- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Koleksi Lebih 300 Keris, Dapat Penghargaan dari Keraton Budaya


TS
arbei.net
Koleksi Lebih 300 Keris, Dapat Penghargaan dari Keraton Budaya

Q Sakti Laksono, Dokter yang Kolektor Keris.
Quote:
Awalnya hanya ingin menyimpan dan menjaga barang-barang antik koleksi almarhum ayahnya, Q Sakti Laksono malah terpikat untuk menambahnya. Ratusan barang antik tersebut dikoleksi dengan jenis keris menjadi barang antik yang berjumlah paling banyak. Lebih dari 300-an buah.
Ratusan keris berbagai bentuk, ukuran dan warna itu, tersimpan dan tertata rapi dalam salah satu ruangan khusus di rumah Sakti. Sementara di rumah induknya, di antara ruangan-ruangan lainnya, ribuan jenis barang antik koleksinya terlihat penuh.
Mulai dari lukisan, tupeng, anake wayang, patung, keramik, lukisan piring, kamera kuno, motor Harley Davidson, sepeda onta, jam kuno, guci, dan berbagai jenis kerajinan mebel kayu jati kuno.
"Sebenarnya sepersepuluh adalah barang koleksi almarhum ayah saya. Hanya sekarang ini bertambah ketika saya tidak sengaja melihatnya kemudian saya beli dan saya kumpulkan disini," jelas Sakti yang merupakan putra kesembilan dari 11 bersaudara pasangan alm dr Soedomo dan Mien Soedomo (86).
Nama alm dr Soedomo saat ini menjadi nama Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Trenggalek, Dr Soedomo.
Di antara ratusan jenis barang antiknya, pria kelahiran Tulungagung, 19 Januari 1959, itu menyebut keris yang paling banyak. Keris disebut pria lulusan pendidikan kedokteran hewan Universitas Airlangga angkatan 1980 itu, sebagai benda yang unik.
"Lhuk (lekuk keris-red), sangat unik. Masing-masing keris meski tampak sama, tapi lhuk nya pasti beda. Ada khasnya," jelas Sakti.
Dari seluruh keris yang dikoleksi, Sakti malah punya keris yang bukan dari besi. Tapi dari kayu. Pembuatnya bukan mpu atau pengrajin keris atau kayu. Melainkan binatang rayap.
"Di ruangan ini memang tempat menyimpan keris. Ada kayu saya letakkan di antara tiang begitu, karena lama tidak saya kunjungi, ketika saya kunjungi saya temukan ini," ungkap Sakti sambil menunjukkan kayu berbentuk keris. Memang kayu berbentuk keris itu, terlihat bila dibentuk seperti dimakan rayap. Tidak beraturan dan ada lubang di beberapa bagian, seperti kayu yang dimakan rayap. Kayu berbentuk keris buatan rayap itu kemudian disimpan di lemari kaca bersama puluhan keris lainnya.
Sementara keris lain ada yang dijajarkan. Selain keris, tampak juga beberapa pedang samurai. "Salah satunya adalah milik ayah saya. Beliau sekolah kedokteran umum di Unair saat masih bernama Nias dan pada saat zaman Jepang pernah mendapat samurai itu, sebagai bentuk pengabdian atau apa," tunjuk pria yang berprofesi sebagai pengusaha konsultan proyek dan meninggalkan profesi dokter hewan yang seharusnya dia sandang setelah lulus fakultas kedokteran hewan.
Soal asal keris-keris yang dikumpulkan, Sakti mengaku di tahun 2005 mendapat penghargaan dari Keraton Solo. Yaitu penghargaan Bhakti/Krida/Dharma Budaya.
"Saat itulah saya dapat nama Ki. Tapi agar lebih modern saya kasih Q saja," ungkap suami dari dr Nining dan ayah dari Nadia (23) dan Brian (21) itu.
Keris-keris koleksi Sakti ini berasal dari berbagai daerah. Yang paling besar ukurannya adalah keris khas Bali, dengan panjang 1,5 meter. Kemudian keris asal Madura, Padang, dan berbagai daerah lainnya. Sakti mengaku tidak punya waktu maupun dana khusus untuk membeli keris-keris koleksinya. Dia menjalaninya sambil jalan. Dia juga tidak mengistimewakan keris-kerisnya itu.
"Saya hanyalah penikmat seni yang ada pada keris. Bukan spesialis koleksi keris tertentu hingga harus berburu kemana-mana," jelas Sakti.
Untuk mendapatkan keris-keris itu, Sakti mendapatkannya dari orang-orang yang datang menawarkan. Kalau dia cocok baik pada barang dan uangnya, keris itupun akan masuk di ruang penyimpanan. Selain itu dia juga mendapat keris misalnya saat dalam perjalanan, kunjungan atau bahkan nongkrong di toko barang-barang antik.
"Seringnya kalau di tempat jualan barang antik itu, ya dapatnya di samping stadion gelora Pancasila itu," ungkap Sakti sambil tersenyum.
Pada ratusan koleksi keris dan ribuan benda antik lainnya, Sakti mengaku tidak begitu mengikuti mitos-mitos yang mengikutinya. Dia juga mengaku tidak takut dengan apa-apa yang biasanya mengikuti benda-benda antik tersebut.
"Saya pasrah saja. Pokoknya melihat ada benda antik, saya lihat antik betulan atau bagaimana, kemudian saya suka, harganya cocok, saya bawa pulang, begitu saja," ungkap Sakti.
Dengan ribuan benda antik yang dikoleksi, Sakti mengakui bila dua anaknya belum ada yang tertarik untuk mengikutinya. Dia juga mengaku belum tahu akan diteruskan ke siapa barang-barang koleksinya itu.
"Belum tahu nanti siapa yang akan meneruskan mengurus barang sebanyak ini. Anak-anak belum ada yang tertarik," tandasnya.sumber
Ratusan keris berbagai bentuk, ukuran dan warna itu, tersimpan dan tertata rapi dalam salah satu ruangan khusus di rumah Sakti. Sementara di rumah induknya, di antara ruangan-ruangan lainnya, ribuan jenis barang antik koleksinya terlihat penuh.
Mulai dari lukisan, tupeng, anake wayang, patung, keramik, lukisan piring, kamera kuno, motor Harley Davidson, sepeda onta, jam kuno, guci, dan berbagai jenis kerajinan mebel kayu jati kuno.
"Sebenarnya sepersepuluh adalah barang koleksi almarhum ayah saya. Hanya sekarang ini bertambah ketika saya tidak sengaja melihatnya kemudian saya beli dan saya kumpulkan disini," jelas Sakti yang merupakan putra kesembilan dari 11 bersaudara pasangan alm dr Soedomo dan Mien Soedomo (86).
Nama alm dr Soedomo saat ini menjadi nama Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Trenggalek, Dr Soedomo.
Di antara ratusan jenis barang antiknya, pria kelahiran Tulungagung, 19 Januari 1959, itu menyebut keris yang paling banyak. Keris disebut pria lulusan pendidikan kedokteran hewan Universitas Airlangga angkatan 1980 itu, sebagai benda yang unik.
"Lhuk (lekuk keris-red), sangat unik. Masing-masing keris meski tampak sama, tapi lhuk nya pasti beda. Ada khasnya," jelas Sakti.
Dari seluruh keris yang dikoleksi, Sakti malah punya keris yang bukan dari besi. Tapi dari kayu. Pembuatnya bukan mpu atau pengrajin keris atau kayu. Melainkan binatang rayap.
"Di ruangan ini memang tempat menyimpan keris. Ada kayu saya letakkan di antara tiang begitu, karena lama tidak saya kunjungi, ketika saya kunjungi saya temukan ini," ungkap Sakti sambil menunjukkan kayu berbentuk keris. Memang kayu berbentuk keris itu, terlihat bila dibentuk seperti dimakan rayap. Tidak beraturan dan ada lubang di beberapa bagian, seperti kayu yang dimakan rayap. Kayu berbentuk keris buatan rayap itu kemudian disimpan di lemari kaca bersama puluhan keris lainnya.
Sementara keris lain ada yang dijajarkan. Selain keris, tampak juga beberapa pedang samurai. "Salah satunya adalah milik ayah saya. Beliau sekolah kedokteran umum di Unair saat masih bernama Nias dan pada saat zaman Jepang pernah mendapat samurai itu, sebagai bentuk pengabdian atau apa," tunjuk pria yang berprofesi sebagai pengusaha konsultan proyek dan meninggalkan profesi dokter hewan yang seharusnya dia sandang setelah lulus fakultas kedokteran hewan.
Soal asal keris-keris yang dikumpulkan, Sakti mengaku di tahun 2005 mendapat penghargaan dari Keraton Solo. Yaitu penghargaan Bhakti/Krida/Dharma Budaya.
"Saat itulah saya dapat nama Ki. Tapi agar lebih modern saya kasih Q saja," ungkap suami dari dr Nining dan ayah dari Nadia (23) dan Brian (21) itu.
Keris-keris koleksi Sakti ini berasal dari berbagai daerah. Yang paling besar ukurannya adalah keris khas Bali, dengan panjang 1,5 meter. Kemudian keris asal Madura, Padang, dan berbagai daerah lainnya. Sakti mengaku tidak punya waktu maupun dana khusus untuk membeli keris-keris koleksinya. Dia menjalaninya sambil jalan. Dia juga tidak mengistimewakan keris-kerisnya itu.
"Saya hanyalah penikmat seni yang ada pada keris. Bukan spesialis koleksi keris tertentu hingga harus berburu kemana-mana," jelas Sakti.
Untuk mendapatkan keris-keris itu, Sakti mendapatkannya dari orang-orang yang datang menawarkan. Kalau dia cocok baik pada barang dan uangnya, keris itupun akan masuk di ruang penyimpanan. Selain itu dia juga mendapat keris misalnya saat dalam perjalanan, kunjungan atau bahkan nongkrong di toko barang-barang antik.
"Seringnya kalau di tempat jualan barang antik itu, ya dapatnya di samping stadion gelora Pancasila itu," ungkap Sakti sambil tersenyum.
Pada ratusan koleksi keris dan ribuan benda antik lainnya, Sakti mengaku tidak begitu mengikuti mitos-mitos yang mengikutinya. Dia juga mengaku tidak takut dengan apa-apa yang biasanya mengikuti benda-benda antik tersebut.
"Saya pasrah saja. Pokoknya melihat ada benda antik, saya lihat antik betulan atau bagaimana, kemudian saya suka, harganya cocok, saya bawa pulang, begitu saja," ungkap Sakti.
Dengan ribuan benda antik yang dikoleksi, Sakti mengakui bila dua anaknya belum ada yang tertarik untuk mengikutinya. Dia juga mengaku belum tahu akan diteruskan ke siapa barang-barang koleksinya itu.
"Belum tahu nanti siapa yang akan meneruskan mengurus barang sebanyak ini. Anak-anak belum ada yang tertarik," tandasnya.sumber
itu keris ada yg bisa terbang gk pak ?

pernah liat acara Pawn Stars, ternyata keris juga laku dijual di amerika sana, tp parahnya tuh keris diakui sebagai senjata malaysia oleh pakar senjata pedang di amerika

Diubah oleh arbei.net 02-02-2014 16:45


nona212 memberi reputasi
1
3.1K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan