUNNEWS.COM,PALEMBANG Kongkalikong penjualan obat ternyata menguntungkan semua pihak yang terlibat. Dokter mendapat jatah 10-20 persen dari harga obat yang diberikan perusahaan farmasi.
Sementara sales marketing yang
menjembatani transaksi juga kecipratan bonus gaji berlipat.
Konspirasi berlangsung secara
terbuka di Palembang.
Sales perusahaan farmasi beramai-
ramai mendatangi tempat praktik
dokter membawa brosur obat dan
penawaran kerjasama. Dokter tugasnya hanya menuliskan resep
obat mahal produksi perusahaan
tersebut.
Bila penjualan berlangsung lancar,
perusahaan farmasi juga dengan
mudah memenuhi permintaan
dokter.
"Bisa sampai puluhan juta keluarkan
uang untuk kebutuhan oknum dokter.
Uang itu diperoleh dari jumlah obat
yang laku dijual oleh dokter. Mau
mobil baru, tinggal telepon," ujar
Dayat, seorang sales distributor
perusahaan farmasi, Jumat (8/2).
Bonus atau dana sponsor yang
diberikan kepada oknum dokter
tersebut dihitung berdasarkan
keuntungan penjualan obat.
"Kami juga tidak sembarangan kasih.
Kami hitung apakah dokter itu
berhasil menjual obat dari kita dengan jumlah yang disepakati atau tidak. Kalau berhasil, baru kami berani kasih bantuan sponsorship "ungkapnya.
Pengakuan seorang dokter yang
enggan disebutkan namanya,
kongkalikong ini tambah berjalan
mulus apabila sales menjalin
kerjasama dengan dokter praktik yang langsung menyediakan obat untuk pasien (tidak dibeli diapotek). Bahkan, ada satu oknum dokter yang hanya menulis resep obat hanya dari dua merek.
Dokter harus menyediakan merek
tertentu karena sebelumnya telah
terjalin kesepakatan dengan sales
obat. Kerjasama itu bervariasi,mulai
dari satu sampai lima tahun.
Sales bisa memutuskan perjanjian
apabila oknum dokter tak lagi
mencantumkan obatnya di resep.
Dampak yang dirasakan misalnya,
sales menarik dan menghentikan
pembayaran kredit mobil.
Menurut dokter sumber Tribun ini,
sebenarnya setiap produsen obat itu telah memiliki buget promosi. Meski tidak menjalin kesepakatan dengan sales obat, dia tetap dibantu ketika butuh pinjaman mobil untuk menghadiri seminar di luar kota.
Obat yang ditawarkan oleh sales
umunya merupakan golongan obat
paten dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan obat generik. Dokter incaran tentu saja dokter yang memiliki jumlah pasien lebih banyak.
"Kami cari dokter yang pasiennya
banyak atau dokter spesialis penyakit tertentu yang belum begitu banyak di Palembang. Ini yang akan
melancarkan pencualan obat," tutur
Tono.
Transaksi dan pemberian layanan
ekstra bagi dokter dengan menjadi
sponsornya tidak dilarang dalam
bisnis penjualan obat. Ia berani
memastikan transaksional seperti ini dilakukan oleh distributor obat mana pun.
Perbedaan konsep pemberian bonus dibedakan berdasarkan jenis
perusahaan distributor obat. Khusus untuk perusahaan distributor berbendera luar negeri terikat oleh aturan yang melarang pemberian barang tertentu. Anak perusahaan farmasi internasional yang berbisnis di Indonesia tidak dapat melakukan transaksi sebebas distributor asal dalam negeri. Mereka terikat dengan
aturan yang ditetapkan oleh perusahaan.
"Kalau untuk perusahaan internasional seperti saya ini tidak
semua boleh dilakukan, kami terikat
aturan, tidak sebebas perusahaan
dalam negeri yang sampai berani
memberikan DP mobil," ungkapnya.
Dia mengatakan, biasanya dokter
minta tiket pesawat perjalanan ke luarkota dan luar negeri, akomodasi
tertentu seperti biaya sewa kendaraan operasional selama berada di luarkota, penginapan hotel dengan tarif beragam.
Berbagai keperluan ini juga termasuk kepentingan seminar atau pun workshop resmi yang diselenggarakan lembaga tertentu. "Biasanya mereka(oknum dokter, Red) telepon atau ngabari ketika kita visit (ke tempat praktik dokter). Kalau mereka butuh sponsor untuk keperluan tertentu diluar kota, tidak pakai basa basi,langsung ngomong. Saya butuh Rp 10juta misalnya, atau saya butuh tiket nih," tuturnya.
Pertanyaan muncul, kenapa para sales obat ini sanggup memberikan
'bantuan' dengan jumlah yang besar?
Dari mana dana mereka peroleh?
Ternyata selisih penjualan obat sangat signifikan. Perusahaan distributor tertentu memiliki angka diskon yang berbeda yang diberikan kepada dokter sebagai user mereka.
Jumlah diskon ini tidak seluruhnya
dikeluarkan kepada sang dokter yang membeli obat tersebut. Marketing biasa memainkan angka keuntungan pada selisih diskon tersebut. Misalnya untuk satumerek obat mendapat diskon sebesar 50 persen dari perusahaan, jumlah itu tidak diberikan sepenuhnya kepada dokter.
Marketing hanya memberikan diskon harga 10, 15 atau 20 persen. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh akan menjadi lebih besar. Dari keuntungan inilah kemudian biaya 'servis' tadi diperoleh.
Sales bisa memperoleh untung besar dengan sistem seperti ini. Ia akan lebih cepat memenuhi target
penjualan yang diberikan oleh
perusahaan. Keuntungan yang
diperolehnya bisa satu bulan gaji,
bahkan lebih jika ia berhasil closing
sesuai yang ditargetkan oleh perusahaannya.
"Dokter juga untung, mereka juga
dapat sponsor dari kami. Kalau mau apa tinggal kontak," terangnya.
Sementara sales marketing yang
menjembatani transaksi juga kecipratan bonus gaji berlipat.
Konspirasi berlangsung secara
terbuka di Palembang.
Sales perusahaan farmasi beramai-
ramai mendatangi tempat praktik
dokter membawa brosur obat dan
penawaran kerjasama. Dokter tugasnya hanya menuliskan resep
obat mahal produksi perusahaan
tersebut.
Bila penjualan berlangsung lancar,
perusahaan farmasi juga dengan
mudah memenuhi permintaan
dokter.
"Bisa sampai puluhan juta keluarkan
uang untuk kebutuhan oknum dokter.
Uang itu diperoleh dari jumlah obat
yang laku dijual oleh dokter. Mau
mobil baru, tinggal telepon," ujar
Dayat, seorang sales distributor
perusahaan farmasi, Jumat (8/2).
Bonus atau dana sponsor yang
diberikan kepada oknum dokter
tersebut dihitung berdasarkan
keuntungan penjualan obat.
"Kami juga tidak sembarangan kasih.
Kami hitung apakah dokter itu
berhasil menjual obat dari kita dengan jumlah yang disepakati atau tidak. Kalau berhasil, baru kami berani kasih bantuan sponsorship "ungkapnya.
Pengakuan seorang dokter yang
enggan disebutkan namanya,
kongkalikong ini tambah berjalan
mulus apabila sales menjalin
kerjasama dengan dokter praktik yang langsung menyediakan obat untuk pasien (tidak dibeli diapotek). Bahkan, ada satu oknum dokter yang hanya menulis resep obat hanya dari dua merek.
Dokter harus menyediakan merek
tertentu karena sebelumnya telah
terjalin kesepakatan dengan sales
obat. Kerjasama itu bervariasi,mulai
dari satu sampai lima tahun.
Sales bisa memutuskan perjanjian
apabila oknum dokter tak lagi
mencantumkan obatnya di resep.
Dampak yang dirasakan misalnya,
sales menarik dan menghentikan
pembayaran kredit mobil.
Menurut dokter sumber Tribun ini,
sebenarnya setiap produsen obat itu telah memiliki buget promosi. Meski tidak menjalin kesepakatan dengan sales obat, dia tetap dibantu ketika butuh pinjaman mobil untuk menghadiri seminar di luar kota.
Obat yang ditawarkan oleh sales
umunya merupakan golongan obat
paten dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan obat generik. Dokter incaran tentu saja dokter yang memiliki jumlah pasien lebih banyak.
"Kami cari dokter yang pasiennya
banyak atau dokter spesialis penyakit tertentu yang belum begitu banyak di Palembang. Ini yang akan
melancarkan pencualan obat," tutur
Tono.
Transaksi dan pemberian layanan
ekstra bagi dokter dengan menjadi
sponsornya tidak dilarang dalam
bisnis penjualan obat. Ia berani
memastikan transaksional seperti ini dilakukan oleh distributor obat mana pun.
Perbedaan konsep pemberian bonus dibedakan berdasarkan jenis
perusahaan distributor obat. Khusus untuk perusahaan distributor berbendera luar negeri terikat oleh aturan yang melarang pemberian barang tertentu. Anak perusahaan farmasi internasional yang berbisnis di Indonesia tidak dapat melakukan transaksi sebebas distributor asal dalam negeri. Mereka terikat dengan
aturan yang ditetapkan oleh perusahaan.
"Kalau untuk perusahaan internasional seperti saya ini tidak
semua boleh dilakukan, kami terikat
aturan, tidak sebebas perusahaan
dalam negeri yang sampai berani
memberikan DP mobil," ungkapnya.
Dia mengatakan, biasanya dokter
minta tiket pesawat perjalanan ke luarkota dan luar negeri, akomodasi
tertentu seperti biaya sewa kendaraan operasional selama berada di luarkota, penginapan hotel dengan tarif beragam.
Berbagai keperluan ini juga termasuk kepentingan seminar atau pun workshop resmi yang diselenggarakan lembaga tertentu. "Biasanya mereka(oknum dokter, Red) telepon atau ngabari ketika kita visit (ke tempat praktik dokter). Kalau mereka butuh sponsor untuk keperluan tertentu diluar kota, tidak pakai basa basi,langsung ngomong. Saya butuh Rp 10juta misalnya, atau saya butuh tiket nih," tuturnya.
Pertanyaan muncul, kenapa para sales obat ini sanggup memberikan
'bantuan' dengan jumlah yang besar?
Dari mana dana mereka peroleh?
Ternyata selisih penjualan obat sangat signifikan. Perusahaan distributor tertentu memiliki angka diskon yang berbeda yang diberikan kepada dokter sebagai user mereka.
Jumlah diskon ini tidak seluruhnya
dikeluarkan kepada sang dokter yang membeli obat tersebut. Marketing biasa memainkan angka keuntungan pada selisih diskon tersebut. Misalnya untuk satumerek obat mendapat diskon sebesar 50 persen dari perusahaan, jumlah itu tidak diberikan sepenuhnya kepada dokter.
Marketing hanya memberikan diskon harga 10, 15 atau 20 persen. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh akan menjadi lebih besar. Dari keuntungan inilah kemudian biaya 'servis' tadi diperoleh.
Sales bisa memperoleh untung besar dengan sistem seperti ini. Ia akan lebih cepat memenuhi target
penjualan yang diberikan oleh
perusahaan. Keuntungan yang
diperolehnya bisa satu bulan gaji,
bahkan lebih jika ia berhasil closing
sesuai yang ditargetkan oleh perusahaannya.
"Dokter juga untung, mereka juga
dapat sponsor dari kami. Kalau mau apa tinggal kontak," terangnya.
sumber:http://m.tribunnews.com/2013/02/19/j...sahaan-farmasi
Ternyata masih ada praktek begini ane kira udah gak ada seharusnya dokter menulis resep kandungan obatnya saja tanpa ada merk tertentu
Diubah oleh kolong61 09-03-2013 03:45
0
17K
Kutip
195
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan