Original Posted By YogieWP►

Saya liat langsung kejadia ini di Kanim malang.... Padahal Biksunya nggak ngapa2in lho.... Tiba2 Aja dipukul sama orang Arab ini, ga tau Arab atau apa pokoknya orang timur tengah gt, Pakai topi kayak orang afganistan. Imigran ini datang ke Kanim malang sama istri plus 3 orang anaknya.... Semua juga bingung kok Arab gila ini tiba2 mukulin biksu.... Onta2 ga Ada gunanya ini lebih baik di deportasi Aja drpd ngotorin malang

Original Posted By cloudstrife1987►Berikut Pernyataan Bhikkhu Tersebut..
Via BBM yang sudah di broadcast

"Namo Buddhaya, saya Bhikkhu Candasilo menyatakan bahwa masalah yang saya alami sudah selsai dan jangan diperpanjang lagi. Hari ketika peristiwa yang saya alami, hari itu juga masalah sudah clear secara hukum. Selsai dengan damai dan saya mohon supaya BC tentang masalah ini dihentikan. Saya pribadi menganggap itu sebuah vipaka buruk yang saya alami. Intinya masalah ini sudah selsai dan saya dalam keadaan baik-baik aja. Saya minta maaf jika ini menjadi masalah. Tidak ada niat untuk menyebarkan berita-berita ini. Saya tidak tau siapa yang BC tentang ini. Terima kasih atas pengertiannya."

Terima kasih..

Original Posted By Atimus►Saya menyayangkan tindakan kekerasan dari mereka yan tidak tahu permasalahan sebenarnya. Di Myanmar adalah masalah etnis bukan masalah agama.

Pertama gan, sebenarnya tidak ada yang namnya etnis Rohingya di daerah Arakan (Rakhine) Myanmar. Mereka sebenarnya adalah etnis Bengali yang sebagian besar dari Bangladesh (tepatnya dari daerah perbatasan dengan Myanmar). Rakhine sendiri memang berbatasan dengan Bangladesh.

http://www.nationmultimedia.com/aec/No-Rohingya-in-Rakhine-academic-30201669.html
http://www.arakanhrdo.org/home/latest-news/no-rohingya-in-myanmar-say-international-experts

Sayangnya media-media berita besar khususnya di Indonesia tidak memberitakan hal ini sehingga terus menggunakan istilah Rohingya. Etnis Bengali ini dapat dikenali dengan warna kulitnya yang gelap seperti orang Bangladesh atau India atau Pakistan. Mayoritas tidak bisa berbahasa Myanmar tapi bahasa Bengali.

Karena dianggap tidak menentu kehidupannya di Bangladesh, banyak etnis Bengali di perbatasan pindah ke Rakhine (Myanmar) secara ilegal. Tanpa aturan kelahiran dimana etnis Bengali lebih banyak melahirkan anak, warga etnis lokal yaitu Rakhine menjadi minoritas. Jadi SALAH BESAR jika dikatakan etnis Bengali (rohingya) di Rakhine (Arakan) adalah minoritas.

Tinggal diperbatasan, tanpa kontrol kelahiran, minim pendidikan, tidak ada pekerjaan, menimbulkan masalah kependudukan dan penyakit sosial. Tingkat kriminal di sana cukup tinggi, puncaknya adalah pemerkosaan dan pembunuhan terhadap wanita etnis Rakhine oleh 3 orang etnis Bengali yang akhirnya dibalas dengan pemukulan hingga mati 10 orang yang dikira etnis Bengali. Etnis Bengali kemudian mengadakan kerusuhan, perusakan, pembakaran, hingga terjadilah aksi balas-membalas.

Sayangnya media berita senang mengganti istilah etnis menjadi agama. Dan inilah salah satu kelemahan kebebasan pers jika tidak ada pengawasan oleh masyarakat. Media juga sering tidak mengungkap penyebab dibalik suatu peristiwa dan tidak mengabarkan korban dari kedua belah pihak.

Kriminal yang cukup tinggi ditandai dengan adanya teroris di Rakhine (Arakan). Istilah Rohinga digunakan oleh para teroris yang ada di sana. Ini bocoran dari Wikileak.

http://wikileaks.org/cable/2002/10/02RANGOON1310.html

Oleh karena adanya dukungan teroris di tubuh etnis Bengali (Rohingya) maka berapa tokoh dan masyarakat Myanmar menolak jika ada yang membantu etnis Bengali (Rohingya). Sayangnya badan dunia seperti OKI, UNHCR, Human Right tidak melihat keberadaan teroris ini. Masyarakat Myanmar sendiri menjadi galau, karena kalau para teroris atau kriminal etnis Bengali (Rohingya) ditindak, maka pemberitaan mengatakan Myanmar menganiaya ”rohingya”. Apa harus dibiarkan hingga kriminalias merajalela?
Sebagai catatan, perlu kita waspadai keberadaan imigran yang mengaku ”rohingya” yang sebenarnya adalah para pencari suaka dari negara lain yang ingin mendapatkan kemudahan suaka. Pernah ada yang mengaku etnis ”rohingya” diwawancara di TV, tapi anehnya ia menggunakan bahasa Melayu.

Dan banyak situs-situs dan media sosial yang mengklaim sebagai situs ”rohingya”, padahal dari negara lain seperti Pakistan yang tingkat ektremisnya tinggi. Foto-foto hoax ”rohingya” jika ditelusuri juga berasal dari Pakistan dan beberapa di wilayah Timur Tengah. Sayangnya beberapa situs Indonesia mengcopy paste hoax tersebut.