- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
RAJAH KALA CAKRA☜


TS
mawarfunky
RAJAH KALA CAKRA☜
Terlebih dahulu mohon diperhatikan
http://www.kaskus.co.id/thread/00000...-supranatural/selamat datang di thread ane agan2, para sesepuh, dan penghuni kaskus lainnya...
oke pasti agan2 semua disini gak asing dengan yang namanya rajah kalacakra kan???

Spoiler for aji kalacakra:
YAMARAJA-JARAMAYA= Wahai kalian yang suka mengganggu – pergilah dan jangan menggangu.
YAMARANI-NIRAMAYA= Wahai kalian yang datang dengan kesaktian - cabar & hilanglah daya gunamu.
YASILAPA-PALASIYA= Wahai kalian penyebab kelaparan – berilah kami pangan.
YAMIRADA-DARAMIYA= Wahai kalian penyebab kemlaratan - berilah kami kecukupan.
YAMIDOSA-SADOMIYA= Wahai kalian penyebab kesengsaraan -pergi & jangan membuat kami sengsara.
YADAYUDA-DAYUDAYA= Wahai kalian penyebab kejahatan – limpahkan kami bela kasihan.
YASIYACA-CAYASIYA= Wahai kalian yang mengasih hama – matikanlah penyakitnya.
YASIHAMA-MAHASIYA= Wahai kalian yang memerangi – turutlah kewajibanmu.
MEMPUNYAI FUNGSI ;doa awal ruatan,pagar gaib,menghancurkan energi negatif
YAMARANI-NIRAMAYA= Wahai kalian yang datang dengan kesaktian - cabar & hilanglah daya gunamu.
YASILAPA-PALASIYA= Wahai kalian penyebab kelaparan – berilah kami pangan.
YAMIRADA-DARAMIYA= Wahai kalian penyebab kemlaratan - berilah kami kecukupan.
YAMIDOSA-SADOMIYA= Wahai kalian penyebab kesengsaraan -pergi & jangan membuat kami sengsara.
YADAYUDA-DAYUDAYA= Wahai kalian penyebab kejahatan – limpahkan kami bela kasihan.
YASIYACA-CAYASIYA= Wahai kalian yang mengasih hama – matikanlah penyakitnya.
YASIHAMA-MAHASIYA= Wahai kalian yang memerangi – turutlah kewajibanmu.
MEMPUNYAI FUNGSI ;doa awal ruatan,pagar gaib,menghancurkan energi negatif
Spoiler for MISTERI RAJAH KALACAKRA:
YAMARAJA-JARAMAYA-YAMARANI-NIRAMAYA-YASILAPA-PALASIYA-YAMIDORA-RADOMIYA-YAMIDOSA-SADOMIYA-YADAYUDHU-DHUYUDAYA-YASIYACA-CAYASIYA-YASIHAMA-MAHASIYA
Setiap orang yang berminat dengan mantra jawa pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas. Ya, itu adalah rajah Kalacakra.
Yang diartikan seperti ini:
YAMARAJA..........JARAMAYA
siapa yang menyerang,berbalik menjadi berbelas kasihan
YAMARANI...........NIRAMAYA
siapa datang bermaksud buruk, akan menjauh
YASILAPA............PALASIYA
siapa membuat lapar akan malah memberi makan
YAMIRODA..........DAROMIYA
siapa memaksa malah menjadi memberi keleluasaan/kebebasan
YAMIDOSA..........SADOMIYA
siapa membuat salah, berbalik membuat jasa
YADAYUDA...........DAYUDAYA
siapa memerangi berbalik mengajak damai
YASIYACA..........CAYASIYA
siapa membuat celaka berbalik menjadi membuat sejahtera
YASIHAMA..........MAHASIYA
siapa membuat rusak berbalik menjadi membangun
Kala/Kolo dalam bahasa jawa diartikan sebagai sial/sesuatu yang jahat, sedangkan Cakra adalah senjata dari Batara Kresna yang digunakan untuk memusnahkan sial tersebut, jadi kalacakra diartikan sebagai penghancur sial.
Sedangkan dalam versi sansekerta, Kala merupakan dewa yang berkuasa atas waktu, sehingga Kalacakra juga bisa diartikan untuk umur panjang
Yang menarik, dalam sebuah kitab kuno di tibet yang berjudul “Sarvatathagatakayavakcitta-Krsnayamaritantra” kita menemukan sesuatu yang mirip dengan rajah kalacakra yang disebut mantra yamantaka
Berikut penggalan dari mantra yamantaka
Om Ah Hung
OM YAMARAJA
SADOMEYA /
YAMEDORU
NAYODAYA /
YADAYONI
RAYAKSHAYA /
YAKSHEYACCHA
NIRAMAYA /
HUM HUM PHAT PHAT SVAHA
OM BHUCHARANA / YA PATALA CHARAYA / MAN KHECHARAYA
/TA PURVA NIGANAM / KA DAKSHINA DIGAYA / HUM
PASHCHMI MANAM PHAT / UTTARA TIGAYA OM-I / HRIH-YA
SHTRI-VA / VI-KSHI / KRI-KO / TA-E / NA-A / NA-DE / HUM
BHYOH PHAT SARVA BHUTE BHYAH
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA ARGHAM PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA PADYAM PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA GANDHE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA PUSHPE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA DHUPE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA ALOKE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA NAIVIDYA PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA SHABDA PRATICCHA
HUM SVAHA
yaitu mantra pemujaan memohon perlindungan pada Bodhisattva Yamantaka utk menghancurkan YAMA.
Alkisah pada jaman dahulu, Dewa diantara para Yaksa di alam kematian, Yama (Tibet) sering mencabut nyawa orang karena kurang sesaji
Akhirnya Buddha Manhjuri(utk umur panjang) mengambil bentuk ‘menjadi Yamantaka Sang Pelindung Dharma. Untuk menyadarkan Dewa Yama
Yamantaka, alias Vajra Bhairava = penghancur Yama.
Mungkin sekali rajah kalacakra yang kita kenal saat ini adalah penggalan dari Mantra Yamantaka yang tersisa, yang sudah terlupakan judul dan tujuan asalnya, yang hanya diingat untuk umur panjang yang kemudian di identifikasikan dengan penolak sial.
Sejak jaman kehancuran Majapahit(yang menganut Hindu-Buddha), para praktisi aliran Vajrayana di humi nusantara dipaksa meng-adopsi agama dari arab, sehingga semua prakteknya tidak lagi dilakukan di tempat terbuka. candi2pamujan banyak yg dihancurkan, akhirnya prakteknya dilakukan secara diam2 di tengah malam supaya tidak kedengaran, jadi dilakukan di BATIN (jawa-red) saja, makanya disebut kebatinan.
Terlepas dari semua itu patut menjadi perhatian bahwa ternyata kalacakra hasil gubahan leluhur di jawa ini ternyata dipercaya mempunyai khasiat dan kelebihan yang tidak kalah ampuh dengan versi aslinya
bahkan penghinaan terhadap kalacakra yang melambangkan 8 penjuru ini di yakini bakal membawa sial terhadap yang melakukan penghinaan
konon di waktu perselisihan antara sultan hadiwijaya dan harya penangsang, sunan kudus yang membela harya penangsang menyiapkan sebuah kursi yang dirajah kala cakra untuk diduduki sultan hadiwijaya, dengan harapan setelah menduduki rajah kalacakra sang sultan akan kehilangan kesaktian dan akan terkena sial.
Tetapi malang karena tanpa sengaja harya penangsanglah yang menduduki rajah tersebut yang dipercaya sebagai awal kekalahannya dalam melawan pajang hingga akhirnya terbunuh
Apabila mempunyai rajah kalacakra ada baiknya jangan di bawa di dompet yang pasti akan diduduki karena itu di khawatirkan akan mengulangi sejarah harya penangsang yaitu mendapatkan sial
sumber : http://wedangankopi.blogspot.com/
Setiap orang yang berminat dengan mantra jawa pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas. Ya, itu adalah rajah Kalacakra.
Yang diartikan seperti ini:
YAMARAJA..........JARAMAYA
siapa yang menyerang,berbalik menjadi berbelas kasihan
YAMARANI...........NIRAMAYA
siapa datang bermaksud buruk, akan menjauh
YASILAPA............PALASIYA
siapa membuat lapar akan malah memberi makan
YAMIRODA..........DAROMIYA
siapa memaksa malah menjadi memberi keleluasaan/kebebasan
YAMIDOSA..........SADOMIYA
siapa membuat salah, berbalik membuat jasa
YADAYUDA...........DAYUDAYA
siapa memerangi berbalik mengajak damai
YASIYACA..........CAYASIYA
siapa membuat celaka berbalik menjadi membuat sejahtera
YASIHAMA..........MAHASIYA
siapa membuat rusak berbalik menjadi membangun
Kala/Kolo dalam bahasa jawa diartikan sebagai sial/sesuatu yang jahat, sedangkan Cakra adalah senjata dari Batara Kresna yang digunakan untuk memusnahkan sial tersebut, jadi kalacakra diartikan sebagai penghancur sial.
Sedangkan dalam versi sansekerta, Kala merupakan dewa yang berkuasa atas waktu, sehingga Kalacakra juga bisa diartikan untuk umur panjang
Yang menarik, dalam sebuah kitab kuno di tibet yang berjudul “Sarvatathagatakayavakcitta-Krsnayamaritantra” kita menemukan sesuatu yang mirip dengan rajah kalacakra yang disebut mantra yamantaka
Berikut penggalan dari mantra yamantaka
Om Ah Hung
OM YAMARAJA
SADOMEYA /
YAMEDORU
NAYODAYA /
YADAYONI
RAYAKSHAYA /
YAKSHEYACCHA
NIRAMAYA /
HUM HUM PHAT PHAT SVAHA
OM BHUCHARANA / YA PATALA CHARAYA / MAN KHECHARAYA
/TA PURVA NIGANAM / KA DAKSHINA DIGAYA / HUM
PASHCHMI MANAM PHAT / UTTARA TIGAYA OM-I / HRIH-YA
SHTRI-VA / VI-KSHI / KRI-KO / TA-E / NA-A / NA-DE / HUM
BHYOH PHAT SARVA BHUTE BHYAH
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA ARGHAM PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA PADYAM PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA GANDHE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA PUSHPE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA DHUPE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA ALOKE PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA NAIVIDYA PRATICCHA
HUM SVAHA
OM DASHADIKA LOKAPALA SAPARIWARA SHABDA PRATICCHA
HUM SVAHA
yaitu mantra pemujaan memohon perlindungan pada Bodhisattva Yamantaka utk menghancurkan YAMA.
Alkisah pada jaman dahulu, Dewa diantara para Yaksa di alam kematian, Yama (Tibet) sering mencabut nyawa orang karena kurang sesaji
Akhirnya Buddha Manhjuri(utk umur panjang) mengambil bentuk ‘menjadi Yamantaka Sang Pelindung Dharma. Untuk menyadarkan Dewa Yama
Yamantaka, alias Vajra Bhairava = penghancur Yama.
Mungkin sekali rajah kalacakra yang kita kenal saat ini adalah penggalan dari Mantra Yamantaka yang tersisa, yang sudah terlupakan judul dan tujuan asalnya, yang hanya diingat untuk umur panjang yang kemudian di identifikasikan dengan penolak sial.
Sejak jaman kehancuran Majapahit(yang menganut Hindu-Buddha), para praktisi aliran Vajrayana di humi nusantara dipaksa meng-adopsi agama dari arab, sehingga semua prakteknya tidak lagi dilakukan di tempat terbuka. candi2pamujan banyak yg dihancurkan, akhirnya prakteknya dilakukan secara diam2 di tengah malam supaya tidak kedengaran, jadi dilakukan di BATIN (jawa-red) saja, makanya disebut kebatinan.
Terlepas dari semua itu patut menjadi perhatian bahwa ternyata kalacakra hasil gubahan leluhur di jawa ini ternyata dipercaya mempunyai khasiat dan kelebihan yang tidak kalah ampuh dengan versi aslinya
bahkan penghinaan terhadap kalacakra yang melambangkan 8 penjuru ini di yakini bakal membawa sial terhadap yang melakukan penghinaan
konon di waktu perselisihan antara sultan hadiwijaya dan harya penangsang, sunan kudus yang membela harya penangsang menyiapkan sebuah kursi yang dirajah kala cakra untuk diduduki sultan hadiwijaya, dengan harapan setelah menduduki rajah kalacakra sang sultan akan kehilangan kesaktian dan akan terkena sial.
Tetapi malang karena tanpa sengaja harya penangsanglah yang menduduki rajah tersebut yang dipercaya sebagai awal kekalahannya dalam melawan pajang hingga akhirnya terbunuh
Apabila mempunyai rajah kalacakra ada baiknya jangan di bawa di dompet yang pasti akan diduduki karena itu di khawatirkan akan mengulangi sejarah harya penangsang yaitu mendapatkan sial
sumber : http://wedangankopi.blogspot.com/
Spoiler for Gambaran tentang Rajah Kalacakra:


sumber : www.google.comdan sedikit coretan ane

MONGGO DI BAHAS HINGGA AKAR-AKARNYA para agan, sesepuh, dan pengunjung thread ini

ada pembabaran lagi nih dari javanese2000
Spoiler for Misteri ilmu/rajah kalacakra:
Tulisan pada halaman ini diinspirasi oleh adanya pertanyaan dari seorang pembaca yang menanyakan pendapat Penulis mengenai ilmu / rajah kalacakra. Sebenarnya Penulis sendiri kurang mengetahui keilmuannya secara khusus. Jadi dengan penulisan ini Penulis tidak bermaksud sok tahu, tapi hanya menjadi bahan untuk bertukar pikiran saja. Tetapi dari berbagai tulisan mengenai keilmuan ini bisalah kemudian kita ambil pengetahuannya.
Banyak versi darimana ilmu / rajah kalacakra ini berasal. Di dalam cerita Hindu - Budha sudah lama dikenal.
Di dalam Buddhisme dikenal “Kalachakra Vajra” yang konon sudah ada sejak zaman Arya Sakyamuni Buddha saat membabarkan Dharma / Ajaran Kebenaran. Kalachakra secara filosofis bermakna roda raksasa simbol waktu. Tetapi bentuk gambar kalachakra itu berbeda-beda, karena tergantung pada adaptasi, pemahaman dan pendalaman masing-masing orang.
Sedikit googling tentang Kalacakra :
- http://en.wikipedia.org/wiki/Kalachakra
- http://en.wikipedia.org/wiki/Shambhala
- http://www.kalacakra.org/aboutk.htm
Dari situs-situs dalam negeri cerita tentang kalacakra ini lebih sederhana, walaupun banyak juga versinya.
Di dalam cerita pewayangan ilmu kalacakra ada digunakan untuk ruwatan sengkala. Dalam pengkultusan kepada para Wali juga ada yang mengatakan bahwa rajah kalacakra itu adalah ilmunya Sunan Kudus / Sunan Bonang yang digunakan untuk memusnahkan keilmuan Jaka Tingkir.
Legenda kalacakra di pewayangan bermula dari penulisan mantram sakti di dada Batara Kala oleh Batara Guru yang menyamar sebagai dalang Kandhabuwana. Dan dibuatnya Rajah Kalacakra dimaksudkan agar siapapun yang bisa membacanya dan siapa saja yang bisa mengucapkan mantram tersebut tidak akan menjadi korban dan tidak akan diganggu oleh Batara Kala sebagai pembawa sengkala.
Semua kejadian buruk dalam kehidupan manusia dipercaya selain sebagai suratan nasib / takdir, juga banyak berkaitan dengan yang namanya karma, bisa karma dari masa lalunya, karma dari perbuatan-perbuatannya yang sekarang, karma dari kondisi kelahirannya, juga imbas dari karma / kesialan yang dibawa oleh orang lain (misal : ikut menjadi korban kecelakaan bus, pesawat terbang, dsb). Ilmu / Rajah Kalacakra sebagiannya digunakan untuk tujuan menangkal / mengatasi hal itu.
Filosofi Ilmu / Rajah Kalacakra adalah sebuah kekuatan gaib yang merubah suatu keburukan menjadi kebaikan, adalah sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa supaya merubah suatu kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik selama manusia hidup dalam kekuasaan sang waktu (Sang Kala atau Sang Hyang Kala).
Pada perkembangan selanjutnya Ilmu / Rajah Kalacakra diwujudkan menjadi mantra untuk menangkal berbagai kekuatan magis jahat yang dapat mengganggu keselamatan lahir dan batin. Selain digunakan untuk melindungi diri dari gangguan dan serangan gaib mahluk-mahluk halus, juga memberikan perisai pagaran gaib kepada para penggunanya agar terhindar dari segala keburukan atau ketidak-nyamanan dalam kehidupan. Oleh karena itu Rajah Kala Cakra sering digunakan dalam ruwatan-ruwatan tradisi jawa dengan membacakan mantra-mantranya. Di India sendiri upaya ruwatan dan bersih diri banyak juga dilakukan, terutama berupa ritual khusus di sungai Gangga.
Rapalannya berbunyi :
" Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya,
Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya "
Bunyi mantranya dilakukan dengan pembalikkan dalam membacanya, karena bunyi maknanya dimaksudkan sebagai upaya membalik keadaan, membalik kondisi yang buruk menjadi baik, dan sifatnya menundukkan, bukan menyerang balik.
1. Yamaraja - Jaramaya : siapa yang menyerang berbalik menjadi berbelas kasihan.
2. Yamarani - Niramaya : siapa yang datang dengan niat buruk akan berbalik dan menjauhi.
3. Yasilapa - Palasiya : siapa yang membuat kelaparan berbalik memberi makan.
4. Yamiroda - Daromiya : siapa yang memaksa berbalik memberi kebebasan dan keleluasaan.
5. Yamidosa - Sadomiya : siapa yang berbuat dosa berbalik berbuat kebajikan.
6. Yadayuda - Dayudaya : siapa yang memerangi berbalik membawa damai.
7. Yasiyaca - Cayasiya : siapa yang menyengsarakan berbalik membawa kesejahteraan.
8. Yasihama - Mahasiya : siapa yang berbuat merusak berbalik sayang dan memelihara.
Ilmu kalacakra yang berlatar belakang keilmuan bangsa India, berlatar belakang agama Hindu atau Budha, selain sebagai upaya membebaskan manusia dari karma jelek, ilmu kalacakra adalah salah satu jenis ilmu kebatinan (sejenis ilmu sukma sejati) yang tidak digunakan untuk menyerang, tetapi bersifat penundukkan yang dilakukan berdasarkan cinta kasih, menjadikan dirinya sendiri sebagai tumbal, yang menerima perbuatan jahat orang lain tetapi tidak membalasnya dengan perbuatan yang juga jahat, tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, tidak membalas pukulan dengan pukulan, dsb. Ilmu ini adalah ilmu kesaktian tingkat tinggi (kalau tidak, maka seseorang akan hancur tubuhnya ketika menerima dirinya diserang dengan aji kesaktian). Jenis ilmu ini juga salah satunya yang dulu dianut oleh Yudistira (pemimpin para Pandawa).
Kebanyakan ilmu kalacakra yang beredar di dalam negeri adalah bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam yang untuk menguasainya dilakukan dengan mewirid amalannya, atau dengan transfer energi / khodam, tapi tidak dilandasi dengan filosofi yang orangnya harus penuh dengan cinta kasih untuk tidak membalas perbuatan jahat seseorang, karena lebih diunggul-unggulkan keampuhannya sebagai ilmu pertahanan sekaligus untuk menyerang. Kebatinan keilmuannya tidak sesuai lagi dengan filosofi dasar ilmu kalacakra, sehingga dalam prakteknya selain dijadikan benteng gaib, ilmu ini juga digunakan sebagai kesaktian gaib untuk menyerang, atau dengan sengaja digunakan untuk melunturkan keilmuan seseorang.
Di dalam negeri Ilmu Kalacakra adalah salah satu ilmu gaib yang digunakan pada masa lalu untuk menangkal ajian kesaktian lawan, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan memiliki kekuatan menyerang mahluk halus hingga terluka parah. Dan sesuai dengan sugesti "rajah" kalacakra, maka kekuatan energi ilmunya dipusatkan / ditempatkan di dada. Ilmu Kalacakra juga digunakan untuk menangkal / mengusir mahluk halus jahat dengan cara memasang rajahnya di tempat-tempat yang diperkirakan ada mahluk halusnya.
Beberapa kegunaan Ilmu / Rajah Kalacakra dalam dunia keilmuan gaib dalam negeri pada jaman sekarang adalah untuk :
- Menangkal segala serangan ilmu gaib.
- Menaklukan gangguan mahluk halus Jin, Gondoruwo, dsb.
- Menjauhkan diri dari segala perbuatan buruk dan kejahatan.
- Membalik niat jahat orang lain agar menjadi niat yang baik.
- Menundukkan amarah musuh, dendam dan iri hati.
- Membuat pagaran gaib rumah, toko, dll.
- Menolak segala bala (karma jelek), baik yang akibatkan oleh orang lain ataupun akibat dari perbuatan sendiri.
- Menjauhkan segala kesialan dan membalik hal-hal buruk menjadi baik.
Beberapa pihak mengajarkan ilmu rajah kalacakra ini dengan cara membaca mantranya (diwirid) dengan jumlah bacaan 21x, 41x, 313x, dsb, dan dengan persyaratan laku tertentu (ada laku puasa dan tirakatnya).
Mantranya berbunyi :
" Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya,
Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya ".
Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra itu hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang telah menerima khodam ilmunya (diijazahkan) atau yang telah menerima transfer energi dan yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya. Cara menurunkan / mengijazahkan ilmu rajah kalacakra juga dapat dilakukan dengan cara menuliskan rajah gaib atau rajah energi di dada seseorang. Tetapi bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mendapatkan khodam ilmunya, atau belum menerima transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid amalan itu tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban setelah membacanya, biasanya tidak besar kekuatannya.
Kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam berasal dari kekuatan sugesti amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan kegaiban dari khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya, dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Dengan demikian pada saat mengamalkan ilmu di atas, seseorang harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya, dan keberhasilannya sangat bergantung pada pemberian / transfer khodam / energi, sehingga penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung kepada guru yang memberi ilmu.
Rajahan / asma'an kalacakra itu harus sering diwiridkan amalan / doanya supaya terus terjaga kekuatannya, tidak bisa dianggap sekali dibuat akan terus kuat kegaibannya dan berfungsi selamanya, apalagi yang bersifat transfer khodam / energi, karena kekuatan gaibnya menyatu dengan sugesti pemakainya. Sama juga dengan ilmu gaib / khodam, jika jarang dibaca amalannya, kekuatan gaibnya akan memudar.
Sebagai kekuatan gaib asma'an, seharusnya ilmu rajahan itu juga digunakan sebagai sarana doa dengan cara si pemakainya sering membaca ulang doa / mantranya atau membaca ulang doa yang tertulis dalam rajahan itu dengan tangannya menyentuh dan bergerak mengikuti bentuk tulisan / gambar rajahannya, untuk mengsugesti supaya kekuatan gaib rajahan itu tetap hidup dan energinya tetap kuat. Semakin kuat dan sering seseorang menuangkan doa / sugesti ke dalam gaib rajahan itu, kegaibannya akan semakin kuat.
Contoh Rajah Kalacakra,
dikirimkan oleh Joko Indra.
Rajah kalacakra.
yamaraja - jaramaya
yamarani - niramaya
yasilapa - palasiya
yamidora - radomiya
yamidosa - sadomiya
yadayudha - dhayudaya
yasiyaca - cayasiya
yasihama - mahasiya
Amalan mantra / rapalan ilmu / rajah kalacakra (terjemahan bahasa Indonesianya) cukup baik untuk digunakan bersugesti dalam membuat pagaran gaib, baik membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma / kebatinan sendiri maupun dengan bantuan khodam, untuk membentuk sifat energi dan cara kerja pagaran gaibnya, dan pagaran gaibnya disugestikan memancar atau dipadatkan menjadi bola energi dengan jari-jari 2 meter, 3 meter, dsb.
Jika kita membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma / kebatinan sendiri, sambil memancarkan / membentuk bola pagaran gaib kita amalkan mantra kalacakra (terjemahan bahasa Indonesianya - bahasa yang kita mengerti) untuk kita mengsugestikan batin kita sendiri untuk membuat / mengkondisikan energi pagaran gaib yang padat energinya dan sifat-sifat energinya sama dengan isi amalan kalacakra.
Jika kita membuat pagaran gaib dengan bantuan benda gaib berkhodam, sugestikan benda gaibnya membuatkan kita pagaran gaib, dengan menggenggam bendanya kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya membuat pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.
Begitu juga kalau kita membuat pagaran gaib dengan menggunakan khodam ilmu / pendamping, sugestikan langsung kepada khodamnya itu (misalnya yang posisinya di sebelah kanan kita) supaya membuatkan kita pagaran gaib dan kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya membuatkan pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.
Mewiridkan kalacakra hanya dilakukan ketika kita membuat pagaran gaib, supaya batin kita atau khodamnya membuatkan pagaran yang sifat-sifatnya sesuai dengan isi amalan kalacakra. Mewirid ulang ajian kalacakra hanya dilakukan ketika me-recharge pagarannya, mungkin 3 bulan, 6 bulan atau setahun kemudian.
Dalam mewirid amalan kalacakra di atas sebaiknya dilakukan dengan kepekaan rasa, sehingga apakah mewirid amalannya cukup 1x, 10x, dsb, nantinya dicocokkan dengan penilaian kita sendiri, apakah kondisi pagarannya sudah sesuai dengan keinginan kita itu. Kalau dianggap masih kurang pas nantinya wiridannya kita tambah lagi.
Begitu juga di hari-hari yang lain, kalau kita rasakan pagarannya kurang sesuai dengan harapan kita ... kalau perlu kita tambahkan kekuatan pagarannya sambil diwiridkan lagi amalannya.
Ilmu-ilmu yang sejenis dengan aji kalacakra juga banyak diajarkan dalam keilmuan kebatinan kejawen, namanya saja yang berbeda-beda. Banyak orang yang benar mendalami kebatinan, baik olah kebatinan kanuragan maupun yang mengikuti penghayatan kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung suatu kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya tidak dapat diserang, tidak dapat disentuh, tidak dapat dikenai pukulan. Dengan berpegang pada filosofi segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan manusia akan luluh dan tunduk pada perbawa pengayoman, kebaikan, dan kerendahan hati, bila seseorang berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan batinnya, mengsugesti kegaiban sukmanya, bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka orang penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri, dsb. Kegaiban mereka juga dapat memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna).
Banyak versi darimana ilmu / rajah kalacakra ini berasal. Di dalam cerita Hindu - Budha sudah lama dikenal.
Di dalam Buddhisme dikenal “Kalachakra Vajra” yang konon sudah ada sejak zaman Arya Sakyamuni Buddha saat membabarkan Dharma / Ajaran Kebenaran. Kalachakra secara filosofis bermakna roda raksasa simbol waktu. Tetapi bentuk gambar kalachakra itu berbeda-beda, karena tergantung pada adaptasi, pemahaman dan pendalaman masing-masing orang.
Sedikit googling tentang Kalacakra :
- http://en.wikipedia.org/wiki/Kalachakra
- http://en.wikipedia.org/wiki/Shambhala
- http://www.kalacakra.org/aboutk.htm
Dari situs-situs dalam negeri cerita tentang kalacakra ini lebih sederhana, walaupun banyak juga versinya.
Di dalam cerita pewayangan ilmu kalacakra ada digunakan untuk ruwatan sengkala. Dalam pengkultusan kepada para Wali juga ada yang mengatakan bahwa rajah kalacakra itu adalah ilmunya Sunan Kudus / Sunan Bonang yang digunakan untuk memusnahkan keilmuan Jaka Tingkir.
Legenda kalacakra di pewayangan bermula dari penulisan mantram sakti di dada Batara Kala oleh Batara Guru yang menyamar sebagai dalang Kandhabuwana. Dan dibuatnya Rajah Kalacakra dimaksudkan agar siapapun yang bisa membacanya dan siapa saja yang bisa mengucapkan mantram tersebut tidak akan menjadi korban dan tidak akan diganggu oleh Batara Kala sebagai pembawa sengkala.
Semua kejadian buruk dalam kehidupan manusia dipercaya selain sebagai suratan nasib / takdir, juga banyak berkaitan dengan yang namanya karma, bisa karma dari masa lalunya, karma dari perbuatan-perbuatannya yang sekarang, karma dari kondisi kelahirannya, juga imbas dari karma / kesialan yang dibawa oleh orang lain (misal : ikut menjadi korban kecelakaan bus, pesawat terbang, dsb). Ilmu / Rajah Kalacakra sebagiannya digunakan untuk tujuan menangkal / mengatasi hal itu.
Filosofi Ilmu / Rajah Kalacakra adalah sebuah kekuatan gaib yang merubah suatu keburukan menjadi kebaikan, adalah sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa supaya merubah suatu kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik selama manusia hidup dalam kekuasaan sang waktu (Sang Kala atau Sang Hyang Kala).
Pada perkembangan selanjutnya Ilmu / Rajah Kalacakra diwujudkan menjadi mantra untuk menangkal berbagai kekuatan magis jahat yang dapat mengganggu keselamatan lahir dan batin. Selain digunakan untuk melindungi diri dari gangguan dan serangan gaib mahluk-mahluk halus, juga memberikan perisai pagaran gaib kepada para penggunanya agar terhindar dari segala keburukan atau ketidak-nyamanan dalam kehidupan. Oleh karena itu Rajah Kala Cakra sering digunakan dalam ruwatan-ruwatan tradisi jawa dengan membacakan mantra-mantranya. Di India sendiri upaya ruwatan dan bersih diri banyak juga dilakukan, terutama berupa ritual khusus di sungai Gangga.
Rapalannya berbunyi :
" Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya,
Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya "
Bunyi mantranya dilakukan dengan pembalikkan dalam membacanya, karena bunyi maknanya dimaksudkan sebagai upaya membalik keadaan, membalik kondisi yang buruk menjadi baik, dan sifatnya menundukkan, bukan menyerang balik.
1. Yamaraja - Jaramaya : siapa yang menyerang berbalik menjadi berbelas kasihan.
2. Yamarani - Niramaya : siapa yang datang dengan niat buruk akan berbalik dan menjauhi.
3. Yasilapa - Palasiya : siapa yang membuat kelaparan berbalik memberi makan.
4. Yamiroda - Daromiya : siapa yang memaksa berbalik memberi kebebasan dan keleluasaan.
5. Yamidosa - Sadomiya : siapa yang berbuat dosa berbalik berbuat kebajikan.
6. Yadayuda - Dayudaya : siapa yang memerangi berbalik membawa damai.
7. Yasiyaca - Cayasiya : siapa yang menyengsarakan berbalik membawa kesejahteraan.
8. Yasihama - Mahasiya : siapa yang berbuat merusak berbalik sayang dan memelihara.
Ilmu kalacakra yang berlatar belakang keilmuan bangsa India, berlatar belakang agama Hindu atau Budha, selain sebagai upaya membebaskan manusia dari karma jelek, ilmu kalacakra adalah salah satu jenis ilmu kebatinan (sejenis ilmu sukma sejati) yang tidak digunakan untuk menyerang, tetapi bersifat penundukkan yang dilakukan berdasarkan cinta kasih, menjadikan dirinya sendiri sebagai tumbal, yang menerima perbuatan jahat orang lain tetapi tidak membalasnya dengan perbuatan yang juga jahat, tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, tidak membalas pukulan dengan pukulan, dsb. Ilmu ini adalah ilmu kesaktian tingkat tinggi (kalau tidak, maka seseorang akan hancur tubuhnya ketika menerima dirinya diserang dengan aji kesaktian). Jenis ilmu ini juga salah satunya yang dulu dianut oleh Yudistira (pemimpin para Pandawa).
Kebanyakan ilmu kalacakra yang beredar di dalam negeri adalah bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam yang untuk menguasainya dilakukan dengan mewirid amalannya, atau dengan transfer energi / khodam, tapi tidak dilandasi dengan filosofi yang orangnya harus penuh dengan cinta kasih untuk tidak membalas perbuatan jahat seseorang, karena lebih diunggul-unggulkan keampuhannya sebagai ilmu pertahanan sekaligus untuk menyerang. Kebatinan keilmuannya tidak sesuai lagi dengan filosofi dasar ilmu kalacakra, sehingga dalam prakteknya selain dijadikan benteng gaib, ilmu ini juga digunakan sebagai kesaktian gaib untuk menyerang, atau dengan sengaja digunakan untuk melunturkan keilmuan seseorang.
Di dalam negeri Ilmu Kalacakra adalah salah satu ilmu gaib yang digunakan pada masa lalu untuk menangkal ajian kesaktian lawan, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan memiliki kekuatan menyerang mahluk halus hingga terluka parah. Dan sesuai dengan sugesti "rajah" kalacakra, maka kekuatan energi ilmunya dipusatkan / ditempatkan di dada. Ilmu Kalacakra juga digunakan untuk menangkal / mengusir mahluk halus jahat dengan cara memasang rajahnya di tempat-tempat yang diperkirakan ada mahluk halusnya.
Beberapa kegunaan Ilmu / Rajah Kalacakra dalam dunia keilmuan gaib dalam negeri pada jaman sekarang adalah untuk :
- Menangkal segala serangan ilmu gaib.
- Menaklukan gangguan mahluk halus Jin, Gondoruwo, dsb.
- Menjauhkan diri dari segala perbuatan buruk dan kejahatan.
- Membalik niat jahat orang lain agar menjadi niat yang baik.
- Menundukkan amarah musuh, dendam dan iri hati.
- Membuat pagaran gaib rumah, toko, dll.
- Menolak segala bala (karma jelek), baik yang akibatkan oleh orang lain ataupun akibat dari perbuatan sendiri.
- Menjauhkan segala kesialan dan membalik hal-hal buruk menjadi baik.
Beberapa pihak mengajarkan ilmu rajah kalacakra ini dengan cara membaca mantranya (diwirid) dengan jumlah bacaan 21x, 41x, 313x, dsb, dan dengan persyaratan laku tertentu (ada laku puasa dan tirakatnya).
Mantranya berbunyi :
" Yamaraja - Jaramaya, Yamarani - Niramaya, Yasilapa - Palasiya, Yamiroda - Daromiya,
Yamidosa - Sadomiya, Yadayuda - Dayudaya, Yasiyaca - Cayasiya, Yasihama - Mahasiya ".
Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra itu hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang telah menerima khodam ilmunya (diijazahkan) atau yang telah menerima transfer energi dan yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya. Cara menurunkan / mengijazahkan ilmu rajah kalacakra juga dapat dilakukan dengan cara menuliskan rajah gaib atau rajah energi di dada seseorang. Tetapi bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mendapatkan khodam ilmunya, atau belum menerima transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid amalan itu tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban setelah membacanya, biasanya tidak besar kekuatannya.
Kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam berasal dari kekuatan sugesti amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan kegaiban dari khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya, dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Dengan demikian pada saat mengamalkan ilmu di atas, seseorang harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya, dan keberhasilannya sangat bergantung pada pemberian / transfer khodam / energi, sehingga penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung kepada guru yang memberi ilmu.
Rajahan / asma'an kalacakra itu harus sering diwiridkan amalan / doanya supaya terus terjaga kekuatannya, tidak bisa dianggap sekali dibuat akan terus kuat kegaibannya dan berfungsi selamanya, apalagi yang bersifat transfer khodam / energi, karena kekuatan gaibnya menyatu dengan sugesti pemakainya. Sama juga dengan ilmu gaib / khodam, jika jarang dibaca amalannya, kekuatan gaibnya akan memudar.
Sebagai kekuatan gaib asma'an, seharusnya ilmu rajahan itu juga digunakan sebagai sarana doa dengan cara si pemakainya sering membaca ulang doa / mantranya atau membaca ulang doa yang tertulis dalam rajahan itu dengan tangannya menyentuh dan bergerak mengikuti bentuk tulisan / gambar rajahannya, untuk mengsugesti supaya kekuatan gaib rajahan itu tetap hidup dan energinya tetap kuat. Semakin kuat dan sering seseorang menuangkan doa / sugesti ke dalam gaib rajahan itu, kegaibannya akan semakin kuat.
Contoh Rajah Kalacakra,

dikirimkan oleh Joko Indra.
Rajah kalacakra.
yamaraja - jaramaya
yamarani - niramaya
yasilapa - palasiya
yamidora - radomiya
yamidosa - sadomiya
yadayudha - dhayudaya
yasiyaca - cayasiya
yasihama - mahasiya
Amalan mantra / rapalan ilmu / rajah kalacakra (terjemahan bahasa Indonesianya) cukup baik untuk digunakan bersugesti dalam membuat pagaran gaib, baik membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma / kebatinan sendiri maupun dengan bantuan khodam, untuk membentuk sifat energi dan cara kerja pagaran gaibnya, dan pagaran gaibnya disugestikan memancar atau dipadatkan menjadi bola energi dengan jari-jari 2 meter, 3 meter, dsb.
Jika kita membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma / kebatinan sendiri, sambil memancarkan / membentuk bola pagaran gaib kita amalkan mantra kalacakra (terjemahan bahasa Indonesianya - bahasa yang kita mengerti) untuk kita mengsugestikan batin kita sendiri untuk membuat / mengkondisikan energi pagaran gaib yang padat energinya dan sifat-sifat energinya sama dengan isi amalan kalacakra.
Jika kita membuat pagaran gaib dengan bantuan benda gaib berkhodam, sugestikan benda gaibnya membuatkan kita pagaran gaib, dengan menggenggam bendanya kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya membuat pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.
Begitu juga kalau kita membuat pagaran gaib dengan menggunakan khodam ilmu / pendamping, sugestikan langsung kepada khodamnya itu (misalnya yang posisinya di sebelah kanan kita) supaya membuatkan kita pagaran gaib dan kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya membuatkan pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.
Mewiridkan kalacakra hanya dilakukan ketika kita membuat pagaran gaib, supaya batin kita atau khodamnya membuatkan pagaran yang sifat-sifatnya sesuai dengan isi amalan kalacakra. Mewirid ulang ajian kalacakra hanya dilakukan ketika me-recharge pagarannya, mungkin 3 bulan, 6 bulan atau setahun kemudian.
Dalam mewirid amalan kalacakra di atas sebaiknya dilakukan dengan kepekaan rasa, sehingga apakah mewirid amalannya cukup 1x, 10x, dsb, nantinya dicocokkan dengan penilaian kita sendiri, apakah kondisi pagarannya sudah sesuai dengan keinginan kita itu. Kalau dianggap masih kurang pas nantinya wiridannya kita tambah lagi.
Begitu juga di hari-hari yang lain, kalau kita rasakan pagarannya kurang sesuai dengan harapan kita ... kalau perlu kita tambahkan kekuatan pagarannya sambil diwiridkan lagi amalannya.
Ilmu-ilmu yang sejenis dengan aji kalacakra juga banyak diajarkan dalam keilmuan kebatinan kejawen, namanya saja yang berbeda-beda. Banyak orang yang benar mendalami kebatinan, baik olah kebatinan kanuragan maupun yang mengikuti penghayatan kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung suatu kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya tidak dapat diserang, tidak dapat disentuh, tidak dapat dikenai pukulan. Dengan berpegang pada filosofi segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan manusia akan luluh dan tunduk pada perbawa pengayoman, kebaikan, dan kerendahan hati, bila seseorang berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan batinnya, mengsugesti kegaiban sukmanya, bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka orang penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri, dsb. Kegaiban mereka juga dapat memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna).
Diubah oleh mawarfunky 10-02-2014 10:09




juragancildu147 dan iwena memberi reputasi
2
35.4K
Kutip
66
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan