Kaskus

Food & Travel

bayuanoragaAvatar border
TS
bayuanoraga
Temanku Arjuno dan Welirang
Sudah lama pngen bikin thread dikaskus, maaf kalo masih jelek ya hasilnya 
Arjuno Welirang Gunung Indah Membuat Lupa Jiwa – Part I

Sudah lama rasanya tidak ke gunung ini, bagaimana kabarmu duhai gunung indah ? gunung yang selalu menjadi teman baikku selama SMA, gunung yang dipuncaknya kususun tulisan cinta monyet jaman SMA. Ah semakin tua saja saya ini sampai sampai lupa sudah berapa lama tidak menemuimu.

Spoiler for Pos Pendakian:


Welirang sebuah gunung indah yang ada di jawa timur, akses yang mudah mengakibatkan gunung ini menjadi salah satu gunung favorit untuk di daki, entah sudah berapa kali aku mendaki gunung indah ini. Rasanya hampir setiap bulan sekali waktu SMA kudaki gunung ini bersama teman-teman yang tergabung dengan nama Bajul Alas. Bajul Alas sendiri bukan organisasi resmi disekolah kami, malah cenderung illegal karena hampir tidak pernah kami membuat surat resmi izin untuk mendaki ke sekolah kami, kami pikir buat apa juga, toh yang ikut kadang juga bukan siswa dari sekolah kami saja.
Sebenarnya terdapat beberapa jalur awal yang bisa dituju untuk mendaki kedua gunung ini. Antara lain jalur kakek bodo tretes, jalur cangar malang dan jalur purwosari. Kami terbiasa mendaki dari pos pendakian Kakek Bodo, Tretes, Pasuruan karena akses yang mudah dari Surabaya. Naik sepeda motor sampai nggandol pick up pernah kami lakukan untuk sampai ke pos pendakian ini. Hanya butuh waktu sekitar 2 jam saja dari Surabaya. Di Pos ini pun kita hanya perlu memberikan satu identitas beserta nama peserta yang akan mendaki, biayanya pun cukup murah waktu itu hanya sekitar lima ribu rupiah per orangnya.

Perjalanan dari pos pendakian ini cukup mudah karena jalannya yang sudah beraspal, sekitar 30 menit kita akan sampai ke pet bocor (pipa air bocor) disini terdapat satu warung langganan para pendaki, kami biasa memanggil penjaganya dengan sebutan emak. Mie Instan, telor plus the panas menjadi makanan favorit disini. Disini kita dapat mengisi air untuk bekal sampai pos berikutnya.
Spoiler for Warung Emak:


Jalan aspal berganti dengan jalan batu, bukan jalan tanah layaknya mendaki gunung-gunung lain !, jangan dibayangkan batunya kecil kecil seperti kerikil, batunya besar-besar yang ditata seadanya sebagai sarana lewat hardtop pengangkut belerang. Jalan inilah yang sangat menyiksa para pendaki meski untuk mencapai pos selanjutnya hanya butuh waktu 3 jam, namun sangat kerasa sakitnya di kaki. Kami lebih senang melewati jalan ini di malam hari karena ketika malam kita tidak akan melihat jalan yang masih jauh didepan, sehingga semangat akan terus terjaga karena tidak tahu betapa jauh yang masih harus ditempuh. Ada satu cerita mistis disini yaitu keberadaan pohon kuntilanak, entah mengapa hampir selalu kami terpeleset jika melewati pohon ini. Meski mungkin secara logika hal ini disebabkan batu yang ada disekitar pohon tersebut memang licin akibat lembabnya udara disana. Sebelum pohon kunti terdapat pos kecil yang secara asal kami namakan pos pemandangan karena kita dapat melihat pemandangan kota pasuruan dan sekitarnya dari atas, seperti bukit bintang di jogja atau the peak di bandung. Indah sekali pemandangannya.

Setelah 3 jam berjalan kita akan sampai di pos kop kopan, pertama kali kesini ketika mengikuti upacara bendera 17 Agustusan, saat itu masih terdapat banyak pondok-pondok penambang disini. Sekarang pondok-pondok dari ilalang itu sudah hilang terbakar saat kebakaran hutan melanda gunung welirang. Kebakaran sering terjadi disini, salah satu sebab terbesarnya adalah para pendaki yang lupa mematikan api unggunya atau membuang punting rokok sembarangan !.

Spoiler for Jalur Air Kop kopan:


Pos kop-kopan cukup indah terdapat kolam-kolam kecil yang bisa untuk berendam, kami sering menyebutnya Jacuzzi. Banyak jalur-jalur kuno disini diseberang jurang kop-kopan terdapat jalur kecil yang dapat kita lalui untuk turun dari lali jiwo langsung ke arah pet bocor tanpa harus lewat kop-kopan. Jalur ini sudah jarang dilewati sehingga banyak ditumbuhi semak belukar. Di jalur ini juga tumbuh bunga edelwise yang sudah tidak terlihat lagi di kop-kopan.

Untuk mencapai lali jiwo kita juga bisa mengikuti jalan air diatas sumber air kop-kopan, jalan ini sangat tersembunyi, bahkan kami hampir tersesat ketika mencoba melewati jalur ini. Satu saran jika mau melewati jalur baru adalah ingatlah tanda alam baik berupa posisi matahari, jejak kaki, dan tinggalkan tanda pada setiap percabangan jalan. Serta yang paling utama jika anda tidak yakin dengan jalur tersebut kembali saja ke pos awal anda kemudian bertanya pada penambang atau pendaki lain. Antara percaya atau tidak percaya ketika kami terancam tersesat di jalur ini kami melihat seekor ayam hutan kami biasa menyebutnya manuk pitik-pitikan, kemudian kami mengikutinya terus-menerus, sampai akhirnya ayam itu menghilang saat kami menemukan kembali jalur umum menuju lali jiwo. Ya mungkin itu bantuan dari Tuhan agar kami tidak tersesat, karena memang di alam kita bukan siapa-siapa.

Jalur lali jiwo adalah jalur yang menyenangkan, jalannya berupa tanah dan landai sehingga mudah dilewati. Selain itu pemandangan berupa pepohonan pinus yang hijau begitu memanjakan mata. Mungkin inilah yang mengakibatkan jalur ini diberi nama lali jiwo, benar-benar membuat kita lupa tentang segala kesusahan yang ada. Tapi ada satu hal yang jangan dilakukan adalah beristirahat sambil tidur dijalur ini. Berbahaya katanya. Pernah suatu ketika temanku yang telah lelah tidak sengaja tertidur dengan posisi terlentang, setelah dibangunkan untuk melanjutkan perjalanan dia beberapa kali mengigau melihat batu besar seperti villa besar yang indah. Padahal tidak ada satupun villa disana, pos selanjutnya bernama pondokan pun hanyalah kumpulan pondok-pondok dari ilalang yang digunakan oleh para penambang untuk beristirahat.

Setelah sekitar 4-6 jam perjalanan dari kop-kopan akhirnya kita sampai di pos pondokan, tips untuk pendaki adalah mencari pondokan yang kosong untuk bermalam, karena bermalam di pondok jauh lebih hangat daripada di tenda. Selain itu lebih aman dari gangguan binatang, karena di pondokan ini masih sering datang babi hutan yang mencari makan. Sumber air terakhir sebelum ke puncak juga ada di pondokan ini. Menurut informasi terbaru jalur hardtop sudah sampai di pondokan !. Siksaan berupa jalan batu besar sepertinya tidak dapat dihindari lagi. Semangat ! Salam Holes !

Cerita ini terisnpirasi dari keprihatinan atas meninggalnya dua mahasiswa STESIA di gunung Arjuno-Welirang yang mengakibatkan kenangan-kenangan masa lalu dari gunung ini muncul. Semoga dapat menjadi renungan untuk kita bersama untuk lebih bijak berada di alam. Tidak ada niat untuk menggurui dalam tulisan ini hanya berbagi pengalaman bersama yang semoga bermanfaat untuk kita semua.

Diubah oleh bayuanoraga 10-02-2014 10:45
0
2.9K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan