Mau jadi selebriti twitter (atau media sosial lainnya)? Harus tambeng dan tebal muka, itu syarat utamanya. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.

Memang tak banyak yang tahan harus menjadi sosok yang seperti itu. Apalagi jika memang kesehariannya tak menunjukkan bakan ke arah itu sama sekali.

Salah satu contoh, kasusnya Farhat Abbas. Pengacara ini demen banget bikin heboh media sosial dengan berbagai ulah merecoki orang lain. Komentarnya selalu (dan memang diniatkan ) untuk mengundang sensasi dan komentar (tepatnya hujatan :v ) orang. Meski (dan memang justru karena) kontroversial, followernya meroket.

Begitu khasnya contoh kasus Farhat Abbas ini, maka kita bisa tau beberapa prinsip yang di pahami Farhat Abbas agar dia populer di Twitter, diantaranya:

1. Prinsip Chaos

Ciptakan chaos, untuk menciptakan leader. Jadi yang Farhat Abbas lakukan saat ini adalah menciptakan chaos dengan twit-twit nya yang penuh profokasi dan narsisme. Biarpun penuh dengan cacian, tetapi bisa dipastikan sekarang pasti lebih banyak yang tau bahwa di dunia ini ada orang yang bernama Farhat Abbas.

2. Prinsip Leverage

Ini adalah prinsip pengungkit. Farhat abbas sedang melihat situasi. Dia memerlukan pengungkit untuk kelangsungan bisnisnya. Pengungkitnya ya sekarang ini. seakan-akan mencalonkan jadi presiden, meng-klaim terganteng pula. Kalau ada partai yang tertarik ya sukur kalau nggak pun, bisnisnya akan tetep jalan.

3. Prinsip Wave

Farhat Abbas tahu bahwa dia akan di hina dan di caci maki habis-habisan, apalagi di sosial media yang interaksinya direct. Tetapi yang menghina tidak tahu kalau Farhat Abbas sudah tahu. Ini akan membuat ombaknya berasa besar dipermukaan, tetapi sebetulnya di tenang di dasarnya.

4. Prinsip Butterfly Effect

Ini yang paling dasyat. Satu bahkan sampai dibuat berita di berbagai koran, bahkan di televisi. Satu kepakan sayap kupu-kupu di belahan dunia sini, akan berakibat topan di belahan dunia lain