- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[MOHON PENDAPAT] 3 TAHUN BERSAMA, 3 BULAN TERLUPAKAN


TS
masnuroye
[MOHON PENDAPAT] 3 TAHUN BERSAMA, 3 BULAN TERLUPAKAN

HALO OM TAN DHE MBLO MBAH HO
AKU DATANG LAGI


Sebelum Baca, Mohon untuk


Dulu ya gan




Dulu ya gan
KOMENTAR KASKUSER
Spoiler for SPOILER:
Quote:
Quote:
Original Posted By maddakaskus►salut ente orangnya sabar ..klo menurut ane jgan terlalu akrab dah ma temen, temen bisa jdi musuh lo.. cukup kenal aja,
Quote:
Original Posted By ayiayiayiayii►ane punya temen kayak gitu

numpang di tempat ane, makan di tempat ane
1 tahun bro
pinjem uang, pinjem kamera, pinjem hp
dia malah bilang dia yg empunya
trus ane yg minjem WTF!!!
dia masih ngutang 2 juta, tapi malah ane di bilang pinjem uang ke dia
koplak edan, ngk ada malunye

tapi terserah dia mah kalo ane
rejeki masih bisa di cari
tapi nama baik dia ngk bakalan bersih


numpang di tempat ane, makan di tempat ane
1 tahun bro
pinjem uang, pinjem kamera, pinjem hp
dia malah bilang dia yg empunya
trus ane yg minjem WTF!!!
dia masih ngutang 2 juta, tapi malah ane di bilang pinjem uang ke dia
koplak edan, ngk ada malunye

tapi terserah dia mah kalo ane
rejeki masih bisa di cari
tapi nama baik dia ngk bakalan bersih

Quote:
Original Posted By gerrage►nyantai aja gan.. palingan ntar lg si Rema bkalan dibuang ma teman2 barunya itu..
dia bkalan CLBK lg ma agan, numpang idup lg ma agan.. cie cieeeS E N S O R.
wkwkwk
dia bkalan CLBK lg ma agan, numpang idup lg ma agan.. cie cieeeS E N S O R.
wkwkwk
Quote:
Original Posted By yr0803►"Konco iso d golek neh..rasah galau..hehehS E N S O Rsik pntg wis konangan to sopo konco sik iso d jak susah karo konco sik ra niteni..gtu aj kq repot.."
Jawaban udah disitu bro, ini seleksi alam. Bersyukur lo baca itu, itu jawaban buat lo. Orang baik untuk orang baik..
Jawaban udah disitu bro, ini seleksi alam. Bersyukur lo baca itu, itu jawaban buat lo. Orang baik untuk orang baik..
KOMENG MAKJLEB!!
Quote:
Original Posted By punduhlaksana►mending ente gan...
dulu sohib ane yg dh ane anggp sodara,dah kenal 8 thn.mau nidurin ce ane gan.
dulu sohib ane yg dh ane anggp sodara,dah kenal 8 thn.mau nidurin ce ane gan.
Quote:
Original Posted By milanisti969►Teman yg baik tidak akan pernah menyengsarakan sohibnya
KOMENG HEBAT!!
Quote:
Original Posted By malamratri►kalo udah menyangkut yg namanya duit susah gan 
sodaraan aja bs brantem parah, apalagi temen
dan agan dr awal udah baik bgt nanggung finansial tmn agan
itu bukan jenis kebaikan yg diberikan seorang mahasiswa kpd temannya gan,, terlepas sifat orangnya yaa
realistis aja gan, kita sama2 mahasiswa ini, baik sih baik sama tmn.
tp harus ada batasnya, jgn sampai berlebihan dan dia jd ngelunjak dan g tau diri
yaudah gan buat pengalaman aja gan
thanks for sharing yah
*ane baca td sekilas2 doang, abisny pnjg bnr

sodaraan aja bs brantem parah, apalagi temen
dan agan dr awal udah baik bgt nanggung finansial tmn agan
itu bukan jenis kebaikan yg diberikan seorang mahasiswa kpd temannya gan,, terlepas sifat orangnya yaa
realistis aja gan, kita sama2 mahasiswa ini, baik sih baik sama tmn.
tp harus ada batasnya, jgn sampai berlebihan dan dia jd ngelunjak dan g tau diri
yaudah gan buat pengalaman aja gan
thanks for sharing yah

*ane baca td sekilas2 doang, abisny pnjg bnr

Quote:
Original Posted By irexxxx►yup.. memang dalam perjalanan untuk mendapatkan teman sejati pasti ada aja lika liku nya gan...
ane jg sama kaya agan, dalam pertemanan selalu menjadi org yg berusaha paling sabar dan tidak byk bicara, menegur jika memang sdh waktunya utk ditegur.
didalam pertemanan pasti ada yg susah diatur, tdk pandai menempatkan diri, dll... tp itulah indahnya pertemanan gan...kita dibutuhkan utk saling mengingatkan...
susah senang nya pasti ada... tp suatu hari nanti agan pasti akan menemukan seseorang atau lebih yang bisa agan panggil sebagai sahabat...
utk yg tdk bs diberitahu scr baik2, tinggalkan... bukan maksud bahwa kita jahat, tetapi untuk menegur mereka bahwa ada yg salah kepada diri mereka yg sudah tdk bs ditolerir hingga kita harus memutuskan hubungan pertemanan..
menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan...
thx gan... page one klo berkenan
ane jg sama kaya agan, dalam pertemanan selalu menjadi org yg berusaha paling sabar dan tidak byk bicara, menegur jika memang sdh waktunya utk ditegur.
didalam pertemanan pasti ada yg susah diatur, tdk pandai menempatkan diri, dll... tp itulah indahnya pertemanan gan...kita dibutuhkan utk saling mengingatkan...
susah senang nya pasti ada... tp suatu hari nanti agan pasti akan menemukan seseorang atau lebih yang bisa agan panggil sebagai sahabat...
utk yg tdk bs diberitahu scr baik2, tinggalkan... bukan maksud bahwa kita jahat, tetapi untuk menegur mereka bahwa ada yg salah kepada diri mereka yg sudah tdk bs ditolerir hingga kita harus memutuskan hubungan pertemanan..
menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan...
thx gan... page one klo berkenan
Kali ini ane bakal mencoba menjadi orang lain, temen ane yang udah ane anggep sodara, dia mau menceritakan pengalamannya ke agan-aganwati sekalian. Lewat ane sebagai penceritanya.
MONGGO DIBACA
Quote:
Orang yang melanggar aturan itu sampah, tapi orang yang meninggalkan temannya itu lebih buruk dari sampah...
-Naruto
Quote:
Aku mau berbagi pengalaman hidupku. Secuil dari sebongkah perjalanan hidupku selama 22 tahun di dunia ini.
Salah satunya yang akan aku bagi di sini. Di bawah ini. Aku minta pendapat dari teman teman kaskuser sekalian. Sekiranya ada yang punya pengalaman serupa bagaimana kalian menanggapinya. Dan itu akan sangat membantuku dalam menghadapi ini juga.
Tentang teman. Kalian pasti punya teman kan? Mana ada orang di dunia ini yang tak punya teman sama sekali. Tapi bagaimana jika teman yang sudah kalian berikan ketulusan sepenuh hati, dan akhirnya ketika dia punya teman baru, dia lupakan kalian. Bagaimana perasaan kalian?
Salah satunya yang akan aku bagi di sini. Di bawah ini. Aku minta pendapat dari teman teman kaskuser sekalian. Sekiranya ada yang punya pengalaman serupa bagaimana kalian menanggapinya. Dan itu akan sangat membantuku dalam menghadapi ini juga.
Tentang teman. Kalian pasti punya teman kan? Mana ada orang di dunia ini yang tak punya teman sama sekali. Tapi bagaimana jika teman yang sudah kalian berikan ketulusan sepenuh hati, dan akhirnya ketika dia punya teman baru, dia lupakan kalian. Bagaimana perasaan kalian?
Sekedar ilustrasi dari yang ku alami, hampir 3 tahun bersama dan terlupakan dalam 3 bulan.
Quote:
Nama-nama di bawah ini telah disamarkan untuk melindungi privasi.
Begini Ceritanya...
Quote:
3 TAHUN BERSAMA, 3 BULAN TERLUPAKAN
TAHUN PERTAMA
Quote:
Pertengahan tahun 2011 sekitar bulan Agustus, itu adalah masa yang sangat menyenangkan bagiku. Aku menjalani hari pertamaku di kampusku, kampus keduaku, di satu sekolah tinggi di daerahku. Aku tinggal di Jogja, dan aku kuliah di kampus yang mencetak lulusan yang kompeten di bidang Broadcasting.
Ini adalah tahun keduaku di jogja. Tahun pertamaku gagal karena aku lebih memilih mendalami Game Online ketimbang kuliahku. Yah, aku tak pernah menyesal. Itu motto hidupku. Untungnya kedua orangtua ku pun sangat mengerti akan diriku yang masih mencari jati diri ini.
Oh iya, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Joni, aku lahir 22 tahun yang lalu di Magelang. Kota bersejarah yang di situ terletak mantan satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Borobudur.
Baiklah, aku akan melanjutkan ceritaku.
Di kampusku, di hari pertama pelaksanaan ospek aku mendapatkan beberapa teman baru yang kebetulan menjadi teman dalam satu kelompok ospekku. Beberapa diantaranya adalah Hendra dan Rema. Mereka adalah beberapa dari teman baruku, dan mereka yang paling dekat denganku kala itu. Kemanapun kami mencari perlengkapan ospek, kami selalu berangkat bersama. Hingga untuk berteduh dari panas matahari dan dinginnya malampun kami bersama dalam satu atap.
Kebetulan aku yang sudah setahun di Jogja memiliki tempat tinggal di daerah Jalan Monjali, kontrakan kami. Di sana aku tinggal dengan beberapa teman SMA ku yang seangkatan saat kami lulus. Mereka adalah Dwi, Priyo, Nur, dan Bayu. Mereka tak kusebut dengan teman lagi, tapi sudah seperti saudara bagiku.
Lanjut, setelah aku mengenalkan Hendra dan Rema kepada teman sekontrakanku dan mereka akhirnya diterima dengan baik, aku memutuskan untuk mengajak mereka untuk menetap sementara di kontrakan selama masa-masa ospek. Dan kami bertiga pun semakin akrab. Kami saling berbagi pengalaman hidup dan cerita kami masing-masing.
Yang menarik perhatianku adalah ketika Rema menceritakan kisah hidupnya yang kurang dari cukup. Bukan miskin, tapi hanya kadang untuk mencukupi kebutuhan sajalah penghasilan dari orangtuanya digunakan. Tak bisa menabung atau memberikan fasilitas-fasilitas untuk anak-anaknya. Dan buatku yang apa-apa tercukupi bahkan lebih, itu membuatku iba dan simpati. Ditambah dengan sikapnya yang sangat baik dan setia kawan.
Singkat cerita, aku memutuskan untuk “menanggung” hidup si Rema. Aku ajak dia untuk hidup bersama kami, di kontrakan kami. Tempat tinggal, makan dan kebutuhan akan aku dan teman-temanku tanggung. Aku pikir ini akan baik, karena berkurang satu beban yang harus dipikul orangtuanya. Berbagi itu baik, pikirku.
Ini adalah tahun keduaku di jogja. Tahun pertamaku gagal karena aku lebih memilih mendalami Game Online ketimbang kuliahku. Yah, aku tak pernah menyesal. Itu motto hidupku. Untungnya kedua orangtua ku pun sangat mengerti akan diriku yang masih mencari jati diri ini.
Oh iya, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Joni, aku lahir 22 tahun yang lalu di Magelang. Kota bersejarah yang di situ terletak mantan satu dari tujuh keajaiban dunia yaitu Borobudur.
Baiklah, aku akan melanjutkan ceritaku.
Di kampusku, di hari pertama pelaksanaan ospek aku mendapatkan beberapa teman baru yang kebetulan menjadi teman dalam satu kelompok ospekku. Beberapa diantaranya adalah Hendra dan Rema. Mereka adalah beberapa dari teman baruku, dan mereka yang paling dekat denganku kala itu. Kemanapun kami mencari perlengkapan ospek, kami selalu berangkat bersama. Hingga untuk berteduh dari panas matahari dan dinginnya malampun kami bersama dalam satu atap.
Kebetulan aku yang sudah setahun di Jogja memiliki tempat tinggal di daerah Jalan Monjali, kontrakan kami. Di sana aku tinggal dengan beberapa teman SMA ku yang seangkatan saat kami lulus. Mereka adalah Dwi, Priyo, Nur, dan Bayu. Mereka tak kusebut dengan teman lagi, tapi sudah seperti saudara bagiku.
Lanjut, setelah aku mengenalkan Hendra dan Rema kepada teman sekontrakanku dan mereka akhirnya diterima dengan baik, aku memutuskan untuk mengajak mereka untuk menetap sementara di kontrakan selama masa-masa ospek. Dan kami bertiga pun semakin akrab. Kami saling berbagi pengalaman hidup dan cerita kami masing-masing.
Yang menarik perhatianku adalah ketika Rema menceritakan kisah hidupnya yang kurang dari cukup. Bukan miskin, tapi hanya kadang untuk mencukupi kebutuhan sajalah penghasilan dari orangtuanya digunakan. Tak bisa menabung atau memberikan fasilitas-fasilitas untuk anak-anaknya. Dan buatku yang apa-apa tercukupi bahkan lebih, itu membuatku iba dan simpati. Ditambah dengan sikapnya yang sangat baik dan setia kawan.
Singkat cerita, aku memutuskan untuk “menanggung” hidup si Rema. Aku ajak dia untuk hidup bersama kami, di kontrakan kami. Tempat tinggal, makan dan kebutuhan akan aku dan teman-temanku tanggung. Aku pikir ini akan baik, karena berkurang satu beban yang harus dipikul orangtuanya. Berbagi itu baik, pikirku.
TAHUN KEDUA
Quote:
Berjalan setahun, Hendra memutuskan untuk bergabung bersama kami di kontrakan. Dia pikir akan lebih efisien jika aku, dia dan Rema berkumpul. Karena kamu satu kampus dan kami sering ada proyek bersama, entah itu membuat film documenter, membuat iklan layanan masyarakat, atau tugas-tugas dari kampus yang lain.
Namun beberapa masalah muncul. Kami mulai merasakan hal yang aneh. Sifat Rema yang dulunya baik, lama-kelamaan mulai memunculkan sifat yang belum pernah sebelumnya dia munculkan. Dia saat ini sering sekali bolos kuliah, dengan berbagai macam alasan. Seperti masih ngantuk, padahal malamnya aku selalu ingatkan untuk tak tidur terlalu larut karena mengingat esok masih ada kuliah. Tapi dia tak peduli, dan ketika dia akan tidur dia selalu berpesan agar kami membangunkannya. Lagi-lagi, pesan tinggallah pesan, kami bangunkanpun dia tak mau. Seperti tak ada keinginan untuk bangun dan sengaja meneruskan tidurnya.
Selanjutnya dia, masih tentang Rema, sering sekali membiarkan pakaiannya tercecer dimana-mana. Itu menggangguku dan penghuni kontrakan yang lain. Tapi dengan sabar aku memberitahunya supaya lebih menjaga kerapian, diapun mau mengubah kelakuannya. Aku tak tau kenapa, tapi dia melakukannya lagi. Akupun malas untuk memberitahunya dua kali, dia bukan keledai aku pikir.
Tak hanya itu, aku tak tau bagaimana yang dia pikirkan. Soal kebersihan, dia sering meninggalkan bungkus-bungkus makanan dan minuman sembarangan. Bukan masalah jika itu di kamarnya sendiri, tapi posisi dia sebagai orang yang “numpang” ini sangar mengganggu. Dan lagi-lagi kami mengingatkan, setelah beberapa hari kelakuannya kembali lagi seperti sebelumnya. Dalam hatiku bertanya, apakah keputusanku “menanggung” hidup Rema adalah keputusan yang tepat?
Namun beberapa masalah muncul. Kami mulai merasakan hal yang aneh. Sifat Rema yang dulunya baik, lama-kelamaan mulai memunculkan sifat yang belum pernah sebelumnya dia munculkan. Dia saat ini sering sekali bolos kuliah, dengan berbagai macam alasan. Seperti masih ngantuk, padahal malamnya aku selalu ingatkan untuk tak tidur terlalu larut karena mengingat esok masih ada kuliah. Tapi dia tak peduli, dan ketika dia akan tidur dia selalu berpesan agar kami membangunkannya. Lagi-lagi, pesan tinggallah pesan, kami bangunkanpun dia tak mau. Seperti tak ada keinginan untuk bangun dan sengaja meneruskan tidurnya.
Selanjutnya dia, masih tentang Rema, sering sekali membiarkan pakaiannya tercecer dimana-mana. Itu menggangguku dan penghuni kontrakan yang lain. Tapi dengan sabar aku memberitahunya supaya lebih menjaga kerapian, diapun mau mengubah kelakuannya. Aku tak tau kenapa, tapi dia melakukannya lagi. Akupun malas untuk memberitahunya dua kali, dia bukan keledai aku pikir.
Tak hanya itu, aku tak tau bagaimana yang dia pikirkan. Soal kebersihan, dia sering meninggalkan bungkus-bungkus makanan dan minuman sembarangan. Bukan masalah jika itu di kamarnya sendiri, tapi posisi dia sebagai orang yang “numpang” ini sangar mengganggu. Dan lagi-lagi kami mengingatkan, setelah beberapa hari kelakuannya kembali lagi seperti sebelumnya. Dalam hatiku bertanya, apakah keputusanku “menanggung” hidup Rema adalah keputusan yang tepat?
TAHUN KETIGA
Quote:
Tak terasa kami, aku dan teman-teman sekontrakan sudah bersama selama tiga tahun. Dan ini adalah tahun ke-tiga kami. Sudah banyak sekali suka duka yang kami alami bersama. Kuliahku pun sudah mencapai tingkat 3, semester 5. Tugas kami di kampuspun semakin berat. Mulai dari berangkat pagi dan pulang larut hampir setiap hari kami alami. Tak masalah, karena kami punya cita-cita yang harus kami capai.
Namun bagai tak memberi kami ketenangan, si Rema terus saja membuat kami kesal dengan tingkah kelakuannya yang semakin susah diberitahu. Bukan aku sok benar, tapi aku hanya ingin melihat seisi kontrakan khusunya dan di dunia luar umumnya tidak merasa terbebani. Bukan masalah “menanggung” kehidupan Rema, tapi terbebani dengan tingkah dan kelakuan si Rema. Kami juga bukan malaikat yang dapat selalu tersenyum walau perasaan kami kesal. Dan timbal balik kami dari memberitahu Rema untuk menjadi lebih baik adalah diacuhkan, tidak secara langsung namun diacuhkan dengan tindakannya yang tak berubah.
Puncaknya, UAS semester 5 pun di depan mata. Karena aturannya adalah membayar uang semester dulu sebelum bisa mengikuti UAS, aku bergegas membayar. Rema dan Hendra pun aku ingatkan untuk juga membayar. Benar saja, mereka berdua telat untuk membayar uang semester dan akhirnya tak boleh ikut UAS. Hendra beralasan karena dia belum melihat pengumuman di Portal Akademik, dan begitu juga Rema. Mereka sudah aku ingatkan, dan menyepelekan. Salah siapa? Akhirnya mereka tak diperbolehkan mengikuti UAS.
Singkat cerita, Hendra dan Rema sama-sama berfikir bagaimana cara mengganti kerugian orangtua mereka yang sudah habiskan untuk membiayai kuliah yang mereka sia-siakan di semester ini. Keduanya sama-sama berniat untuk mencari kerja. Pada akhirnya aku juga yang mereka andalkan. Karena kebetulan aku sering main di tempat billiard, mereka ingin mendaftar pekerjaan di sana. Dan karena rekomendasiku mereka dapat bekerja di tempat billiard, Hendra di WhiteBall dan Rema di Briss.
Bulan November mereka mulai bekerja, dan keduanya sama-sama tekun dalam bekerja. Sebelumnya aku berpesan, “Di tempat kerja, kalian jangan Cuma memikirkan uangnya, tapi carilah Relasi sebanyak-banyaknya”. Namun karena tingkat kecerdasan manusia yang berbeda-beda, mereka berduapun mengartikannya dengan berbeda. Hendra yang memang orangnya supel dan mudah bergaul dapat teman dimana-mana, mulai dari sesame Table-Guard sampai pelanggan café pun dia bisa bergaul dengan baik. Buatku, itu cukup lah. Paling tidak dia masih tetap focus dengan tujuannya yang ingin mengganti biaya kuliah yang dia lewatkan. Namun berbeda dari Hendra, Rema mengartikan pesanku berbeda, yaitu dengan bergaul dengan hanya pelanggan di café nya. Dan ironisnya, dia yang notabene berasal dari keluarga yang tak begitu berkecukupan malah mencoba mengikuti gaya hidup pelanggan di café billiard itu yang notabene adalah para pengusaha dan eksekutif. Rema ikut klub di sana, dan benar saja, uang yang awal dia bekerja ditujukan untuk mengganti biaya kuliah, habis dalam waktu kurang dari sebulan. Dia lupa daratan kupikir.
Aku mencoba memberitahunya, untuk lebih berfikir lagi. Apa tujuan awal dia bekerja. Dan bagaimana saat dia mengeluh tak punya uang untuk makan. Dia hanya mengangguk, tapi diulanginya hal itu sampai bulan-bulan berikut masa kerjanya. Oh benar-benar tak tau diri pikirku dalam hati. Aku kesal. Benar-benar lelah. Hewanpun tahu ketika dia diurus maka dia akan tahu dan menghargai majikannya, lalu 3 tahun ini apakah yang kulakukan tak berbekas sedikitpun padanya? Mulai hari itu, akupun memutuskan untuk mengurangi memikirkan hal itu, terserahlah. Untuk apa memikirkan seseorang yang tak mau memikirkan kita sedikitpun.
Namun bagai tak memberi kami ketenangan, si Rema terus saja membuat kami kesal dengan tingkah kelakuannya yang semakin susah diberitahu. Bukan aku sok benar, tapi aku hanya ingin melihat seisi kontrakan khusunya dan di dunia luar umumnya tidak merasa terbebani. Bukan masalah “menanggung” kehidupan Rema, tapi terbebani dengan tingkah dan kelakuan si Rema. Kami juga bukan malaikat yang dapat selalu tersenyum walau perasaan kami kesal. Dan timbal balik kami dari memberitahu Rema untuk menjadi lebih baik adalah diacuhkan, tidak secara langsung namun diacuhkan dengan tindakannya yang tak berubah.
Puncaknya, UAS semester 5 pun di depan mata. Karena aturannya adalah membayar uang semester dulu sebelum bisa mengikuti UAS, aku bergegas membayar. Rema dan Hendra pun aku ingatkan untuk juga membayar. Benar saja, mereka berdua telat untuk membayar uang semester dan akhirnya tak boleh ikut UAS. Hendra beralasan karena dia belum melihat pengumuman di Portal Akademik, dan begitu juga Rema. Mereka sudah aku ingatkan, dan menyepelekan. Salah siapa? Akhirnya mereka tak diperbolehkan mengikuti UAS.
Singkat cerita, Hendra dan Rema sama-sama berfikir bagaimana cara mengganti kerugian orangtua mereka yang sudah habiskan untuk membiayai kuliah yang mereka sia-siakan di semester ini. Keduanya sama-sama berniat untuk mencari kerja. Pada akhirnya aku juga yang mereka andalkan. Karena kebetulan aku sering main di tempat billiard, mereka ingin mendaftar pekerjaan di sana. Dan karena rekomendasiku mereka dapat bekerja di tempat billiard, Hendra di WhiteBall dan Rema di Briss.
Bulan November mereka mulai bekerja, dan keduanya sama-sama tekun dalam bekerja. Sebelumnya aku berpesan, “Di tempat kerja, kalian jangan Cuma memikirkan uangnya, tapi carilah Relasi sebanyak-banyaknya”. Namun karena tingkat kecerdasan manusia yang berbeda-beda, mereka berduapun mengartikannya dengan berbeda. Hendra yang memang orangnya supel dan mudah bergaul dapat teman dimana-mana, mulai dari sesame Table-Guard sampai pelanggan café pun dia bisa bergaul dengan baik. Buatku, itu cukup lah. Paling tidak dia masih tetap focus dengan tujuannya yang ingin mengganti biaya kuliah yang dia lewatkan. Namun berbeda dari Hendra, Rema mengartikan pesanku berbeda, yaitu dengan bergaul dengan hanya pelanggan di café nya. Dan ironisnya, dia yang notabene berasal dari keluarga yang tak begitu berkecukupan malah mencoba mengikuti gaya hidup pelanggan di café billiard itu yang notabene adalah para pengusaha dan eksekutif. Rema ikut klub di sana, dan benar saja, uang yang awal dia bekerja ditujukan untuk mengganti biaya kuliah, habis dalam waktu kurang dari sebulan. Dia lupa daratan kupikir.
Aku mencoba memberitahunya, untuk lebih berfikir lagi. Apa tujuan awal dia bekerja. Dan bagaimana saat dia mengeluh tak punya uang untuk makan. Dia hanya mengangguk, tapi diulanginya hal itu sampai bulan-bulan berikut masa kerjanya. Oh benar-benar tak tau diri pikirku dalam hati. Aku kesal. Benar-benar lelah. Hewanpun tahu ketika dia diurus maka dia akan tahu dan menghargai majikannya, lalu 3 tahun ini apakah yang kulakukan tak berbekas sedikitpun padanya? Mulai hari itu, akupun memutuskan untuk mengurangi memikirkan hal itu, terserahlah. Untuk apa memikirkan seseorang yang tak mau memikirkan kita sedikitpun.
SEKARANG
Quote:
Tepat 3 bulan Rema bekerja, dan tak seharipun dia mengunjungi kami. Tak apalah mungkin dia sibuk bermain bersama teman barunya di klub billiard di café nya. Namun seorang temanku yang bernama Priyo bercerita padaku. Dia bilang kalau Rema punya hutang padanya saat Rema membeli sepatu milik teman Priyo. Dan sampai 3 bulan hutangnya belum juga dibayar. Akhirnya akupun mulai menghubungi Rema lagi. Malas sebenarnya, belum hilang rasa kesalku padanya. Namun aku tahu, harus kusingkirkan rasa itu agar aku dapat memperjuangkan hak Priyo.
Singkat cerita, uang milik Ibu Rema yang dititipkan padaku untuk Rema membeli computer aku kembalikan kepada Ibunya dengan aku potong 300 ribu sebelumnya sejumlah hutang Rema pada Priyo untuk membeli sepatu itu.
Namun tebak kawan, hal itu memunculkan masalah baru. Rema tidak merasa berhutang sejumlah itu. Dia mengakui bahwa dia masih memiliki hutang kepada Priyo untuk membayar sepatu, namun tidak sebesar itu. Lagi-lagi, batinku serasa dicabik-cabik. Apa dia benar-benar sudah lupa pada kami? Orang-orang yang menanggung hidupnya selama 3 tahun ini? Dan hanya karena uang 300 ribu dia berani membalikkan fakta bahwa dia yang dirugikan! Sungguh hebat pengaruh kesenangan sesaat.
Puncaknya, saat dia memposting sebuah status di salah satu Media Sosial yang dia miliki. Bukan menjadi masalah buatku apa yang jadi isi status itu. Tapi setelah aku baca komentar yang ada, aku baru tahu ternyata selama ini dia membuat cerita seolah-olah kami, aku ulangi lagi, kami yang “menanggung” hidupnya selama 3 tahun ini dia anggap telah merugikan dia. Kurang lebih seperti ini status dan komentar yang dia update.
Status
Komentar
Asumsiku dari komentar itu, dia menciptakan fakta-fakta baru di depan teman-teman barunya bahwa kami, teman yang "menanggung" hidpunya selama 3 tahun ini, telah merugikannya.
Sejak saat itu juga, aku sudah memantapkan diri untuk tak akan pernah mengurusi apa lagi yang ada hubungannya dengannya. Aku putuskan untuk tak lagi peduli dengan dia dan teman-teman baru yang menganggap kami merugikannya.
Singkat cerita, uang milik Ibu Rema yang dititipkan padaku untuk Rema membeli computer aku kembalikan kepada Ibunya dengan aku potong 300 ribu sebelumnya sejumlah hutang Rema pada Priyo untuk membeli sepatu itu.
Namun tebak kawan, hal itu memunculkan masalah baru. Rema tidak merasa berhutang sejumlah itu. Dia mengakui bahwa dia masih memiliki hutang kepada Priyo untuk membayar sepatu, namun tidak sebesar itu. Lagi-lagi, batinku serasa dicabik-cabik. Apa dia benar-benar sudah lupa pada kami? Orang-orang yang menanggung hidupnya selama 3 tahun ini? Dan hanya karena uang 300 ribu dia berani membalikkan fakta bahwa dia yang dirugikan! Sungguh hebat pengaruh kesenangan sesaat.
Puncaknya, saat dia memposting sebuah status di salah satu Media Sosial yang dia miliki. Bukan menjadi masalah buatku apa yang jadi isi status itu. Tapi setelah aku baca komentar yang ada, aku baru tahu ternyata selama ini dia membuat cerita seolah-olah kami, aku ulangi lagi, kami yang “menanggung” hidupnya selama 3 tahun ini dia anggap telah merugikan dia. Kurang lebih seperti ini status dan komentar yang dia update.
Status
Quote:
Sorry for all... I can understand you all...
Bukan saya bermaksud menghilang dr hdup kalian. Tapi saya sudah cukup mrepotkan kalian. Lebih baik saya pergi dr pada saya harus membebani kalian lagi.. Terima kasih untuk semua yang kalian beri.. Saya hanya busa mengucapkan terima kasih dan g bisa ngasih apa"... Semoga kalian lebih bahagia tanpa saya
Bukan saya bermaksud menghilang dr hdup kalian. Tapi saya sudah cukup mrepotkan kalian. Lebih baik saya pergi dr pada saya harus membebani kalian lagi.. Terima kasih untuk semua yang kalian beri.. Saya hanya busa mengucapkan terima kasih dan g bisa ngasih apa"... Semoga kalian lebih bahagia tanpa saya
Komentar
Quote:
Konco iso d golek neh..rasah galau..hehehS E N S O Rsik pntg wis konangan to sopo konco sik iso d jak susah karo konco sik ra niteni..gtu aj kq repot..
Asumsiku dari komentar itu, dia menciptakan fakta-fakta baru di depan teman-teman barunya bahwa kami, teman yang "menanggung" hidpunya selama 3 tahun ini, telah merugikannya.
Sejak saat itu juga, aku sudah memantapkan diri untuk tak akan pernah mengurusi apa lagi yang ada hubungannya dengannya. Aku putuskan untuk tak lagi peduli dengan dia dan teman-teman baru yang menganggap kami merugikannya.
Begitulah kira-kira pengalaman hidup yang kualami dengan sesuatu bernama "Teman". Tak ada yang kusesali, selain membuang waktuku untuk sesorang yang tak tau diri yang selama ini kusebut dia "Teman".
Quote:
Ane gak pengen dapet cendol, apalagi bata. Cukup dengan agan-aganwati menyiarkan tulisan ini ke penjuru KASKUSbahkan sepenjuru Dunia kalau perlu. Melalui komentar agan-aganwati.
Komentar yang baik bakal ane pergunakan untuk membantu sodara ane buat menghadapi masalahnya ini.
Komentar yang baik bakal ane pergunakan untuk membantu sodara ane buat menghadapi masalahnya ini.
S E K I A N


Thanks For Visiting My Thread




Thanks For Visiting My Thread
Diubah oleh masnuroye 09-02-2014 08:22
0
10.3K
Kutip
150
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan