- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Risma diguncang] Main Proyek, Don Bawa Gerbong ITS


TS
introshyterly
[Risma diguncang] Main Proyek, Don Bawa Gerbong ITS
Quote:
Main Proyek, Don Bawa Gerbong ITS
Meski Ir. Don Rozano SP, MM tak lagi menjadi tenaga ahli walikota, namun ia masih mempengaruhi kebijakan Walikota Tri Rismaharini. Tak hanya sebagai penghubung Risma dengan sejumlah pengusaha. Tapi Don yang menjadi bos Enciety itu juga memanfaatkan jaringan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), untuk ‘main proyek’. Kenapa Risma mau disetir Don Rozano? Padahal, dia hanya jebolan teknik elektro ITS, tapi kini ikut ngurusi pemerintahan. Apa karena kedekatan emosional lantaran Don dan Risma sama-sama lulusan ITS, ataukah karena hubungan lain? Berikut ini laporan tim wartawan Surabaya Pagi.
Sejak Don Rozano diangkat menjadi tenaga ahli walikota, pria berkumis ini begitu leluasa di Pemkot Surabaya. Tak hanya urusan pajak reklame yang menyeret nama Don Rozano di awal pemerintahan Risma. Setelah Risma lolos dari pemakzulan, Don Rozano kembali berulah. Maret 2012, Don Rozano disebut-sebut ikut cawe-cawe PD Pasar Surya. Bahkan, Don sempat dituduh melakukan penyelewengan dana BUMD ini senilai Rp 750 juta. Bukan Don yang melakukan klarifikasi, tapi justru Risma yang pasang badan. Risma membantah jika Don Rozano menikmati Rp 750 juta itu. Disebutkan penyimpangan justru dilakukan direksi PD Surabaya yang saat itu dijabat Sucipto dan Soesantyo terkait dana Rp2,4 miliar untuk pembangunan Pasar Gayungsari.
Nama Don Rozano juga disebut-sebut dalam kemelut KBS yang dikelola Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS). Pemerhati satwa, Singki Suwaji, pernah menyebut Don Rozano merupakan pengurus lama KBS dan pernah ada uang KBS yang tak bisa dipertanggung jawabkan Don. Hingga akhirnya, Don Rozano disebut-sebut turut terlibat, jika KBS diincar Trans Corp milik Chairul Tanjung. Kabar terakhir, Don ikut campur tangan dalam urusan polemik pengangkatan Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Walikota Surabaya.
Purwadi, pengamat kebijakan publik, mengaku sudah tahu ulah Don tersebut. Ia membenarkan, Don ikut cawe-cawe di BUMD Pemkot. Bahkan, Don bisa mempengaruhi kebijakan Risma. Untuk main proyek di Pemkot, Don membawa gerbong ITS. "Don mulai dipercaya Risma sejak di Dinas Kebersihan. Dialah yang mempengaruhi kebijakan walikota dalam perencanaan pembangunan Surabaya ke depan," kata Purwadi yang pernah melaporkan Risma ke Kejati Jatim tekait pengangkatan Don Rozano cs sebagai Tenaga Ahli Walikota.
Lebih lanjut Purwadi menjelaskan, Don mencoba memanfaatkan situasi dengan mendekati pengusaha dan menghubungkan ke Risma. Sehingga pembangunan ke depan lebih menguntungkan pengusaha. "Sekarang di pemkot Surabaya, kantor Bappeko ini sudah pindah ke Enciety, di situ desain perencanaan pembangunan ke depan," sindir Purwadi, dihubungi Surabaya Pagi, Selasa sore (4/2). Di Enciety ini, selain Don, ada Kresnayana Yahya yang juga dari ITS.
Kata Puwadi, Don tidak hanya mempengaruhi perencanaan pembangunan, tapi juga bisa memindah kepala sekolah yang ada di Surabaya. "Termasuk direktur BUMD, dia punya peran penting siapa nantinya yang akan dipasang di sana. Contoh kasus di PD Pasar Surya dan PDTS," sebut Purwadi.
Selain itu, kata Purwadi, bersama gerbong ITS-nya Don diduga memainkan proyek yang kebanyakan dilakukan di Dinas Infokom dengan berkerjasama PT. Telkom yang bergerak di bidang sama. "Orang - orang Telkom itu kan temannya Don waktu di ITS dan benar kalau proyek pemkot digarap ITS connection itu semuanya gerbongnya Don," tegas Purwadi.
Dosen ITS Menghindar
Siapa yang tak kenal nama Don Rozano di ITS. Hampir semua jajaran petinggi kampus di Surabaya Timur ini mengenal Don sebagai alumni mahasiswa jurusan teknik elektro. Meski begitu, tak banyak petinggi ITS yang berani menceritakan kehidupan pribadi Don saat di kampus maupun di luar kampus. Saat Surabaya Pagi mencoba mewawancarai beberapa dosen dan petinggi ITS, mereka mencoba menghindar dan saling lempar. Beberapa petinggi ITS yang sempat menolak memberikan komentar tentang Don diantaranya, Pembantu Rektor II, Faqih dan Dosen FTK Haryo mengaku mengenal Don. Namun mereka berdua menolak memberikan keterangan tentang Don.
Begitu pula saat Surabaya Pagi mencoba menanyakan perihal Don kepada senior ITS Prof. Johan Silas. Dengan singkat Johan hanya menyatakan jika bukan pada porsinya menjelaskan tentang Don. Pasalnya, dirinya dan Don sudah beda jurusan. "Setahu saya, teman teman seangkatan Don sudah tak ada lagi di ITS. Coba anda tanyakan ke orang orang jurusan Teknik Elektro," ucap Johan singkat.
Saat mencoba menanyakan perihal Don kepada dosen teknik elektro Ketut Eddy. Ketut hanya berkata bahwa setahu dia Don adalah mahasiswa yang aktif dan mempunyai prestasi akademik bagus. Selain itu, Don juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. "Tapi, saat ini saya sudah nggak lagi di Elektro mas. Saya sudah pindah di jurusan lain. Coba mas hubungi Ketua Jurusan Teknik Elektro Pak Dr. Tri Arief," pinta Ketut, Selasa (04/02).
Begitu Surabaya Pagi meminta keterangan tentang Don kepada Trie Arief. Trie menyatakan jika Don saat itu aktif di kemahasiswaan. Dia juga menyebut Don sempat menjadi ketua himpunan mahasiswa teknik elektro ITS pada saat masih aktif kuliah. Trie juga tak menampik jika Don masih sering diundang mahasiswa sebagai pembicara dalam seminar-seminar. "Kalau terkait masalah pribadi Don, Saya kurang tahu. Dan Saya rasa bukan pada tempatnya anda tanyakan hal tersebut ke Saya. Setahu saya, Don orangnya baik baik saja dan tak ada masalah dengan kami di sini," pungkas Trie. n
Sumber
Quote:
Anda Kelola KBS, Melirik Tanahnya atau Pelihara Satwa
Bu Risma,
Lokasi KBS sangat strategis untuk bisnis perkantoran, rekreasi, pusat hiburan dan mall. Saya tidak tahu, apakah Anda bersama konsultan bisnis Anda menangkap peluang ini atau tidak, hanya Anda yang paling tahu. Saya tidak bisa menebak motif Anda ngotot mengakuisisi KBS dari pengelola lama Perkumpulan Taman Flora Satwa Surabaya (PTFSS) pimpinan Stany Soebakir maupun Tim Pengelola Sementara (TPS) yang diketuai Tony Sumampauw.
Memperhatikan cara-cara Anda mengakuisisi KBS dari pengelola lama, nuansa yang saya tangkap, Anda tidak semata menyelamatkan konflik antara kelompok Stany dengan Prof. Basuki atau Stany dengan Tony Soemampauw. Anda yang tidak memiliki pendidikan formal kedokteran hewan, manajemen dan bisnis, bisa jadi, digoda iming-iming sekeliling Anda. Maklum, birokrat seperti Anda yang dikenal pekerja sebagai PNS karir, bisa jadi digandeng pihak swasta. Sebagai pengambil kebijakan di kota Surabaya, Anda memungkinkan dipengaruhi untuk berkonspirasi merebut KBS guna melanggengkan bisnis pengusaha property atau hiburan yang menginginkan lokasi luas di pusat kota.
KBS dikenal sebagai hutan kota. Direnten, orang menyebut KBS, berlokasi tepat di jantung kota Surabaya. Tepatnya di jalan Setail No. 1 Surabaya. Lokasi ini tembus dari Jl. Raya Darmo ke Jl. Adityawarman. Di belakang KBS ada perkampungan yang bernama Jl. Bumiharjo. Jalan ini bisa dilalui dari lalulintas dua arah Jl. Raya Darmo ke Jl. Adytiawarman dan sebaliknya. Kampung ini ada yang masuk kawasan perumahan PJKA. Maklum, di belakang kampung Bumiharjo, dulu dikenal stasiun Wonokromo, yang melayani trem dalam kota maupun kereta api jurusan Mojokerto.
Luas lahan di KBS sekitar 15 hektar. Menengok lokasi KBS yang menghadap timur dan utara, tidak terlalu keliru bila pengembang sekelas Ciputra, Melinda Tedja atau pengusaha hiburan seperti Chairul Tanjung, kesengsem dengan lokasi KBS. Apalagi penguasaan KBS, kali ini masih ruwet alias tidak jelas. Maka itu, saat lahan KBS diambil alih oleh Pemkot Surabaya, tidak sedikit pengusaha real estate di Jawa Timur rasan-rasan, mengenai upaya take-over KBS atau tukar guling KBS dengan lokasi lain di pinggiran kota atau luar kota.
Saya tidak terlalu kaget, bila Anda masih menggandeng Don Rozano, mantan konsultan bisnis Anda. Lelaki lulusan ITS yang sealumni dengan Anda, dikenal tukang lobi. Sejumlah pengusaha, baik property maupun rekanan yang saya kenal, tahu persis sepak terjang Don. Kebetulan saya bukan seorang pengusaha property atau rekanan proyek, jadi saya tidak butuh kenalan dengan Don Rozano. Mengapa saya tidak butuh Don, karena ketika saya masih bekerja di harian Surabaya Post, saya sudah kenal dengan Don, melalui Ir. Kresnayana Yahya MSc. Ketika itu, saya bersama Don dan Kresnayana, merancang bisnis konsultasi SDM, training dan survey, bernama ‘’Enciety’’. Kresnayana Yahya, mengajak Don bergabung, tidak menyetorkan dana. Rencananya dana, dimodali oleh mantan bos saya, Almarhumah Ibu Toety Azis.
Bu Risma,
Mudah-mudahan motif Anda mengurus KBS murni ingin mengamankan KBS dari image jelek pengamat satwa tingkat nasional maupun di luar negeri. Maklum, sudah beberapa tahun ini, KBS menjadi sorotan hingga ke berbagai kota di Eropa. Keterkenalannya, karena di KBS yang dulu pernah dikenal satu-satunya kebun binatang terbesar se-Asia Tenggara. Saat itu, KBS memiliki koleksi 351 spesies satwa bermacam-macam. Tidak kurang ada 2.806 hewan menghiasi kandang-kandang di KBS. Spesies satwa itu termasuk satwa langka Indonesia maupun dunia.
Anda perlu saya segarkan bahwa KBS itu didirikan oleh Perkumpulan Kebun Binatang yang berkumpul di Simpang Restaurant tanggal 11 Mei 1923. Dalam rapat anggota itu, W.A. Hompes ditunjuk menjadi Ketua Perkumpulan menggantikan J.P. Mooyman, yang dikenal sebagai salah satu pendiri KBS. Melalui perjuangan Hompes, akhirnya KBS membeli tanah seluas 32.000 m2 yang merupakan sumbangan dari Maskapai Kereta Api (OJS). Baru tahun 1939, luas KBS meningkat menjadi 15 hektar. Di lahan seluas ini dibangun taman seluas 85.000 m2.
Saya tidak tahu, pada awal-awalnya, KBS dikenal sebagai tempat rekreasi. Bahkan sampai tahun 2000-an, sebagai warga kota, saya tidak mendengar konflik pengelola. Entah apa sebabnya, ketika KBS masih dalam pengelolaan Perkumpulan Taman Flora Satwa Surabaya (PTFSS), muncul konflik. PTFSS yang dipimpin Stany Soebakir, ‘’dikudeta’’ oleh kelompok DR. drh. I Komang Wiarsa Sardjana. Dengan Stany Soebakir maupun Komang, saya kenal akrab. Stany Soebakir, adalah Pakde saya, saudara tua ibu kandung saya. Sedangkan Komang, adalah teman seaktivis dalam organisasi Bakom PKB (Badan komunikasi Persatuan Kesatuan Bangsa). Karena sama-sama akrab, saya tidak mencampuri konflik mereka, kecuali mengamati rutin. Maklum, saya adalah jurnalis yang peduli dengan satwa seperti ayam bekisar dan ikan koi.
Sejak konflik antara kubu Stany Soebakir dan Komang, kabar mengenai satwa-satwa mati bertebaran. Koleksi binatang yang bervariasi dari mamalia sampai jenis burung, hanyut oleh kabar kematian. Dua kubu ini saling menuding. Saya tidak berusaha mencari tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Sebagai pecinta satwa, saya berpatokan sederhana. Apa itu? Dengan makin banyaknya satwa yang mati, pikiran saya mengirim sinyal, pengelola KBS kurang profesional. Padahal sejak saya masih kecil, KBS dikenal sebagai pusat rekreasi, hiburan dan edukasi semua lapisan, terutama siswa-siswi TK sampai mahasiswa.
Bu Risma,
Bila Anda memang ingin menyelamatkan KBS dari tangan-tangan tidak professional pengelola satwa, saya sarankan Anda menggandeng perkumpulkan satwa dari berbagai pecinta satwa dan pengusaha yang cinta pada satwa, bukan pengusaha yang berambisi mengelola lahannya. Ini penting karena pengelolaan KBS terkait dengan bidang konservasi. Kemudian urusan lembaga konservasi di Indonesia menjadi domain Menteri Kehutanan. Artinya, tanpa memiliki ijin pengelolaan konservasi, siapapun orangnya, termasuk Anda, tidak akan bisa mengelola KBS.
Saya tidak percaya Anda memiliki kemampuan mengelola KBS hingga profit center. Artinya net-profit bersih pertahun melebihi pendapatan bersih yang dihasilkan pengelola pimpinan Stany Soebakir maupun Tony Sumampaw. Ketidakpercayaan saya, bukan karena saya mengecilkan sense of business Anda. Tetapi saya meragukan tim Anda. Keraguan saya ini didasarkan pengalaman sejumlah BUMD di lingkungan Pemkot Surabaya. Pengalaman yang saya catat, tidak ada BUMD di Pemkot Surabaya yang terandalkan kecakapan sebagai pelaku bisnis. Artinya, BUMD di Pemkot Surabaya, kalau tidak rugi ya dikorupsi. Salah satu contoh adalah korupsi di BUMD Pasar Surya, dimana Direktur Utama dan Direktur Keuangannya dijebloskan ke bui, karena melakukan tindak pidana korupsi selama mengelola PD Pasar Surya.
Bu Risma,
Meski Anda lulusan ITS, tetapi sebagai pejabat publik, Anda insya Allah tahu esensi lembaga konservasi (LK) untuk KBS. Esensinya adalah LK, adalah legalitas KBS. Anda bisa merajuk sampai presiden, agar LK segera dikeluarkan. pertanyaannya, apakah Menteri Kehutanan berani memberikan LK ke Anda. Sebagai warga Negara yang taat hukum, saya percaya Menter Kehutanan akan berhati-hati. Terutama menghadapi sengketa KBS antara perkumpulang yang dipimpin Stany Soebakir melawan Kementerian Kehutanan dan Tim Pengelola Sementara (TPS) yang diketuai Tony Sumampauw. Stany telah menggugat atas pencabutan LK. Perkara ini sudah di tingkat kasasi. Sampai saya menulis surat terbuka kepada Anda, putusan kasasi itu belum turun.
Jujur, bila Anda memang sudah ngotot akan mengelola KBS, tahukah Anda bahwa persoalan KBS, tidak cukup hanya mengandalkan keputusan politik dari Presiden. KBS adalah lembaga konservasi. Oleh karena itu, KBS juga ‘’diurus’’ oleh perkumpulan pemerhati satwa di Indonesia dan luar negeri. Perkumpulan ini sejak sebelum Stany Soebakir mengelola KBS, sudah diukur sebagai penggagas atau bahasa lainnya cikal bakalnya KBS. Anda tahu atau tidak, dalam surat terbuka ini saya informasikan bahwa perkumpulan pemerhati satwa juga memiliki asset di KBS yaitu beberapa satwa langka yang dititipkan di KBS untuk dikembang-biakkan juga. Maklum, KBS juga melakukan aktivitas penangkaran.
Apakah Anda sudah menghitung berapa nilai asset KBS, mulai lahan sampai satwa-satwanya? Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), Rachmad Shah, memperkirakan, nilai asset KBS triliuan rupiah. Oleh karena itu, Rachmad, termasuk yang berjuang agar KBS tetap menjadi kebun binatang, bukan mall, perkantoran maupun tempat entertainment Trans Studio seperti yang dibangun oleh CT Corp milik Grup Choirul Tandjung, di Bandung dan Makasar. (tatangistiawan@gmail.com).
Quote:
tentang harian surabaya pagi.
DEWAN DIREKSI :
DIREKTUR UTAMA : DR. H. Tatang Istiawan Witjaksono, S.Sos., SH., MM.
PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNGJAWAB : DR. H. Tatang Istiawan Witjaksono, S.Sos., SH., MM.
WAKIL PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI/DIREKTUR PRODUKSI ONLINE & PERCETAKAN: H. Raditya Mohammer Khadaffi, S.Kom., SH.
WAKIL PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI/PELAKSANA HARIAN: Gatot Bibit Bibiono
DIREKTUR KEUANGAN/PEMIMPIN PERUSAHAAN: Hj. Lordna Putri, S.Psi.
REDAKTUR PELAKSANA HARIAN SURABAYA PAGI: Ali Mahfud
REDAKTUR PELAKSANA SURABAYA PAGI ONLINE: Ariel Dahrullah
SEKRETARIS REDAKSI: Yayuk Indrawati
REDAKSI :
REDAKTUR: Riko Abdiono, Sugeng Pramono, Endang Lismari, Hapsah Agustin
REPORTER: Budi Mulyono, Hendarwanto, Novi Ispinari, Solichan Arief, Zainul Abidin, Meiga Ridwan, Moch. Marzuki, Amrizal P.
FOTOGRAFER: Antonius Subandrio, Yachya Iman
TIM IKLAN & AE: Three Nurdin, Nur Aidha
SIRKULASI & DISTRIBUSI: Hikmah Jaya, Syamsul Arifin, Rindra Maulana, Adhie J.
WEBMASTER: Hilda Tabafaikal
STAFF IT & TEKNISI: Mahmudi Shodiq
TATA LETAK & DESAIN: Ghuffron Ari Amnan, Mayda Yudhi, M. Rizal, Joko Agus, Dimas Haryo, Selly Marcelina
Quote:
Ternyata media titipan

Terindikasi kampanye terselubung
Masa tenang, Pakde Karwo hadiri silaturahmi kepala desa Madura
lensaindonesia..com: Calon Gubernur Jatim incumbent Soekarwo, melakukan kampanye terselubung di Terminal Petekan Surabaya Selasa (27/8/2013). Pakde Karwo menghadiri acara silaturahmi forum komunikasi blateran Madura.
Karwo datang ketempat tersebut, didampingi oleh La Nyala Mattiliti dan H. Tatang Istiawan, pimpinan media Surabaya Pagi.Ketiga tokoh tersebut, didaulat sebagai warga Madura dengan penyematan Odheng (ikat kepala khas Madura).
Baca juga: Muhaimin Iskandar ungkit sengketa Pilgub Jatim di MK dan Kubu KarSa tuding pernyataan Akil Mochtar soal Pilkada Jatim settingan
Dalam sambutannya Pakde Karwo, mengaku bangga menjadi warga Madura. “Saya sangat bangga menjadi warga madura, gara-gara pemilihan di Madura, saya jadi gubernur,” ujar karwo dengan dialek Madura.
Seperti diketahui, pada Pilgub 2008, terpaksa harus ada pemungutan suara di Madura. Dari hasil inilah Soekarwo memgungguli Khofifah-Mudjiono sat itu. “Kalau tidak ada pemilihan dari Madura, saya tidak akan jadi gubernur,” tambah Karwo.
Dari pantauan LICOM, tampak kepala desa dari Madura, yang disinyalir sudah dikoordinir. Padahal saat sedang dalam masa tenagng. Harusnya para kandidat gubernur dilarang melakukan aksi yang berbau kampaye. Sebelum meninggalkan tempat acara, Pakde Karwo menyalami para tamu undangan satu persatu.@m-rofik
[URL="http://www.lensaindonesia..com/2013/08/28/masa-tenang-pakde-karwo-hadiri-silaturahmi-kepala-desa-madura.html"]sumber[/URL]
Quote:
Kata jurnalis
“Bekerja dengan Tatang, orientasinya adalah duit. Tatang itu tipe pebisnis murni. Kemampuannya memang di atas rata-rata.”
sumber
Khususnya oleh sejumlah orang yang mengaku jurnalis mendeklarasikan berdirinya Aliansi Jurnalis Independent (dengan huruf “t”) Trenggalek lengkap dengan akta notaris pendiriannya. Mereka menyodorkan proposal ke sejumlah instansi pemerintah untuk mendapatkan dana peliputan masing-masing Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Begitu juga yang dilakukan empat tokoh media massa Surabaya saat mengajukan surat dengar pendapat dengan DPRD Jatim 23 Agustus lalu. Mereka adalah Agil H Ali (eks Pemimpin Redaksi Memorandum), Tatang Istiawan(CEO Surabaya Media Group), Jalil Latuconsina (Pemimpin Redaksi Tabloid Sapu Jagat), Yamin Ahmad (Tabloid Teduh), dan Darmantoko (Presidium Forum Insan Pers). Mereka meminta pinjaman Rp 10 miliar dalam Perubahan APBD Jatim 2006. Alasannya, mereka iri dengan CEO Jawa Pos Dahlan Iskan yang mendapat pinjaman Rp 10 miliar dari APBD Jatim. Namun, DPRD tak menggubris permintaan itu.
sumber
Comment TS : Awas banyak jurnalis yang bermain juga ternyata


![[Risma diguncang] Main Proyek, Don Bawa Gerbong ITS](https://s.kaskus.id/images/2014/02/13/6333970_20140213083122.jpg)


Diubah oleh introshyterly 13-02-2014 08:32


tien212700 memberi reputasi
1
13.1K
Kutip
67
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan