- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
percaya gak gan teman ane kena gejala demam berdarah di obati pake bulu ayam


TS
ato19
percaya gak gan teman ane kena gejala demam berdarah di obati pake bulu ayam
be gni kisahnya gan.tetangga ane kuliah di jakarta.baru beberapa bulan dia sakit.pas d cek ke dokter. dokter bilang dia kena gejala demam berdarah dia udah takut banget.trus nyokapnya datang ke jakarta. nyokapnya ngobatin nya pake cra tradisional gan. pake bulu ayam.
bukan bulu ayam sembarangan gan.harus bulu ayam hitam. bulu ayam nya d rebus dlu trus d bungkus pake kain putih.trus d usapin ke seluruh badan tmen ane. setelah selesai kain nya d buka ntr ada bulu putih kcil.kira2 1cm.bnyk bngt. setelah 2 hari tmen ane lngsng sembuh gan
ini pengobatan tradisional org chinese di bangka gan. ampe ada org dr jakarta mw neliti itu bulu apa kcil putih kira2 panjangnya 1cm tp gak d ksh.kta bokap ane kalau udah parah bulunya jd cabang dua.kalau udah cabang 3 udah gak tertolong
ane cuma mw berbagi cerita.maap jika bnyak kekurangan.tp ini beneran kalau d sni ada org chinese bangka pasti tau
penjelasan lengkap
bukan bulu ayam sembarangan gan.harus bulu ayam hitam. bulu ayam nya d rebus dlu trus d bungkus pake kain putih.trus d usapin ke seluruh badan tmen ane. setelah selesai kain nya d buka ntr ada bulu putih kcil.kira2 1cm.bnyk bngt. setelah 2 hari tmen ane lngsng sembuh gan

ini pengobatan tradisional org chinese di bangka gan. ampe ada org dr jakarta mw neliti itu bulu apa kcil putih kira2 panjangnya 1cm tp gak d ksh.kta bokap ane kalau udah parah bulunya jd cabang dua.kalau udah cabang 3 udah gak tertolong
ane cuma mw berbagi cerita.maap jika bnyak kekurangan.tp ini beneran kalau d sni ada org chinese bangka pasti tau
penjelasan lengkap
Quote:
pendahuluan
Era globalisasi mulai menampakkan perubahan yang signifikan di setiap aspek kehidupan. Perkembangan dan kemajuan yang begitu pesat membuat semua aktivitas sebagai manusia terasa lebih nyaman dan lebih mudah. Melihat situasi terkini, begitu mudah berkomunikasi dengan orang yang berada ratusan mil jauhnya diseberang lautan, hanya dengan menggunakan sebuah alat bernama handphone. Kemudian bagaimana mendapatkan sebuah informasi dengan sangat cepat di berbagai tempat di seluruh belahan dunia hanya dengan menggunakan alat-alat seperti televisi, radio, bahkan dari internet. Kemajuan pesat ini membuat jarak dan waktu yang begitu jauh menjadi mudah. Semua kemudahan ini karena perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat.
Begitu pula dengan dunia kesehatan. Dunia ini juga memiliki perkembangan yang sangat luar biasa dalam menangani berbagai macam penyakit. Mulai ditemukannya antibiotik baik itu dalam bentuk cairan maupun tablet yang mampu memberikan kesembuhan bagi si penderita dengan berbagai dosis pemakaian, sampai pada alat yang mampu mendeteksi penyakit dalam tubuh. Semua itu karena perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat maju.
Namun perkembangan dunia kesehatan tak membuat masyarakat menggunakan informasi tersebut sebagai satu satunya tolak ukur untuk menentukan kesembuhan. ada sisi dimana ketika obat dan penyembuhan ala medis tak kunjung memberikan kesembuhan. Disinilah masyarakat beralih pada sebuah pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman ataupun dari informasi yang ia terima dari kerabatnya tentang cara lain mengobati penyakit. itulah metode tradisional yang sering ditemukan dibanyak daerah.
Dalam tulisan ini akan membahas bagaimana pengobatan tradisional tersebut bertahan ditengah arus perkembangan dunia kesehatan saat ini.disini akan mengambil studi kasus pengobatan penyakit tipes dengan metode bulu ayam di kecamatan Biru biru. bagaimana masyarakat desa itu mengonstruksi pemahamannya dengan lingkungan di mana ia berada. Dimana pemahaman mereka itu merupakan hasil konstruksi mental oleh pelaku, berdasarkan pada learning as-construction metaphor (metaphor belajar sebagai konstruksi). Dalam pendekatan konstruksi ini, bahasa ilmu pengetahuan itu dipandang membantu pelaku dalam membangun suatu pemahaman terhadap deskripsi ilmiah yang diperkenalkan1. bagaimana proses pengobatannya,yang sedikit memiliki ritual dan lain sebagainya.
Namun yang terpenting bagaimana pengobatan ini menjadi sebuah kearifan lokal(local genious) tersendiri yang dimiliki masyarakat kecamatan Biru biru. dan kearifan ini tidak hilang melainkan akan tumbuh dan kembali ketika rangsangan rangsangan sosial mendukungnya untuk muncul.seperti kegagalan medis dalam menyembuhkan penyakit yang dalam tulisan ini adalah penyakit tipes.
Pembahasan
Demam tifoid (tipes) dan penyembuhan di bidang kesehatan
Penyakit Typhus atau Demam Tifoid (Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesia, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid memiliki kesamaan dengan demam paratifoid, yaitu merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan. Perbedaannya terletak pada bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Pada demam tifoid bakterinya adalah Salmonella typhi sedangkan deman paratifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi A, B, dan C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan.2
Demam tifoid atau typhus menyerang penduduk di semua Negara namun pada umumnya lebih sering menyerang Negara berkembang karena hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus menurun. Prevalensi di Amerika latin sekitar 150/100.000 penduduk tiap tahunnya, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun. Demam tifoid menyerang semua umur, akan tetapi golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun.3
Gejala Penyakit Tipes
Pada umumnya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Gejala yang paling menonjol adalah demam lebih dari tujuh hari. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.2
Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui kultur. Karena isolasi salmonella relatif sulit dan lama, maka pemeriksaan serologi Widal sering digunakan sebagai alternatif.2
Pencegahan Penyakit Tipes
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu meningkatkan kebersihan diri juga membantu mencegah penularannya seperti mencuci tangan setelah buang air besar dan mencuci tangan sebelum makan. Hal lain yang mendukung adalah meningkatkan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi.2
Pengobatan Penyakit Tipes di Bidang Kesehatan
Antibiotik merupakan pilihan terbaik yang sering diambil. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang digunakan adalah:
1. Klorampenikol 100 mg/kg/hari, dibagi empat dosis selama 14 hari.
2. Amoksilin 100 mg/kg/hari dibagi empat dosis
3. Kotrimoksazol
Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.2
Keampuhan Bulu Ayam dan kepercayaan masyarakat
Pada pembahasan sebelumnya dibahas tentang apa penyakit tipes, seperti apa gejalanya, serta bagaimana cara menanggulanginya dalam bidang kesehatan. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas sebuah sisi lain bagaimana menyembuhkan penyakit tipes. Sebuah sisi yang kurang mendapat perhatian dari para pemerhati kesehatan. Sebuah sisi yang masih ada dan muncul sebagai alternatif masyarakat dalam pengobatan tipes ialah bulu ayam.
“Mengapa bulu ayam?”. Tidak ada yang istimewa ketika kita berbicara tentang bagian dari tubuh ayam ini. Ia hanya bagian “lepek” berminyak dan berbau amis. Seakan tidak memiliki nilai jual yang ada. Namun bagi masyarakat pedesaan, khususnya masyarakat Jawa di daerah kecamatan Biru Biru, menggunakan bulu ayam ini sebagai mediator untuk menyembuhkan penyakit tipes. Namun dalam proses penyembuhan tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Mulai dari pemilihan bulu ayam, ritual yang dilakukan, sampai pada penaburan bulu ayam ke tubuh si penderita. Namun tidak dilupakan pula seorang tokoh yang melakukan pengobatan tersebut. tokoh yang menjadi sentral penyembuhan.
Masyarakat memiliki tingkat kepercayaan yang cukup tinggi terhadap pengobatan ini. Karena fakta yang mereka lihat adalah kesembuhan dan proses yang tidak memberatkan.hanya dengan mediator ayam.jadi kesederhanaan ini memiliki kekuatan bagi masyarakat membangun kepercayaannya terhadap pengobatan ini.
Pelaku
Pengobatan ini tidak mengandung spesialisasi tentang orang-orang yang mampu menggunakan metode bulu ayam. Juga tidak ada sebutan khusus untuk menjelaskan identitas yang tepat untuk orang ini. Tidak seperti dokter misalnya yang memiliki identitas jelas di masyarakat sebagai orang yang ahli di bidang kesehatan atau seorang pandai besi yang sangat mengerti bagaimana mengolah besi menjadi barang jadi seperti pisau, parang dan lain sebagainya. Namun agar lebih mudah kita sebut saja beliau sebagai “pemijat”. Karena pada dasarnya proses pengobatan ini mirip dengan proses pemijatan.
Untuk menjadi pemijat yang mampu mengobati penyakit tipes ini, seseorang tidak harus belajar ilmu pengobatan terlebih dahulu. Asalkan saja ia pernah melihat proses pemijatan tersebut dan mampu mengaplikasikannya, maka ia sudah bisa mengobati penyakit tipes.
Dalam hal ini, seseorang yang melihat langsung sebuah proses pemijatan tersebut akan memroses pengalaman yang ia lihat dalam pikirannya kemudian mengonstruksikan sebagai pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan yang dimiliki individu diperolehnya melalui proses belajar yang bersifat informal atau melalui pengamatan.4 Di sinilah unsur sosial masuk ke dalam penjelasan mengenai perolehan pengetahuan. Pengetahuannya tentang bagaimana melakukan pemijatan membuat ia mampu melakukan hal yang kurang lebih sama dengan apa yang pernah ia lihat. pemijat biasanya meakukan interaksi sebelum memulai ritualnya.ia membangun hubungan yang baik agar pasien merasa nyaman selama proses ritual berlangsung. Ia meyakinkan pasiennya bahwa dalam ritual nantinya tidak mengandung unsur unsur kesyirikan karena dalam prosesnya akan membaca do’a kepada yang maha kuasa memohon kesembuhan. Kemudian meyakinkan pasiennya agar tidak takut dan tidak perlu gelisah karena prosesnya tidak menimbulkan efek samping dan rasa sakit yang berlebihan.
Pemilihan Bulu Ayam
Bulu ayam yang digunakan harus yang berwarna hitam atau setidaknya berwarna gelap. Hal ini agar mampu membedakan antara bulu ayam dengan bulu yang nantinya akan keluar dari tubuh si penderita tipes. Bulu tersebut berwarna putih kecoklatan. Bentuknya lebih tipis dari sehelai bulu ayam. Jadi, apabila memakai bulu ayam berwarna coklat atau putih dikhawatirkan bulu yang merupakan bagian dari penyakit tersebut tidak kelihatan dan sulit untuk mengambilnya dari tubuh si penderita.
Namun, apabila si pemijat teliti maka ia akan mampu melihat bulu tersebut walaupun menggunakan bulu ayam yang berwarna coklat atau putih. Jadi sebenarnya tidak ada nilai sebuah kesakralan ketika memakai bulu ayam berwarna hitam ketika proses pengobatan, hanya saja bulu tersebut sebagai pembeda warna agar mampu dibedakan antara bulu ayam dan bulu tipes.
Bulu ayam kalau ditinjau dari sisi kesehatan memliki kandungan protein yang tinggi.yang sebenarnya mampu merangsang bakteri Salmonella Typhi untuk muncul.karena panas yang ia timbulkan. Hanya saja karena tingkat pengetahuan para pemijat yang kurang mampu menjelaskan dengan pendekatan medis jadilah pengobatan ini seakan kurang mendapat perhatian khusus dan tetap menjadi pengetahuan lokal dalam masyarakat.
Ritual dan proses penyembuhan
“Ritual, sebut saja begitu namanya”. Ungkap seorang informan untuk menjelaskan bagaimana proses pengobatan atau lebih konkretnya lagi pemijatan dengan metode bulu ayam ini. Tidak seperti ritual-ritual yang lain. Misalnya seperti pada ritual guru sibaso pada masyarakat karo. Di mana ada salah satu proses masuknya roh (si begu) pada tubuh guru (si baso).5
Namun ritual yang dimaksudkan di sini bagaimana proses pemijatan ini berlangsung beserta persiapan-persiapan yang ada. Di mulai dengan pemilihan ayam yang bulunya akan dipakai. Terlebih dahulu ayam yang telah dipilih, kemudian ayam tersebut disembelih sambil memanjatkan doa pada yang kuasa untuk memohon kesembuhan. Menurut pak Sutedjo (seorang pemijat) “doa tersebut dipanjatkan agar Tuhan yang memiliki kehidupan ini, sudi kiranya memberi kesembuhan dan apapun yang saya lakukan sekarang sebagai prantara, karena kesembuhan berasal dari Tuhan, bukan dari saya dan bukan dari ayam ini”. Setelah didoakan ayam tersebut disembelih dan dipisahkan antara daging dan bulunya (dibubutin). Dagingnya boleh dimakan dan dibawa pulang karena yang dipakai hanya bulunya.
Bulu tersebut direndam dengan air agar menimbulkan kesan lembab dan sedikit berminyak.kemudian bulu tersebut digosok keseluruh bagian tubuh secara searah,jika dimulai dari kiri ke kanan,begitulah seterusnya hingga seluruh bagian tubuh seperti perut, punggung rata digosok dengan bulu tersebut.kemudian sisihkan bulu ayam dari tubuh penderita dan diamkan beberapa saat hingga muncul bulu-bulu halus menyerupai bulu kucing dari tubuh penderita akibat reaksi dari apa yang terjadi antara bulu ayam dengan tubuh penderita tipes. Bulu tersebutlah yang menjadi akar penyakit, kemudian cabut bulu tersebut dari tubuh. Proses penyabutannya bisa menggunakan pinset atau bisa menggunakan tangan. Kemudian bulu-bulu tersebut dibakar bersama dengan bulu ayam tadi agar penyakitnya segera hilang dan pergi.
Tidak seperti ketika kita berobat ke dokter, kemudian diberi resep obat, kita minum obatnya dan reaksinya berjalan sembuh ketika meminum beberapa kali obat tersebut. Namun dengan bulu ayam ini, si penderita langsung sembuh ketika bulu tipesnya telah tercabut. Hal ini terlihat kuatnya nafsu makan dan keluarnya keringat dari tubuhnya. Di sinilah keampuhan bulu ayam tersebut jika dibandingkan dengan pengobatan dokter. Hanya saja karena pengetahuan itu tak pernah bisa dijelaskan oleh para pemijat tersebut karena keterbatasan ilmu mereka, jadilah pengobatan ini hanya sebagai alternatif masyarakat.
Sebuah Kognisi yang Bertahan
Sebuah pengetahuan yang mampu bertahan di tengah berkembangnya era globalisasi. Pengetahuan masyarakat tentang bulu ayam yang mampu digunakan untuk mengobati tipes akan tetap ada.namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada yang lebih dominan dan yang lebih marginal dipakai masyarakat. Tentunya pengobatan medis yang dominan dipakai daripada pengobatan bulu ayam. Namun bukan berarti pengetahuan bulu ayam lebih kuno dari yang lain, hanya saja pada masa sekarang pengetahuan ini kurang diminati karena terkesan syirik (pandangan agama) dan mengandung hal-hal yang kurang logis. Sehingga mendapat tempat yang kurang layak. Di sini akan membahas tentang bagaimana pengetahuan ini mampu bertahan dan bagaimana ia terus berkembang sejalan dengan arus global.
Pengobatan bulu ayam ini adalah sebuah kearifan lokal dari masyarakat Jawa. Walau terkadang ada etnis Jawa yang tidak tahu tentang pengobatan ini, namun menurut pak Muliono,”pengobatan ini asli karya cipta dari pengetahuan nenek moyang kami dulu”. Walaupun dunia telah berubah dan kemajuan teknologi dapat dirasakan di mana-mana, pengetahuan ini tetap berada dalam satu unit di kepala orang orang Jawa ataupun orang dari etnis lain namun pernah melihat prosesnya. Bagaimana unit tersebut terkadang tersimpan, karena sebuah perubahan dalam lingkungannya dan muncul di saat ada rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mengaktifkannya. Rangsangan-rangsangan tersebut bisa seperti tidak sembuhnya penyakit ini padahal telah berobat ke puskesmas atau rumah sakit. rangsangan ini bisa memunculkan kembali ingatan-ingatan pada unit-unit di kepala tentang bagaimana pengalaman dan berkembangnya komunikasi antar orang yang membangkitkan kepercayaan terhadap pengetahuan lokal ini. Bagaimana pentingnya sebuah komunikasi yang berjalan antar satu individu kepada individu lain.
Dengan bercerita pengalaman-pengalaman mereka dalam menghadapai penyakit tipes, informasi tersebut dengan cepat berkembang dan mudah tercerna dengan baik karena proses penalarannya yang sederhana dan mudah dilakukan. Atau karena belum menemukan alternatif baru dan berjumpa alternatif pengobatan bulu ayam, makanya ada keinginan mencoba peruntungan sebuah kesembuhan.
Namun ada pula yang memiliki alasan lain yang menjadikan mengapa pengetahuan ini tetap ada, yaitu kekecewaan pada proses pengobatan medis. Ketika pengobatan ini kurang mampu memberikan harapan kesembuhan yang akurat. Selain itu juga beberapa dari obat-obatan tersebut mengandung efek samping bagi pemakainya. Hal ini juga memberikan tempat bagi pengetahuan lokal tentang bulu ayam sebagai pilihan.
Bagaimana masyarakat membuat keputusan terhadap pilihannya menggunakan bulu ayam, tak lepas dari sebuah proses yang meliputi pengenalan dan penentuan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif. Penetapan kriteria pemilihan dan penilaian mengenainya.6 Jadi masyarakat melakukan identifikasi dan mengenali terlebih dahulu seperti apa pengobatan tersebut, bagaimana prosesya (seperti yang telah dijelaskan pada sub ritual). Kemudian melakukan pertimbangan terhadap alternatif pilihan tersebut, lalu menentukan pilihannya.
Pada dasarnya mereka yang memilih dan mencoba pengobatan ini, memilih karena instruksi dari teman terdekat yang ia dapat dari proses cakap-cakap. Di sinilah proses transfer informasi terjadi. Kemudian ada pula yang memilih karena pengobatan ini alami dan tidak memiliki efek samping yang besar, serta memiliki tingkat tarif yang terjangkau, sekitar Rp 20.000,00 untuk sekali pengobatan atau pemijatannya.
Namun masih ada saja bagian dari mereka yang seolah berpikir maju untuk menghiraukan bahkan menjustifikasi terhadap pengobatan ini. Dan dengan power yang ia punya membuka jarak antara dua metode ini. Pengobatan medis sebagai yang modern kemudian pengobatan bulu ayam sebagai yang tradisional atau primitif. Padahal kedua pengobatan ini memberikan layanan dengan semua yang mereka bisa untuk menyembuhkan pasien mereka. Pengobatan medis dengan metodenya sendiri dan pemijatan bulu ayam dengan ritualnya sendiri dan sama sama memberikan kesembuhan.
Kita dapat melihat dari kasus Dani (nama samaran). Ia pernah menderita panas yang tinggi dan menurunnya nafsu makan. Dokter telah menyatakan bahwa ia positif terkena penyakit tipes. Dokter memberikan antibiotik seperti amoksilin, Klorampenikol yang diminum tiga kali sehari. Namun berjalan dua hari panasnya tidak turun juga. Karena sang ibu memiliki pengalaman tentang pengobatan bulu ayam yang pernah ia dengar dari beberapa tetangganya dahulu maka ia membuat keputusan untuk membawanya kepada pak Sutejo(pemijat). Setelah mengalami proses ritual bulu ayam tersebut tempo beberapa saat Dani bisa langsung terlihat segar dan nafsu makannya bertambah. Melihat hal ini timbullah kepercayaan bahwa obat kampung tidak kalah hebatnya dalam mengobati penyakit tipes ini.
Era globalisasi mulai menampakkan perubahan yang signifikan di setiap aspek kehidupan. Perkembangan dan kemajuan yang begitu pesat membuat semua aktivitas sebagai manusia terasa lebih nyaman dan lebih mudah. Melihat situasi terkini, begitu mudah berkomunikasi dengan orang yang berada ratusan mil jauhnya diseberang lautan, hanya dengan menggunakan sebuah alat bernama handphone. Kemudian bagaimana mendapatkan sebuah informasi dengan sangat cepat di berbagai tempat di seluruh belahan dunia hanya dengan menggunakan alat-alat seperti televisi, radio, bahkan dari internet. Kemajuan pesat ini membuat jarak dan waktu yang begitu jauh menjadi mudah. Semua kemudahan ini karena perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat.
Begitu pula dengan dunia kesehatan. Dunia ini juga memiliki perkembangan yang sangat luar biasa dalam menangani berbagai macam penyakit. Mulai ditemukannya antibiotik baik itu dalam bentuk cairan maupun tablet yang mampu memberikan kesembuhan bagi si penderita dengan berbagai dosis pemakaian, sampai pada alat yang mampu mendeteksi penyakit dalam tubuh. Semua itu karena perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat maju.
Namun perkembangan dunia kesehatan tak membuat masyarakat menggunakan informasi tersebut sebagai satu satunya tolak ukur untuk menentukan kesembuhan. ada sisi dimana ketika obat dan penyembuhan ala medis tak kunjung memberikan kesembuhan. Disinilah masyarakat beralih pada sebuah pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman ataupun dari informasi yang ia terima dari kerabatnya tentang cara lain mengobati penyakit. itulah metode tradisional yang sering ditemukan dibanyak daerah.
Dalam tulisan ini akan membahas bagaimana pengobatan tradisional tersebut bertahan ditengah arus perkembangan dunia kesehatan saat ini.disini akan mengambil studi kasus pengobatan penyakit tipes dengan metode bulu ayam di kecamatan Biru biru. bagaimana masyarakat desa itu mengonstruksi pemahamannya dengan lingkungan di mana ia berada. Dimana pemahaman mereka itu merupakan hasil konstruksi mental oleh pelaku, berdasarkan pada learning as-construction metaphor (metaphor belajar sebagai konstruksi). Dalam pendekatan konstruksi ini, bahasa ilmu pengetahuan itu dipandang membantu pelaku dalam membangun suatu pemahaman terhadap deskripsi ilmiah yang diperkenalkan1. bagaimana proses pengobatannya,yang sedikit memiliki ritual dan lain sebagainya.
Namun yang terpenting bagaimana pengobatan ini menjadi sebuah kearifan lokal(local genious) tersendiri yang dimiliki masyarakat kecamatan Biru biru. dan kearifan ini tidak hilang melainkan akan tumbuh dan kembali ketika rangsangan rangsangan sosial mendukungnya untuk muncul.seperti kegagalan medis dalam menyembuhkan penyakit yang dalam tulisan ini adalah penyakit tipes.
Pembahasan
Demam tifoid (tipes) dan penyembuhan di bidang kesehatan
Penyakit Typhus atau Demam Tifoid (Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesia, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid memiliki kesamaan dengan demam paratifoid, yaitu merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan. Perbedaannya terletak pada bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Pada demam tifoid bakterinya adalah Salmonella typhi sedangkan deman paratifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi A, B, dan C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan.2
Demam tifoid atau typhus menyerang penduduk di semua Negara namun pada umumnya lebih sering menyerang Negara berkembang karena hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus menurun. Prevalensi di Amerika latin sekitar 150/100.000 penduduk tiap tahunnya, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun. Demam tifoid menyerang semua umur, akan tetapi golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun.3
Gejala Penyakit Tipes
Pada umumnya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Gejala yang paling menonjol adalah demam lebih dari tujuh hari. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.2
Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui kultur. Karena isolasi salmonella relatif sulit dan lama, maka pemeriksaan serologi Widal sering digunakan sebagai alternatif.2
Pencegahan Penyakit Tipes
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu meningkatkan kebersihan diri juga membantu mencegah penularannya seperti mencuci tangan setelah buang air besar dan mencuci tangan sebelum makan. Hal lain yang mendukung adalah meningkatkan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi.2
Pengobatan Penyakit Tipes di Bidang Kesehatan
Antibiotik merupakan pilihan terbaik yang sering diambil. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang digunakan adalah:
1. Klorampenikol 100 mg/kg/hari, dibagi empat dosis selama 14 hari.
2. Amoksilin 100 mg/kg/hari dibagi empat dosis
3. Kotrimoksazol
Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.2
Keampuhan Bulu Ayam dan kepercayaan masyarakat
Pada pembahasan sebelumnya dibahas tentang apa penyakit tipes, seperti apa gejalanya, serta bagaimana cara menanggulanginya dalam bidang kesehatan. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas sebuah sisi lain bagaimana menyembuhkan penyakit tipes. Sebuah sisi yang kurang mendapat perhatian dari para pemerhati kesehatan. Sebuah sisi yang masih ada dan muncul sebagai alternatif masyarakat dalam pengobatan tipes ialah bulu ayam.
“Mengapa bulu ayam?”. Tidak ada yang istimewa ketika kita berbicara tentang bagian dari tubuh ayam ini. Ia hanya bagian “lepek” berminyak dan berbau amis. Seakan tidak memiliki nilai jual yang ada. Namun bagi masyarakat pedesaan, khususnya masyarakat Jawa di daerah kecamatan Biru Biru, menggunakan bulu ayam ini sebagai mediator untuk menyembuhkan penyakit tipes. Namun dalam proses penyembuhan tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Mulai dari pemilihan bulu ayam, ritual yang dilakukan, sampai pada penaburan bulu ayam ke tubuh si penderita. Namun tidak dilupakan pula seorang tokoh yang melakukan pengobatan tersebut. tokoh yang menjadi sentral penyembuhan.
Masyarakat memiliki tingkat kepercayaan yang cukup tinggi terhadap pengobatan ini. Karena fakta yang mereka lihat adalah kesembuhan dan proses yang tidak memberatkan.hanya dengan mediator ayam.jadi kesederhanaan ini memiliki kekuatan bagi masyarakat membangun kepercayaannya terhadap pengobatan ini.
Pelaku
Pengobatan ini tidak mengandung spesialisasi tentang orang-orang yang mampu menggunakan metode bulu ayam. Juga tidak ada sebutan khusus untuk menjelaskan identitas yang tepat untuk orang ini. Tidak seperti dokter misalnya yang memiliki identitas jelas di masyarakat sebagai orang yang ahli di bidang kesehatan atau seorang pandai besi yang sangat mengerti bagaimana mengolah besi menjadi barang jadi seperti pisau, parang dan lain sebagainya. Namun agar lebih mudah kita sebut saja beliau sebagai “pemijat”. Karena pada dasarnya proses pengobatan ini mirip dengan proses pemijatan.
Untuk menjadi pemijat yang mampu mengobati penyakit tipes ini, seseorang tidak harus belajar ilmu pengobatan terlebih dahulu. Asalkan saja ia pernah melihat proses pemijatan tersebut dan mampu mengaplikasikannya, maka ia sudah bisa mengobati penyakit tipes.
Dalam hal ini, seseorang yang melihat langsung sebuah proses pemijatan tersebut akan memroses pengalaman yang ia lihat dalam pikirannya kemudian mengonstruksikan sebagai pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan yang dimiliki individu diperolehnya melalui proses belajar yang bersifat informal atau melalui pengamatan.4 Di sinilah unsur sosial masuk ke dalam penjelasan mengenai perolehan pengetahuan. Pengetahuannya tentang bagaimana melakukan pemijatan membuat ia mampu melakukan hal yang kurang lebih sama dengan apa yang pernah ia lihat. pemijat biasanya meakukan interaksi sebelum memulai ritualnya.ia membangun hubungan yang baik agar pasien merasa nyaman selama proses ritual berlangsung. Ia meyakinkan pasiennya bahwa dalam ritual nantinya tidak mengandung unsur unsur kesyirikan karena dalam prosesnya akan membaca do’a kepada yang maha kuasa memohon kesembuhan. Kemudian meyakinkan pasiennya agar tidak takut dan tidak perlu gelisah karena prosesnya tidak menimbulkan efek samping dan rasa sakit yang berlebihan.
Pemilihan Bulu Ayam
Bulu ayam yang digunakan harus yang berwarna hitam atau setidaknya berwarna gelap. Hal ini agar mampu membedakan antara bulu ayam dengan bulu yang nantinya akan keluar dari tubuh si penderita tipes. Bulu tersebut berwarna putih kecoklatan. Bentuknya lebih tipis dari sehelai bulu ayam. Jadi, apabila memakai bulu ayam berwarna coklat atau putih dikhawatirkan bulu yang merupakan bagian dari penyakit tersebut tidak kelihatan dan sulit untuk mengambilnya dari tubuh si penderita.
Namun, apabila si pemijat teliti maka ia akan mampu melihat bulu tersebut walaupun menggunakan bulu ayam yang berwarna coklat atau putih. Jadi sebenarnya tidak ada nilai sebuah kesakralan ketika memakai bulu ayam berwarna hitam ketika proses pengobatan, hanya saja bulu tersebut sebagai pembeda warna agar mampu dibedakan antara bulu ayam dan bulu tipes.
Bulu ayam kalau ditinjau dari sisi kesehatan memliki kandungan protein yang tinggi.yang sebenarnya mampu merangsang bakteri Salmonella Typhi untuk muncul.karena panas yang ia timbulkan. Hanya saja karena tingkat pengetahuan para pemijat yang kurang mampu menjelaskan dengan pendekatan medis jadilah pengobatan ini seakan kurang mendapat perhatian khusus dan tetap menjadi pengetahuan lokal dalam masyarakat.
Ritual dan proses penyembuhan
“Ritual, sebut saja begitu namanya”. Ungkap seorang informan untuk menjelaskan bagaimana proses pengobatan atau lebih konkretnya lagi pemijatan dengan metode bulu ayam ini. Tidak seperti ritual-ritual yang lain. Misalnya seperti pada ritual guru sibaso pada masyarakat karo. Di mana ada salah satu proses masuknya roh (si begu) pada tubuh guru (si baso).5
Namun ritual yang dimaksudkan di sini bagaimana proses pemijatan ini berlangsung beserta persiapan-persiapan yang ada. Di mulai dengan pemilihan ayam yang bulunya akan dipakai. Terlebih dahulu ayam yang telah dipilih, kemudian ayam tersebut disembelih sambil memanjatkan doa pada yang kuasa untuk memohon kesembuhan. Menurut pak Sutedjo (seorang pemijat) “doa tersebut dipanjatkan agar Tuhan yang memiliki kehidupan ini, sudi kiranya memberi kesembuhan dan apapun yang saya lakukan sekarang sebagai prantara, karena kesembuhan berasal dari Tuhan, bukan dari saya dan bukan dari ayam ini”. Setelah didoakan ayam tersebut disembelih dan dipisahkan antara daging dan bulunya (dibubutin). Dagingnya boleh dimakan dan dibawa pulang karena yang dipakai hanya bulunya.
Bulu tersebut direndam dengan air agar menimbulkan kesan lembab dan sedikit berminyak.kemudian bulu tersebut digosok keseluruh bagian tubuh secara searah,jika dimulai dari kiri ke kanan,begitulah seterusnya hingga seluruh bagian tubuh seperti perut, punggung rata digosok dengan bulu tersebut.kemudian sisihkan bulu ayam dari tubuh penderita dan diamkan beberapa saat hingga muncul bulu-bulu halus menyerupai bulu kucing dari tubuh penderita akibat reaksi dari apa yang terjadi antara bulu ayam dengan tubuh penderita tipes. Bulu tersebutlah yang menjadi akar penyakit, kemudian cabut bulu tersebut dari tubuh. Proses penyabutannya bisa menggunakan pinset atau bisa menggunakan tangan. Kemudian bulu-bulu tersebut dibakar bersama dengan bulu ayam tadi agar penyakitnya segera hilang dan pergi.
Tidak seperti ketika kita berobat ke dokter, kemudian diberi resep obat, kita minum obatnya dan reaksinya berjalan sembuh ketika meminum beberapa kali obat tersebut. Namun dengan bulu ayam ini, si penderita langsung sembuh ketika bulu tipesnya telah tercabut. Hal ini terlihat kuatnya nafsu makan dan keluarnya keringat dari tubuhnya. Di sinilah keampuhan bulu ayam tersebut jika dibandingkan dengan pengobatan dokter. Hanya saja karena pengetahuan itu tak pernah bisa dijelaskan oleh para pemijat tersebut karena keterbatasan ilmu mereka, jadilah pengobatan ini hanya sebagai alternatif masyarakat.
Sebuah Kognisi yang Bertahan
Sebuah pengetahuan yang mampu bertahan di tengah berkembangnya era globalisasi. Pengetahuan masyarakat tentang bulu ayam yang mampu digunakan untuk mengobati tipes akan tetap ada.namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada yang lebih dominan dan yang lebih marginal dipakai masyarakat. Tentunya pengobatan medis yang dominan dipakai daripada pengobatan bulu ayam. Namun bukan berarti pengetahuan bulu ayam lebih kuno dari yang lain, hanya saja pada masa sekarang pengetahuan ini kurang diminati karena terkesan syirik (pandangan agama) dan mengandung hal-hal yang kurang logis. Sehingga mendapat tempat yang kurang layak. Di sini akan membahas tentang bagaimana pengetahuan ini mampu bertahan dan bagaimana ia terus berkembang sejalan dengan arus global.
Pengobatan bulu ayam ini adalah sebuah kearifan lokal dari masyarakat Jawa. Walau terkadang ada etnis Jawa yang tidak tahu tentang pengobatan ini, namun menurut pak Muliono,”pengobatan ini asli karya cipta dari pengetahuan nenek moyang kami dulu”. Walaupun dunia telah berubah dan kemajuan teknologi dapat dirasakan di mana-mana, pengetahuan ini tetap berada dalam satu unit di kepala orang orang Jawa ataupun orang dari etnis lain namun pernah melihat prosesnya. Bagaimana unit tersebut terkadang tersimpan, karena sebuah perubahan dalam lingkungannya dan muncul di saat ada rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mengaktifkannya. Rangsangan-rangsangan tersebut bisa seperti tidak sembuhnya penyakit ini padahal telah berobat ke puskesmas atau rumah sakit. rangsangan ini bisa memunculkan kembali ingatan-ingatan pada unit-unit di kepala tentang bagaimana pengalaman dan berkembangnya komunikasi antar orang yang membangkitkan kepercayaan terhadap pengetahuan lokal ini. Bagaimana pentingnya sebuah komunikasi yang berjalan antar satu individu kepada individu lain.
Dengan bercerita pengalaman-pengalaman mereka dalam menghadapai penyakit tipes, informasi tersebut dengan cepat berkembang dan mudah tercerna dengan baik karena proses penalarannya yang sederhana dan mudah dilakukan. Atau karena belum menemukan alternatif baru dan berjumpa alternatif pengobatan bulu ayam, makanya ada keinginan mencoba peruntungan sebuah kesembuhan.
Namun ada pula yang memiliki alasan lain yang menjadikan mengapa pengetahuan ini tetap ada, yaitu kekecewaan pada proses pengobatan medis. Ketika pengobatan ini kurang mampu memberikan harapan kesembuhan yang akurat. Selain itu juga beberapa dari obat-obatan tersebut mengandung efek samping bagi pemakainya. Hal ini juga memberikan tempat bagi pengetahuan lokal tentang bulu ayam sebagai pilihan.
Bagaimana masyarakat membuat keputusan terhadap pilihannya menggunakan bulu ayam, tak lepas dari sebuah proses yang meliputi pengenalan dan penentuan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif. Penetapan kriteria pemilihan dan penilaian mengenainya.6 Jadi masyarakat melakukan identifikasi dan mengenali terlebih dahulu seperti apa pengobatan tersebut, bagaimana prosesya (seperti yang telah dijelaskan pada sub ritual). Kemudian melakukan pertimbangan terhadap alternatif pilihan tersebut, lalu menentukan pilihannya.
Pada dasarnya mereka yang memilih dan mencoba pengobatan ini, memilih karena instruksi dari teman terdekat yang ia dapat dari proses cakap-cakap. Di sinilah proses transfer informasi terjadi. Kemudian ada pula yang memilih karena pengobatan ini alami dan tidak memiliki efek samping yang besar, serta memiliki tingkat tarif yang terjangkau, sekitar Rp 20.000,00 untuk sekali pengobatan atau pemijatannya.
Namun masih ada saja bagian dari mereka yang seolah berpikir maju untuk menghiraukan bahkan menjustifikasi terhadap pengobatan ini. Dan dengan power yang ia punya membuka jarak antara dua metode ini. Pengobatan medis sebagai yang modern kemudian pengobatan bulu ayam sebagai yang tradisional atau primitif. Padahal kedua pengobatan ini memberikan layanan dengan semua yang mereka bisa untuk menyembuhkan pasien mereka. Pengobatan medis dengan metodenya sendiri dan pemijatan bulu ayam dengan ritualnya sendiri dan sama sama memberikan kesembuhan.
Kita dapat melihat dari kasus Dani (nama samaran). Ia pernah menderita panas yang tinggi dan menurunnya nafsu makan. Dokter telah menyatakan bahwa ia positif terkena penyakit tipes. Dokter memberikan antibiotik seperti amoksilin, Klorampenikol yang diminum tiga kali sehari. Namun berjalan dua hari panasnya tidak turun juga. Karena sang ibu memiliki pengalaman tentang pengobatan bulu ayam yang pernah ia dengar dari beberapa tetangganya dahulu maka ia membuat keputusan untuk membawanya kepada pak Sutejo(pemijat). Setelah mengalami proses ritual bulu ayam tersebut tempo beberapa saat Dani bisa langsung terlihat segar dan nafsu makannya bertambah. Melihat hal ini timbullah kepercayaan bahwa obat kampung tidak kalah hebatnya dalam mengobati penyakit tipes ini.
Diubah oleh ato19 24-01-2014 00:31
0
8.6K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan